Taehyung itu iblis. Usianya sudah ratusan tahun. Menyesatkan manusia adalah pekerjaannya. Kebiasaannya hanya bermalas-malasan sampai para manusia itu memanggilnya. Meminta bantuannya untuk memenuhi keinginan mereka dengan cepat. Jalan pintas yang terbuka lebar, tapi tentunya dia juga menginginkan imbalan.
Namun suatu waktu dia pernah mendapatkan sial ketika dipanggil. Ketika dia muncul di dunia manusia, kebanyakan yang memanggilnya adalah orang dewasa yang mengalami kesulitan. Entah karena ingin punya banyak uang, atau mereka punya musuh. Tapi saat itu yang muncul di depannya adalah anak kecil. Rambutnya hitam berkilau dengan bentuk seperti mangkuk. Matanya besar berbinar. Pendek, tidak sampai pinggangnya. Mungkin baru berusia lima atau enam tahun. Dia membawa buku ditangan kanannya. Ada buku lain, dengan gambar dan tulisan aneh terbuka di samping kakinya. Sementara tangan kirinya terlihat meneteskan darah, cara memanggil kaumnya memang butuh sedikit pengorbanan.
Mata Taehyung memicing tajam melihat makhluk kecil yang ada di depannya. Seperti hama. Dia masih tidak percaya bocah di depannya adalah yang memanggilnya.
"Kau yang memanggilku nak?"
Bocah di depannya berkedip. Maju beberapa langkah mendekat ke arah Taehyung.
"Paman bisa bantu?"
Tangan pendek itu memberikan buku yang ada di tangannya kepada Taehyung.
"Aku tidak bisa mengerjakannya karena bingung," anak itu membuka halaman dimana berisi banyak tulisan angka yang bentuknya jelek. Khas tulisan anak kecil, sebagian tidak jelas.
Taehyung menepuk dahinya. Bagaimana mungkin bayi seperti yang ada di depannya bisa memanggilnya, kecuali kalau mereka memang punya bakat.
Pamornya bisa turun kalau sampai ada yang mengetahui dia disuruh untuk membantu mengerjakan soal matematika oleh bayi.
"Hei nak. Kau tahu, kau harus memberikan imbalan di setiap permintaanmu."
Wajah bocah itu terlihat tidak mengerti.
"Paman mau apa? Aku punya ini," ada beberapa bungkus permen setelah tangannya merogoh saku di celananya.
"Paman, paman! Aku masih muda, lihat wajahku masih tampan."
Mata anak itu berkedip beberapa kali. Jadi agak takut, karena baru saja disemprot.
"L-lalu paman minta apa?"
"Nyawamu," lalu hening beberapa saat.
"Nyawa apa?" Taehyung harus sedikit bersabar.
"Kau bodoh atau apa nak?" Bocah itu hanya diam.
"Mana, berikan bukumu."
Taehyung sedikit kasar ketika dia mengambil buku yang ada di tangan anak kecil yang ada di depannya.
"Ambil pensilmu," anak itu kemudian berlari dan kembali dengan pensil dan penghapus karet di tangannya.
Taehyung berjongkok, tangannya menunjuk ke beberapa bagian di buku terbuka yang diletakkan di lantai. Anak kecil itu duduk di depannya, memperhatikan bagaimana sosok di depannya mengajari dengan tangannya. Kadang sedikit membentak karena dia salah menuliskan jawaban.
"Paman mau pergi? Tadi katanya minta imbalan?"
Taehyung memicing karena dipanggil dengan sebutan itu lagi. Tangannya bergerak membuat gerakan mengibas pada bocah itu.
"Nyawa dari bocah kecil sepertimu tidak akan membuatku kenyang. Sana pergi, jangan main-main lagi dengan memanggilku."
Dia menghilang meninggalkan bocah kecil yang raut wajahnya merengut sedih.