Suasana jalanan desa tak selengang biasanya. Kendaraan bermotor tampak lebih banyak menyesaki jalan. Wajar saja, orang nomor satu di desa sekaligus juragan tanah sedang memiliki hajat, menikahkan putrinya. Tenda besar di halaman rumah dan orang-orang yang hilir mudik mengerjakan pekerjaan mereka menunjukkan seberapa antusias acara akan dilangsungkan. Oh jangan lupakan karangan bunga yang berjejer rapih di sana. Walaupun orang desa, kabarnya wibawa sang juragan tanah juga telah tersebar hingga ke kota. Hari ini, tepatnya tanggal 12 Syawal, Pak Kades –begitu biasa sang juragan dipanggil— akan menikahkan anak pertamanya, Saskia Ashalina, dengan seorang pemuda yang sebulan lalu telah meminang putrinya.
Akad akan dilangsungkan tepat pukul sembilan pagi dan dilanjutkan dengan resepsi hingga menjelang ashar. Saat ini waktu telah menunjukkan pukul sembilan lebih dua puluh menit, namun belum ada tanda-tanda kedatangan rombongan mempelai pria. Suasana di ruang tamu kediaman sang kades yang telah disulap menjadi ruangan untuk akad sedikit gaduh karena tamu undangan yang mulai saling berbisik perihal keterlambatan mempelai pria yang belum juga ada kejelasan kabarnya. Beberapa kerabat kini sibuk menenangkan para tamu undangan untuk tetap menunggu di tempat mereka. Tak berbeda jauh dengan di dalam ruangan, tamu di luar ruangan yang semuanya adalah ibu-ibu –karena tempat tamu undangan memang terpisah antara laki-laki dan perempuan— kini mulai saling berbisik, menduga-duga penyebab tentang keterlambatan mempelai pria. Sebagian menduga rombongan mempelai pria kemungkinan mengalami kecelakaan, sebagian lagi menduga mempelai pria kabur. Ya begitu lah jika ibu-ibu sudah berkumpul. Bergosip dengan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang mereka pelajari lewat sinetron.
Sementara di bagian terdalam rumah yang menjadi privasi keluarga sang kades, suasana tampak tegang. Tidak satu pun orang dalam ruangan itu yang berani mengeluarkan sepatah kata pun melihat seberapa marahnya pria paruh baya yang biasanya terkenal dengan wibawanya. Tangan kanannya mencekengkram erat ponsel yang baru beberapa menit ia gunakan untuk bercakap dengan seseorang di seberang sana.
"Mereka membatalkan pernikahan! Yusuf kabur karena tak ingin dijodohkan."
Kalimat itu diucapkan dengan nada pelan, namun semua orang sangat paham jika pria itu sedang mati-matian menahan amarahnya --terlihat dari wajahnya yang memerah. Sedangkan seorang gadis yang telah memakai gaun pengantin putih dengan riasan sederhana namun semakin menonjolkan kecantikan alami yang dibawanya sejak lahir, menghela napas lelah. Lewat bulu mata lentiknya, Ia menatap lurus pada sang ayah yang tengah memijat keningnya. Dia tahu sang ayah pasti merasa terpukul atas kelakuan tak bertanggung jawab laki-laki yang sebulan lalu meminangnya. Seharusnya dia juga merasa terluka atau bahkan menangis meraung-raung layaknya mempelai wanita yang ditinggalkan di hari pernikahannya, namun entah mengapa, hatinya tak bisa merasakan itu. Air matanya pun seolah kering. Mungkin karena dia memang tak pernah berniat menikah dengan laki-laki itu seperti laki-laki itu juga tak berniat menikahinya. Ya, dia tahu laki-laki itu hanya korban, terpaksa meminangnya hanya karena tuntutan orang tua. Lalu apa bedanya dengan dirinya? jelas saja berbeda. Orang tuanya tak pernah memaksanya. Semua keputusan tetap miliknya.
"Ibu dan Ayah bahagia kalau Saski menerima pinangan itu?" tanya Saskia Ashalina sesaat setelah keluarga laki-laki yang baru ia ketahui bernama Yusuf pulang setelah menyampaikan lamaran mereka. Keduanya mengangguk dan sudah selesai. Ia sudah tidak perlu lagi memikirkan apapun. Baginya, kebahagiaan kedua orang tuanya sudah lebih dari cukup. Ia tidak perlu lagi memikirkan dirinya, karena jika itu menyangkut asmara, ia sudah tidak lagi memiliki tujuan. Mungkin hatinya telah membeku sejak beberapa tahun yang lalu hingga dia tidak bisa membedakan hal apa yang membuatnya bahagia dan mana yang membuatnya terluka.
"Yah, izinkan Satria pergi menemui keluarga brengsek itu, yah," adik Saskia, Satria, kini mulai membuka suaranya. Ia berdiri di hadapan sang abah yang bergeming di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daur Ulang Hati
SpiritualCerita Fiksi Sebaik-baik bacaan tetap Al-Qur'an Ayat Al-Qur'an, hadits, atau perkataan para ulama dalam cerita ini dikutip dari ceramah asatidz sunnah dan website Rumaysho.com, muslim.or.id, muslimah.or.id, muslimafiyah.com, almanhaj.or.id, dll, in...