Ata berjalan menuju parkiran sekolahnya, dengan sesekali bersenandung mengikuti lagu yang sedang ia dengar melalui earphone yang menyumpal telinganya.
Ata seketika menghentikan langkahnya. Ia menepuk jidatnya sendiri karena teringat sesuatu.
"sunny kan lagi sakit, ko gue bisa lupa sih, pikun banget lo Ata," ucapnya pada dirinya sendiri.
Sunny yang di maksud Ata bukan lah sosok manusia, melainkan mobil kesayangan Ata yang berwarna merah. Dan mengapa Ata menamainya sunny. Karena mobilnya itu cerah dan kinclong sama seperti dirinya. Itulah jawaban Ata, setiap kali ditanya mengapa ia menamai mobilnya dengan nama itu.
Ata hendak berbalik. Namun, ia melihat seseorang berjalan kearah parkiran, dengan arah yang berlawanan dengannya. Ata memicingkan matanya, sepertinya ia mengenal siapa itu. Sedetik kemudian matanya membulat.
"Alfa!" teriaknya kencang.
Alfa menoleh, melihat sosok perempuan yang selalu mendekatinya beberapa hari ini. Perempuan itu tampak tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya. Alfa lalu mengalihkan tatapannya, dan kembali berjalan ke arah parkir sepedanya.
Ata merengut, lalu menghentakkan kakinya kesal, karena lagi-lagi Alfa menghiraukannya. Tapi, Ata tidak putus asa, ia malah kembali tersenyum cerah dan berlari mendekati Alfa.
"Alfa... nebeng dong."
Alfa meliriknya sekilas. Lalu, bersiap mengayuh sepedanya. Ia malas meladeni perempuan dihadapannya ini. Menurutnya itu hanya buang-buang waktu saja. Ia sibuk, banyak yang harus dilakukannya.
"Gak," jawab Alfa cuek.
"Ish, Alfa ko gitu sih, Ata kan cuman nebeng, Ata gak bawa mobil, sunny lagi sakit tau," Ata menggembungkan pipinya seraya menatap Alfa.
"Bukan urusan gue," Alfa bersiap mengayuh sepedanya kembali. Ia mendongak. Dilihatnya langit sedang mendung, menandakan sebentar lagi turun hujan. Ia harus segera pulang, bila tidak ingin terkena hujan.
Ata yang melihat itu mendengus kesal, ia berlari kedepan Alfa dan merentangkan tangannya. Alfa yang melihat itu menaikkan alisnya.
"Ngapain lo?, minggir, gue mau balik."
Ata tak menjawab tapi ia menggelengkan kepalanya. Semakin ketengah agar Alfa tak bisa lewat.
"Minggir!" Alfa mulai kehilangan kesabaran, perempuan ini selalu saja menguji kesabarannya. Tapi lagi-lagi Ata tak mengindahkannya. Dan itu membuat emosi Alfa naik. Ia mengayuh sepedanya kencang, tak perduli dengan gadis yang sedang menghalangi jalannya itu. Ia menyirangai melihat gadis itu tetap kekekuh tak bergerak sama sekali dari tempatnya.
Ata yang melihat Alfa mengayuh sepedanya kencang kearahnya mulai gemetaran. Tapi ia tetap tak bergerak, tak mungkin Alfa melakukan itu pikirnya. Namun, Ata salah, Alfa tetap mengayuh. Ia jadi takut, dan menutup matanya berharap Alfa akan berhenti.
Brugh!
"Aww!, Ata memekik kesakitan. Alfa tidak menabraknya. Tapi mendorongnya dengan kuat ke samping. Ata berusaha berdiri, lalu, menoleh kearah Alfa yang sudah hampir tak terlihat. Ia meninggalkan Ata tanpa mengatakan apa-apa padanya. Wajahnya memerah, ia marah dan sangat kesal, merasa di permalukan." DASAR COWOK SINTING!" teriaknya menggelegar.
***********
Ata melirik jam tangannya yang basah sudah menunjukkan pukul 7 malam. Tapi ia masih setia berjalan menelusuri trotoar jalan sambil menggigil kedinginan. Bajunya basah kuyup, kaki dan tangannya gemetaran akibat hawa dingin yang menusuk kulit ditambah hujan yang sangat deras. Ia memutuskan pulang dengan berjalan kaki karena Ata lupa membawa uang. Itulah Ata, selalu ceroboh. Tadi Rexsa menawarinya tumpangan tapi, Ata menolak. Ia takut merepotkan, karena Rexsa harus segera kerumah sakit untuk menjenguk neneknya yang sedang sakit. Kalau Heka dan Eva sedang terburu-buru, katanya mereka harus segera pergi untuk bersiap-siap karena akan mengadakan double date. Ata mendengus mengingat hal itu. Apalah daya dirinya yang sudah menjomblo bertahun-tahun.
"Hai gadis manis," ucap laki-laki berambut gondrong dengan 4 orang temannya.
Ata terperanjat, ia meremas roknya dan menggigiti kukunya. Kebiasaan Ata jika sedang khawatir dan takut. Ata memundurkan langkahnya.
"Mau kemana sayang?, kita bersenang-senang dulu," ucap laki-laki itu dengan menyirangai.
Ata bergidik, dan semakin memundurkan langkahnya. Ata kemudian memutar tubuhnya dan berlari sekencang mungkin.
"Kejar dia!" teriak para preman itu.
Ata menghentikan langkahnya, ia ngosngosan, tenaganya terkuras. Ia melihat kebelakang. Para preman itu semakin mendekatinya. Ia kembali berlari dengan sisa-sisa tenaganya. Namun, sejurus kemudian Ata terjatuh dan lututnya terluka. Atas menangis, ia sangat takut sekarang.
"Aduh, buruan gue terjatuh ternyata," ucap salah satu dari mereka dengan nada yang menjengkelkan.
"Cepat tangkap dia, lumayan kita dapat yang gratis hari ini," ucapnya lagi diiringi tawa para preman itu.
Ata yang mendengar itu semakin ketakutan, air matanya mengalir dengan deras. Ia hanya bisa memohon sebuah keajaiban dan terus memanggil nama Alfa.
Brak!
Bugh! Bugh!Ia melihat Alfa, ya, Alfanya, Alfanya datang menolongnya. Cowok itu melempar sepedanya kearah preman itu dan meninju mereka satu persatu. Alfa terlihat gagah dan lihai, sepertinya ia pandai bela diri. Satu persatu-satu para preman itu tumbang lalu kemudian bangkit dan lari terbirit-birit. Ata masih diam, ia syok dengan kejadian hari ini lalu menangis kembali. Alfa mendekat kearahnya.
"Lo gak apa-apa?" tanya cowok itu sambil memegang pundak Ata.
Ata semakin menangis, ia langsung memeluk Alfa dengan erat dan menumpahkan tangisannya.
"Gue takut..." lirihnya. Alfa yang melihat itu menghela napas. Lalu menepuk-nepuk pelan punggung Ata.
"Lo udah aman." ucapnya dengan nada menenangkan.
"Gue antar lo pulang," Alfa melepas pelukannya, kemudian berbalik dan berjongkok dihadapan Ata.
"Naik." ucapnya lagi, karena merasa tidak ada pergerakan dari gadis itu. Ata menurut, menaiki punggung Alfa dan menyandarkan kepalanya dengan nyaman.
Bersambung...
Hallo guys
Apa kabar?
Ceritanya gak jelas ya?
Garing ya?
Maklum ya, soalnya, masih belajar
Heheheh
Semoga kalian betah
Jangan lupa vote dan comen
Kritik dan saran kalian juga
Love you 3000 guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Dingin yang Miskin [On Going]
JugendliteraturSemua berawal dari Eifrata Pricilia Nadin yang berusaha menaklukkan sang Pangeran sekolah yang terkenal akan kepintaran dan ketampanannya. Terlebih lagi Pangeran itu di dijuluki dengan Pangeran Dingin yang Miskin. Eifrata semakin tertantang akan sik...