Bunyi suara pintu yang terbuka, membuat Agam mengalihkan tatapannya dari film kartun larva kesukaannya. Terlihat lah Alfa dengan rambut acak-acakan serta baju yang basah kuyup, dan, jangan lupakan tangan kanannya yang menenteng sebelah sepatunya. Persis seperti gembel di pinggir jalan.
Agam langsung menghampirinya, dan menatap Alfa dengan cemas, meneliti tubuhnya dari Atas hingga kebawah.
"Lo kena rampok Fa? Ginjal lo masih aman kan? Jantung? Hati?" tanyanya dramatis.
Alfa tidak menjawab, ia lebih memilih duduk dikursi kayu, yang sudah reot akibat termakan waktu. Ia memijit pelipisnya yang mendadak pusing, mungkin akibat terkena hujan terlalu lama. Sebenarnya ia membenci hujan, tapi entah kenapa dengan dirinya, ia tiba-tiba saja menembus hujan. Mengayuh sepedanya dengan mantap, menuruti keinginan hatinya kemana akan pergi. Tanpa sengaja ia melihat seorang gadis terduduk dengan keadaan ketakutan, dan dikelilingi 5 pria berbadan besar. Yang Alfa tebak, mereka adalah para preman jalanan. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menghajar para preman tersebut. Menghajar mereka dengan keahlian bela dirinya. Para preman itu akhirnya, babak belur dan lari terbirit-birit. Kemudian, ia menghampiri gadis itu. Ia cukup terkejut, pasalnya gadis itu adalah perempuan yang selalu mencecokinya beberapa hari ini. Ia cukup kasihan padanya, karena perempuan itu terlihat sangat berantakan dengan rambut acak-acakan dan air mata yang mengalir deras. Walaupun tersamarkan hujan, tapi ia bisa melihatnya, ditambah tubuhnya yang bergetar.
"Lo gak apa-apa?" tanyanya kemudian, sambil memegang pundak Ata. Namun, Ata tidak menjawab, malah memeluk Alfa dan menangis dengan keras didadanya. Alfa mematung, tubuhnya kaku, ia seperti dejavu. Pelukan ini, seperti pelukan kesakitan yang terjadi 8 tahun silam. Dengan cepat Alfa tersadar dan menetralkan ekspresinya. Alfa lalu membalas pelukan itu, dan menepuk-nepuk punggung gadis itu dengan pelan, berusaha menenangkannya. Setelah itu, Alfa memutuskan untuk mengantarnya pulang.
"Alfa, Alfa, woi Alfa!" tubuh Alfa tersentak, ia melihat kearah Agam yang meneriakinya tadi. Ia menatap tajam Agam, tidak suka dengan perbuatan Agam barusan. Sedangkan yang ditatap malah menampakkan cengirannya.
"Sorry Fa, habisnya gue panggil dari tadi, lonya gak nyahut, lo ngelamun ya? Ngelamunin apaansih?"
Alfa yang mendengar itu, mendengus kesal. Tanpa menjawab pertanyaan Agam, ia berdiri dari duduknya, dan berlalu dari hadapan Agam. Agam yang melihat kelakuan sahabatnya itu, mengelus dadanya prihatin, karena selalu di kacangi oleh Alfa.
*********
"Kak Alfa!" tiba-tiba seseorang berteriak, hingga menghentikan langkah Alfa dan Agam yang sedang berjalan menuju kelas. Agam berbalik melihat siapa yang memanggil sahabatnya itu, ia melihat seorang perempuan berlari dengan tas bekal di tangannya. Ia melirik Alfa yang hanya diam tanpa mau mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Fans lo tuh Fa," ujarnya kemudian. Alfa bergeming, lalu kembali melanjutkan langkahnya.
"Kak Alfa tunggu!" teriak perempuan itu lagi. Berlari hingga akan melewati Agam. Tapi, Agam mencegatnya, membuat perempuan itu berhenti dan menoleh ke arahnya. Agam melihat name tag nya bertuliskan Cindy Devina yang sepertinya adik kelas, dilihat dari panggilannya untuk Alfa.
"Siniin bekalnya," ucap Agam.
"Tapi ini untuk Kak Alfa." Jawabnya gugup.
"Biar gue sampaiin ke dia, kalo gak ma-"
"Ini kak," Cindy memotong ucapan Agam seraya menyodorkan tas bekalnya kearah Agam.
"Lo berani motong ucapan gue?" tanya apa Agam Sarkastik. Mata Cindy membulat, ia tidak bermaksud begitu, ia hanya terlalu bersemangat dan tanpa sadar memotong ucapan laki-laki itu.
"Maaf kak, aku gak bermaksud begitu." Cicitnya. Agam menatap tajam gadis itu, kemudian berlalu begitu saja.
Sesampai dikelas, Alfa meletakkan tasnya, baru saja dirinya ingin duduk, ponselnya sudah terlebih dahulu berdering. Ia mengambil ponselnya yang berada didalam tas.
Dr. Firhan is calling. Raut wajah Alfa seketika berubah. Dengan ragu ia menekan tombol hijau.
"Halo Fa, kamu dimana? Cepat kerumah sakit! Anya kritis!"
Tubuh Alfa membeku, nafasnya tertahan. Ia tidak bisa berpikir jernih sekarang. Namun dengan cepat ia menyadarkan dirinya, mengambil tasnya dan berlari keluar dari kelas dengan tergesa-gesa. Ia menabrak Agam yang berada di pintu kelasnya. Menatap laki-laki itu dengan gelisah.
"Izinin gue." Ucapnya cepat. Agam yang mendengar perkataan Alfa dibuat bingung. Tapi iya tetap menganggukkan kepalanya tanpa bertanya, karena dilihat dari mimik wajah Alfa, sepertinya sedang terjadi sesuatu. Setelahnya, Alfa berlari kencang melewati koridor sekolah.
*********
Hari ini Ata berangkat kesekolah dengan perasaan berbunga-bunga, ia melangkahkan kakinya dengan sesekali bersenandung.
Ata jatuh cinta, jatuh sedalam-dalamnya.
Ata gak jomblo lagi
Ata bakalan punya pacar
Pacarnya ganteng, seksi menggoda iman
Oooo Ata punya pacar...Ata bernyanyi riang dengan lagu ciptaannya. Menggoyangkan tubuhnya dengan tarian maju mundur kiri kanan. Dan setelahnya terkikik sendiri. Ketiga sahabatnya yang sudah mengikuti Ata sejak tadi menggeleng-gelengkan kepala, akibat kelakuan Ata yang absurd. Ata sudah tak tertolong pikir mereka. Tapi sejurus kemudian, Heka, Rexsa dan Eva dibuat bingung olehnya. Pasalnya Ata berbelok ke kiri yang seharusnya ke kanan. Tapi, mereka tetap mengikuti Ata, penasaran mengapa Ata pergi ke gedung anak IPS.
Ata menghentikan langkah kakinya. Ia sekarang berada di depan kelas XII IPS-1, yaitu kelas calon masa depannya, dan sebentar lagi akan jadi pacarnya. Ia masuk kedalam dan mengedarkan pandangannya. Tapi ia tidak melihat Alfa, yang terlihat justru Agam.
"Agam disini, lalu kemana Alfa?" batinnya. Ia ingin menghampiri Agam lalu bertanya dimana Alfa. Tapi, Ata malas untuk berurusan dengan laki-laki itu. Karena rasa penasarannya Ata memutuskan menghampirinya.
"Dimana Alfa?" tanyanya. Tapi tidak ada jawaban dari Agam. Karena laki-laki itu sedang fokus memainkan game di ponselnya. Ata kembali bertanya, "dimana Alfa?" namun Agam tetap tak menyahut, dia masih setia dengan gamenya. Ata geram, ia tak suka diacuhkan. Ata akhirnya menarik ponsel Agam membuat sang empunya melotot kesal.
"Apa-apaan sih lo? Balikin gak?!"
"Gak, sebelum lo jawab pertanyaan gue."
" Lo kenapa sih? Selalu aja ngajak ribut sama gue,"
"Ya, salah lo, siapa suruh ngacuhin gue, padahal kan, gue kan nanya baik-baik,"
"Gue kan cuma nanya, dimana Alfa? Tapi lo gak ngejawab gue, yaudah gue terpaksa ambil HP lo," lanjut Ata.
Agam menatap Ata, ia sengaja mengacuhkannya karena sangat malas berurusan gadis seperti Ata. Menjengkelkan dan selalu membuat darahnya naik, seperti sekarang ini.
"Alfa gak masuk." ucapnya kemudian, agar Ata cepat-cepat memberikan ponselnya dan pergi dari sini.
"Hah, Alfa gak masuk? Kenapa? Dia sakit? Sakit apa?" cecar Ata.
Agam mendelik. "Mana gue tau, emang gue emaknya,"
"Ya tapi, lo kan, sahabatnya," ucap Ata kesal.
"Gak berguna banget sih lo jadi sahabat, kalo gue jadi Alfa, udah gue hempas lo jauh-jauh!"
"Tapi sayangnya lo bukan Alfa," ucap Agam enteng.
"Lo-"
"Ata!" ucapan Ata terpotong. Lalu menoleh ke arah sahabatnya yang memanggilnya. Heka, Rexsa, dan Eva berjalan cepat kearahnya dan menarik Ata keluar dari situ. Ata ini spesies tidak tahu malu, bagaimana tidak, ia teriak-teriak dikelas orang tanpa memperdulikan tatapan risih mereka.
Setelah sampai dikelas XII IPA-1 barulah mereka melepaskan Ata. Mereka mendelik kesal kearah Ata. Terlebih lagi Rexsa, mukanya sedari tadi sudah tidak enak dipandang.
"Ata, lo malu-malu in," ucap mereka bertiga bersamaan. Lalu meninggalkan Ata sendiri. Ata hanya mengedikkan bahunya. Lalu tersenyum licik setelah melihat ponsel berwarna hitam ditangan kanannya. Dan kemudian menyusul ketiga sahabatnya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Dingin yang Miskin [On Going]
Novela JuvenilSemua berawal dari Eifrata Pricilia Nadin yang berusaha menaklukkan sang Pangeran sekolah yang terkenal akan kepintaran dan ketampanannya. Terlebih lagi Pangeran itu di dijuluki dengan Pangeran Dingin yang Miskin. Eifrata semakin tertantang akan sik...