Part 5

484 64 17
                                    

Matahari bersinar terik pagi ini, sangat cerah. Tetapi tidak untuk Chanyeol. Wajahnya kusam dan kantung matanya hitam. Sudah tiga hari. Ya, sudah tiga hari ia tak bisa tidur. Tidak juga selera makan. Setiap hari, ketika hanya ia yang terjaga, si jangkung delapan belas tahun itu hanya bisa termenung. Hanyut dalam pikirannya.

"Kamu mendengarku?"

Lamunannya terpecah ketika suara itu masuk. Sedikit terkejut, "Huh?"

Yang diberi respon hanya menggeleng kecil. "Aku belum bisa menentukannya. Ada banyak kasus di sini. Dan ayahku sekarang mulai menyuruhku mengurus salah satu cabangnya. Aku tidak memahami pikirannya. Logaritma saja aku tidak paham apalagi mengurus perusahaan", decak Joonmyeon. Ya, pria itu sedang berada di apartemen Chanyeol.

"Kenapa kamu jadi semenyeramkan ini sih?"

Chanyeol hanya menghela napas dengan kasar lalu meletakkan cangkir kopinya. "Tidak ada", jawabnya.

Tentu Joonmyeon tidak mempercayai itu. Mana mungkin makhluk besar di sampingnya ini tidak mengalami hal buruk jika keadaannya saja seperti gelandangan.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu tidak melaporkan ini ke polisi? Mereka bisa saja membantumu."

Chanyeol menggeleng, tangannya mengambil cangkir itu lagi dan menyesapnya. "Kau gila? Mereka pasti akan berpikir bahwa aku adalah pelaku pencabulan yang menyerahkan diri sendiri. Aku tidak punya bukti apapun untuk melindungi diriku dan anak itu bahkan tak tahu caranya berbicara."

Joonmyeon manggut-manggut. Ia paham sekarang. Lagipula itu alasan yang logis mengingat Chanyeol hanya memungutnya tanpa berpikir. Joonmyeon sadar bahwa temannya ini sedikit gila dan bodoh. Tidak terhitung pemberani sama sekali. Ini lebih mengarah ke nekat.

"Lalu, kamu seperti mayat begini karena apa?" Joonmyeon masih penasaran. Ayolah, Chanyeol hanya perlu menjawabnya dan rasa penasaran itu akan hilang. Bahkan mungkin Joonmyeon bisa memberi solusi bila dirasa terlalu berat dan susah bagi Chanyeol menggendong seorang diri.

"Tidak. Hanya oleh kegiatan belajarku." Joonmyeon masih tak percaya, tetapi ia hanya diam saja. "Kita 'kan akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi."

"Baik, baik", Joonmyeon menyerah. Ia lalu pamit pulang.

Di sisi lain, Luhan sedang berargumen dengan Sehun. Mereka sedang berada di ruangan Luhan di rumah sakit, tetapi Sehun bahkan tidak peduli untuk bersuara keras di sana.

"Kenapa?! Apa kau takut?! Hah! Jawab aku, Luhan! Jawab!"

Tak bisa dipungkiri, Luhan menjadi takut dan kaget.

"Hentikan, Sehun! Lebih baik kau pergi dari sini!"

Sehun semakin mengepalkan tangannya. Wajahnya memerah karena marah. Bahkan rahangnya sudah mengeras.

"Aku bisa melakukan apapun, Luhan! Camkan itu!"

Ia keluar dengan membanting pintu secara kasar. Air mata menetes di pipi Luhan. Badannya seketika melemas dan air mata itu semakin deras.

"Kenapa hidupku harus serumit ini! Hiks hiks", tangisnya. Tangannya menyeka air matanya yang mengalir. Rasanya sesak ketika ia tahu segalanya, tetapi tak bisa berbuat apapun. Seketika ia mengingat Chanyeol.

Say It Out Loud, Byun! [Chanbaek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang