Chapter 6 - "Dream"

44 4 4
                                    

"Jadi...












Bagaimana rasanya bertemu kembali?"








Seoul, 00.00 KST







Bomi POV


Dimana ini?
Kenapa aku memakai hanbok?
Banyak bunga mugunghwa disini,







Eh, tunggu dulu..






INIKAN ISTANA GYEONGHUI!!



Kenapa aku bisa berada disini?!
Lagipula, kenapa aku sendirian?! Dimana 'dia' yang selalu menemaniku?!

"Bomi? Kau sudah datang?" Kudengar suara memanggilku.

Ku gerakkan badanku menghadap ke arahnya, "Huta! Astaga dari mana saja kau?! Aku kira kau hilang dari mimpiku karena tempatnya berubah!" Ternyata yang memanggilku adalah Huta! Bagaimana bisa dia tenang terlihat sedangkan aku kalang kabut mencarinya?!

"Hahaha, tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu. Mungkin saja kau bosan dengan pemandangan sekolah sehingga di mimpi kali ini tempatnya berbeda," jelasnya memberikan opini kenapa aku dan dia bisa berada di Istana Gyeonghui ini.

"Benar juga sih, tapi kenapa harus Istana Gyeonghui? Dan juga, kenapa pakai hanbok segala (-_-;) ? Karena ini mimpiku, berarti otakku sangat totalitas dalam menciptakan imajinasi sampai pakaian pun menyesuaikan tempat,"

"Mungkin kau pernah ingin mengunjungi tempat ini, tapi karena tidak tercapai akhirnya kau mengubur keinginanmu. Tapi sebaiknya kita tidak usah memikirkan alasannya deh, ini kan hanya mimpi. Sesuatu yang nonsense pun bisa jadi alasan kenapa kita pindah tempat (-_-)"

Benar juga, inikan hanya mimpi. Apapun bisa jadi alasan kenapa kita bermimpi mau itu reasonable dan nonsense.

"Jadi bagaimana hari ini? Mau berbagi denganku?"

Yah, memang yang kami lakukan di dalam mimpi hanya bercerita tentang kegiatan sehari-hari. Walaupun aku yakin kegiatan pria di depanku ini hanyalah memutari sekolah atau membaca buku di perpustakaan.

"Hmm, kagiatanku tidak ada yang berbeda sih dari biasanya. Tapi.. oh iya! Aku baru ingat, tadi jam 8 malam aku untuk pertama kalinya menghadiri pesta kantornya Papa. Disana aku bertemu dengan ayahnya Soobin!"

"Soobin? Oh! Anak baru yang kau ceritakan suka menggodamu?!" Jawab Huta dengan antusias.

"Iya, setelahnya kami berbincang cukup lama, sampai akhirnya dia mengajakku untuk slow dance. Aku menerimanya,"

"Slow dance? Wah, beruntung sekali om-om tua itu sudah menari bersamamu," Huta terlihat kesal saat aku menceritakan bagian slow danceku dengan Paman Minhyuk.

"Ish, jangan asal menyela dong! Lagipula ayahnya Soobin itu seumuran dengan papaku, berarti kau juga mengatai papaku om-om tua!"

Aku mengomel karena Huta menyebut Paman Minhyuk dengan sebutan 'om-om tua'. Lagipula walaupun sudah berumur 40 tahun-an, Paman Minhyuk itu masih cocok jika memakai seragam sekolah tau!

Dan juga, jangan lupakan fakta bahwa papa (mama juga sih) dan Paman Minhyuk seangkatan. Bukankah secara tidak langsung ia mengatai papaku om-om tua?!

"Maap maap, aku hanya bercanda. Lalu, apa yang terjadi setelahnya?"

"Yah, kami melakukan slow dance. Setelahnya aku bertemu dengan mama papa. Papa menanyai bagaimana perasaanku saat slow dance bersama sahabatnya.

•Reinkarnasi• [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang