Bab 4 | Bertemu Lagi

84 5 0
                                    

Ata menguling-gulingkan tubuhnya diatas kasur kesayangannya sejak 10 menit yang lalu. Terkadang kaki nya keatas sambil menekan hidungnya. Menahas nafas sampai ia benar-benar tak bisa menahannya lagi. Entah untuk apa, Ata juga bingung. Yang pasti Eifrata sedang bosan, sangat-sangat bosan. Orang tuanya sedang tidak ada dirumah. Pergi keluar negeri untuk urusan bisnis yang tak pernah kunjung selesai.

Huhhhhh
Ata menghela nafas.
"Ish, Ata bosan banget!" pekiknya sambil kembali mengguling-gulingkan tubuhnya.

Tring!
Ata seketika terduduk mendengar ada notifikasi masuk ke ponselnya. Ia membuka ponselnya lalu melihat ada pesan baru dari sahabatnya Heka.

Heka anak orang

Ata!
Gue punya informasi terkini, akurat, dan terpercaya.

Ata

Apaan?
Kalo gak penting
Awas lo!

Heka Anak Orang

Idihh
Galak amat
Gak jadi deh, padahal ini tentang Alfariel

Ata

Tentang masa depan gue?
Cepat kasih tau!
Semua tentang Alfa
Penting buat gue,
Sekalipun ukuran sempaknya

Heka Anak Orang

Ckckck
Kalo soal Alfariel, cepat banget

Ata

Gak usah bacot!
Cepat, apaan?

Heka anak orang

Iya-iya!
Gue tau dimana Alfariel tinggal

Ata

What?
Tau darimana lo?
Lo kepoin calon gue ya?
Awas lo ya!
Cepat kasih tau dimana dia tinggal!

Heka anak orang

Heh, kutu monyet!
Ngapain gue kepoin dia
Gak bersyukur banget sih gue kasih tau informasi tentang dia
Nyesal gue

Ata

Heheheh
Maaf ya Heka sayang
Lo baik deh,
Jadi cepat kasih tau alamat calon gue

Heka anak orang

Ada maunya baik-baikin gue
Dasar!
Jln. Karya Murnia No XX
Perumahan Anwar No 8

Ata

Duhh
Heka sayang
Makasih banget
Lo baik banget
Besok gue traktir deh
Sepuasnya

Heka Anak Orang

Nah, gitu dong
Baru sahabat gue
Love you 30000 Ata

Ata terkekeh membaca balasan  sahabatnya itu. Namun, dia tidak membalasnya lagi. Karena sekarang dia harus bersiap dan berdandan secantik mungkin untuk menemui calon masa depannya.

****************

Eifrata menatap pintu sederhana yang bewarna abu-abu itu sedari tadi. Ia menggigiti kukunya. Ata gugup, gugup setengah mati. Pasalnya jantungnya tidak bisa diajak kompromi. Ata memegang dadanya. Jantung nya benar-benar berdetak tak karuan. Ata menghembuskan nafasnya. Berusaha untuk terlihat biasa saja. Lalu, memutuskan untuk mengetuk pintu tersebut.

Tok! Tok! Tok!
Ata mengetuknya pintu itu 3 kali. Tapi tidak ada jawaban sama sekali.

Tok! Tok! Tok!
Atak mengetuk lagi. Tapi tetap saja tidak ada jawaban. Jangan kan jawaban, tanda-tanda kehidupan saja tidak ada. Ata mulai kesal, ia mulai berpikir apakah Heka membohonginya, bermaksud untuk mengerjainya. Kalo itu memang benar, awas saja. Bakalan Ata jambak-jambak rambutnya sampai botak.

Ata tidak menyerah. Lalu mengintip melalui celah lubang kunci disebelah kanan. Tapi yang dilihatnya hanya gelap.

Ata kesal. Sangat kesal, sepertinya ia memang di kerjai oleh sahabatnya. Ata mengangkat kaki nya bersiap untuk menendang pintu tersebut.

Ceklek
Brugh!
Bunyi suara pintu yang terbuka bersamaan dengan suara orang jatuh. Ata mendongak, melihat orang yang sedang dia tindih. Lalu sedetik kemudian matanya membulat.  Ata terkejut setengah mati. Namun detik selanjutnya, dia memeluk Alfa dengan erat. Menenggelamkan kepalanya ke ceruk leher laki-laki itu.

"Lepas!" ucap Alfa dingin.

"Gak mau," Ata menggelengkan kepalanya dan memeluk Alfa semakin erat, seperti bayi koala.

"Lepas gak!" ucap Alfa dengan intonasi meninggi.

"Gak mau!"

Alfa geram. Dia mendorong perempuan di pelukannya itu dengan kuat sampai terjungkal kebelakang.

"Aduh, bokong gue," Ata mengaduh kesakitan sebab bokong nya membentur lantai cukup keras. Dorongan laki-laki didepannya ini kuat sekali.

"Kasar banget sih sama cewe," sungut Ata tak terima.

Namun Alfa tidak menghiraukannya. Dia tidak perduli. Bahkan sedang menahan amarah sebab perempuan didepannya ini tiba-tiba memeluknya.

"Pergi!"

"Lo ngusir gue?"

Alfa semakin marah. Dia membenci seseorang yang beperilaku seenaknya saja padanya. Dia mengusir cewe itu tanpa bertanya untuk apa datang kerumahnya. Dia tidak perduli, Alfa sudah terlanjur marah.

"Pergi gue bilang!"

"Gak mau, gue mau--"
Ucapan Ata terpotong. Karena Alfa sudah lebih dulu mendorongnya keluar dan menutup pintu rumahnya dengan kencang.

Ata yang melihat itu menghela nafasnya. Lalu, menghetakkan kakinya. Dan berlalu pergi, bersamaan dengan perasaan kesal  dalam dirinya.

Bersambung...

Salam penulis amatir

Pangeran Dingin yang Miskin [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang