Part 2

432 60 4
                                    

Setelah menemukan marga dari bocah yang baru saja ia bawa, atau dalam istilah kasarnya ia pungut itu, Chanyeol tak lagi mempermasalahkan siapa namanya. Itu hanya akan membuat kepalanya pusing.

"Ayo mandi!", ajaknya.

Bocah itu mengangguk, lalu merentangkan tangannya perlahan.

"Minta digendong lagi."

"Kau..., tidak bisa- maksudku, tidak mau berjalan sendiri 'kah?"

Ayolah, bung. Masih ingat 'kan Chanyeol sudah menggendongnya dari basement dengan menaiki tangga ke lantai tiga. Dan sekarang ia harus menggendong bocah itu ke kamar mandi? Memangnya dia babysitter?!

Pegal, bung! Pegal!

Karena bocah itu hanya menampilkan wajah memelas, Chanyeol jadi harus pasrah. Tak tega, ya itu.

Ia pun mengangkat -lagi- si Byun itu lalu membawanya ke kamar mandi.

"Jangan katakan padaku kalau kau juga tak bisa mandi sendiri", ujarnya dengan agak kesal.

Tapi ia harus kembali bersabar karena akhirnya menerima respon yang ia tak inginkan. Hanya bisa menghela napas pasrah lagi.

Keran bath tube Chanyeol nyalakan dan mulai memasukkan sabun ke dalamnya. Busa mulai terlihat dan mata si Byun terlihat berbinar.

"Sekarang, buka bajumu!", perintahnya.

Mendengar kalimat itu, entah kenapa mata si Byun yang tadinya berbinar kini meredup. Muncul aura ketakutan dan genangan air di pelupuk matanya. Melihat itu, Chanyeol jadi panik. Anak itu mulai menangis dan itu membuatnya terlihat bersalah.

"H-hey, jangan menangis! Aduh! Memangnya aku salah bicara, ya? Astaga!"

Karena tak kunjung berhenti, maka Chanyeol memeluk anak itu. Berusaha menenangkan walaupun ia agak ragu. Tak lama kemudian, tangisan kecil itu berhenti dan membuat Chanyeol menghela napas lega.

"Dengarkan aku, ya. Aku bukan orang jahat dan aku tidak akan menyakitimu. Ayolah, bung! Seharusnya yang takut di sini itu aku, bukan dirimu!" 'Karena kau orang asing yang aku bawa ke rumahku dengan bodohnya. Astaga!'

"Jadi berhentilah takut padaku!"

Kedua mata sembab itu Chanyeol tatap dengan lembut. Jika diperhatikan, mata anak itu terlihat lebih terang dari miliknya dan lebih sipit. Bulu matanya cantik. Lama menelisik mata anak itu, Chanyeol jadi tersadar.

"Oh, my God! Kau itu laki-laki atau perempuan?!"

Bisa berabe dia kalau ternyata anak itu perempuan.

Nanti dia dikira pedofil tak berakhlak.

Karena anak itu tak mungkin menjawab, maka Chanyeol dengan segala keberaniannya membuka baju si Byun itu dengan mata tertutup sebelah.

"Ahhhh maafkan aku!"

Sumpah, teriakannya menyebalkan.

Dan ketika bajunya terbuka, ternyata dada anak itu datar.

'Syukurlah laki-laki.'

Tapi, Chanyeol agak terkejut, pasalnya tubuh bagian atas anak bermarga Byun itu dipenuhi luka lebam. Beberapa luka yang darahnya telah mengering terlihat dan ada luka yang kemungkinan baru ia dapat hari ini.

"K-kenapa kau bisa begini?"

Ketika ia mendongak, anak itu telah mengeluarkan air mata dengan deras, namun tak bersuara.

Chanyeol jadi kasihan. Ia tak tega, sungguh. Hatinya sangat lembut dan ia adalah tipe orang yang tidak tegaan.

"Menangislah jika kau ingin menangis karena aku ada di sini untuk menenangkanmu."

Itu yang Chanyeol katakan sebelum mereka menangis bersama.

.
.
.
Say It Loud, Byun!

Chanyeol x Baekhyun
Fanfiction
Shounen ai

By racyjiabbh

~Let's begin~
.
.
.

Ternyata tak hanya luka di tubuh bagian atas saja, tetapi luka itu memenuhi sekujur tubuhnya.

Chanyeol terperangah ketika menatap tubuh polos bocah itu yang dipenuhi luka. Ia semakin terperangah ketika menemukan luka di pangkal paha bocah Byun yang ia yakini ialah kissmark.

IYA, KISSMARK!

Bukan hanya di situ, tapi di bahu, leher, sampai pinggulnya pun ada!

Chanyeol terkejut bukan main! Jantungnya berdegub kencang dan matanya mulai memanas lagi.

Secepat mungkin ia memandikan bocah itu dan memakaikan pakaiannya yang terlihat seperti daster untuk bocah itu. Ia langsung memasak ala kadarnya dan menyuapinya dengan sigap.

"Kau harus tidur. Ayo!"

Chanyeol menuntun remaja itu untuk berbaring di ranjangnya dan si Byun pun hanya menurut. Mereka berbaring bersama tanpa suara. Tak ada percakapan lagi. Hanya sunyinya malam dan pikiran Chanyeol yang melayang ke mana-mana.

Apa yang sebenarnya terjadi pada anak itu? Apa dia disiksa orangtuanya? Apa dia anak terlantar? Dan kenapa dia bisa mendapatkan banyak memar dan juga... kissmark?

Itulah yang Chanyeol pikirkan.

Ketika ia menoleh pada anak itu, ia terheran karena ternyata sedari tadi anak itu menatapnya, bukannya tidur.

"Tidurlah, ini sudah larut malam", katanya dengan penuh perhatian.

Mata anak itu berair dan ia akhirnya menyunggingkan senyum kecil sembari mengangguk.

Tangannya memeluk lengan Chanyeol dengan erat, seolah tidak ingin berpisah. Matanya terpejam dan Chanyeol akhirnya kembali melamun.

Lama berkutat dengan pemikiran dan rasa penasarannya, Chanyeol akhirnya berniat untuk menghubungi seseorang. Ia melepas tangan anak itu dengan perlahan dan beranjak dari sana dengan hati-hati. Takut membangunkan si Byun malang.

Chanyeol pun lekas mencari smartphone miliknya yang ia lupa meletakkannya di mana.

"Astaga! Di jaketku!"

Ia lantas berlari ke ruang tamu, mengambil jaket dan merogoh sakunya.

"Ah, dapat!"

Ada banyak panggilan tak terjawab dari teman-temannya ketika ia membuka layar ponselnya.

"Bahkan aku jadi lupa pada mereka."

Ia langsung men-dial seseorang yang ia yakini dapat membantunya.

Tut... tut... tut...

Beberapa saat menunggu akhirnya panggilannya dijawab.

"Ya, halo?"

TBC

#20210216

Say It Out Loud, Byun! [Chanbaek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang