Sempat terpikir bagaimana caranya melakukan perlawanan, Taehyung sepenuhnya sadar atas apa yang terjadi. Tapi kendali tubuhnya yang seolah menghilang. Dia hanya bisa memandang balik mata yang terlihat berkilat dalam kegelapan. Warna emasnya seolah menjadi sesuatu yang paling indah.
"Kau pikir aku hanya ilusi?"
Bertepatan dengan suara yang dia dengar dan meremangkan tubuhnya. Dengan keras mencoba mengambil lagi kendali alat geraknya. Lewat ekor matanya melirik apa yang bisa dia gunakan untuk memberikan perlawanan. Satu yang dia tuju adalah apa yang dia tinggalkan di nakas tepat di samping tempat tidurnya. Tapi sekali lagi, itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk Taehyung lakukan. Ketika fokusnya dipaksa untuk mengacu pada satu hal, sesuatu yang asing yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Bagaimana tubuhnya mendapatkan sentuhan dari sosok di atasnya benar-benar membuat Taehyung terbuai.
Namun usahanya keras untuk membuat pikiran warasnya tetap ada padanya. Begitu merasa mampu, tangannya meraih apa yang sedari tadi dia incar. Bilah tajam yang bisa dia pakai untuk bertarung, dengan cepat pergerakannya berusaha memberikan sebuah luka. Setidaknya, yang Taehyung inginkan agar sosok di atasnya bisa menyingkir.
Sayangnya, sebelum bilah tajam itu bisa menyentuh dan menggoreskan luka pergerakan tangan Taehyung terhenti. Dia seharusnya mengingat apa yang dia hadapi sekarang. Tentang dongen yang selalu dia dengar, tempat penuh sihir seperti Ionia. Bahkan setelah berkali-kali bertempur bersama dengan Yoongi, seharusnya dia tidak perlu merasa kaget lagi ketika melihat sesuatu yang di luar nalar.
Dengan penglihatannya dia menyaksikan bagaimana bilah logam yang perlahan terlihat hancur, debu logam yang perlahan berserak mengambang di udara. Begitupun dengan gagang senjata yang dia pegang yang ikut lenyap dari tangannya.
"Menyerah saja dan berikan dirimu pada ku. Apa yang kau lakukan tidak akan mengubah apapun."
Bola mata Taehyung bergerak, kembali tertuju pada wajah yang ada di hadapannya. Dengan jelas dia bisa melihat seringai terulas lebar. Seharusnya dia sadar posisinya, sejak awal dia memang sudah kalah.
Bagaimana suara yang terdengar lewat pendengarannya memberikan dampak yang begitu besar padanya. Dadanya terasa berdebar, nyeri di dasar perutnya mulai merambat. Lebih lagi dengan sentuhan yang terasa merangkak naik mengikuti alur tulang belakangnya. Taehyung kebingungan, dia mnegernyit dalam ketika tubuhnya menjadi patuh. Jatuh dalam pelukan sosok yang tidak dia kenal.
as we fall
Jika mungkin Taehyung percaya dengan yang orang-orang katakan atau dia tetap bersama dengan teman-temannya mungkin keadaan akan berbeda untuknya. Menyesal tidak bisa dia rasakan, semua itu terkalahkan dengan dadanya yang tidak bisa berhenti berdebar.
Langit gelap di luar beberapa kali menjadi terang karena kilat cahaya dan menerobos masuk ke ruangan luas di mana dia berada. Badai masih belum berhenti, suara gemerisik dan gemuruhnya masih terdengar sampai dalam. Menyamarkan suaranya yang beberapa kali merengek dan terpekik keras. Lagi pula siapa yang akan peduli, karena hal-hal semacam ini adalah sesuatu yang sepertinya sudah biasa terjadi di sebuah tempat singgah.
Dengan matanya yang sayu, pandangannya masih tertuju pada satu hal. Wajah serius dari laki-laki yang berada di atasnya. Dengan nafas kasar terengah bagian tubuhnya bergerak repetitif, puas dengan reaksi Taehyung. Karena tidak ada lagi perlawanan berarti, sesekali tangannya menahan perut dengan otot menonjol yang benar-benar terasa keras ketika dia menahannya. Sengatan nikmat yang beberapa kali dia rasakan benar-benar membuatnya seperti lepas begitu saja.