Tuan Oh adalah seorang pemilik rumah sakit swasta terbesar di Seoul. Namanya dikenal baik oleh masyarakat dan punya banyak relasi dengan berbagai pihak. Tuan Oh adalah seorang ayah beranak dua yang sudah menjadi duda sejak delapan belas tahun yang lalu. Istrinya meninggal tepat setelah melahirkan anak bungsunya, Oh Sehun.
Sedari kecil, Sehun tidaklah pernah merasakan bagaimana eksistensi dari sosok seorang ibu. Yang ia punya hanyalah seorang ayah, dan kakak perempuan bernama Oh Sejeong. Karena tidak memiliki ibu, Sejeonglah yang menjadi sandaran Sehun setiap saat. Akan tetapi, Sejeong bukanlah remaja yang tidak disibukkan oleh tugas dan kegiatan sekolahnya, ia cukup sibuk akan bagian pribadi sehingga tak punya banyak waktu bagi Sehun, adiknya. Oleh karena situasi, tuan Oh akhirnya mempekerjakan seorang babysitter. Tetapi, setiap seminggu sekali tuan Oh harus mengganti pengasuh baru karena Sehun yang tak berhenti menangis. Anak itu bersikeras tak mau dirawat siapapun selain dirinya dan Sejeong. Merasa hal itu sia-sia, tuan Oh akhirnya menyerahkan kesempatan terakhir pada seorang anak remaja yang ia pilih dari panti asuhan terbaik di Seoul. Anak itu merupakan yang terdewasa secara usia di sana, sehingga tuan Oh yakin ia punya banyak pengalaman merawat anak-anak seperti Sehun. Bukan tanpa alasan tuan Oh memilihnya. Walau ia asing, tetapi tuan Oh melihat ada potensi dalam diri anak lelaki itu. Ia sangat cerdas sehingga bisa masuk ke dalam sekolah elit dengan beasiswa prestasi. Sejeong bahkan berteman dengannya. Tuan Oh hanya perlu menempa sedikit, lalu anak itu akan menjadi salah satu pion andalannya.
Dan benar saja, dalam waktu dua hari anak itu bisa menaklukkan hati Sehun. Hingga bertahun-tahun berlalu, si bungsu makin tidak mau melepaskan diri darinya barang sedetikpun. Makan, mandi, belajar dan tidur mereka lakukan bersama. Bahkan Sehun seolah telah melupakan Sejeong. Remaja perempuan itu tak keberatan. Ia malah merasa terbantu akan hadirnya Luhan. Teman sekelasnya itu banyak membantu mereka. Tuan Oh juga sangat menyukainya. Namun satu hal yang mereka berdua tidak ketahui, bahkan Luhan sekali pun. Ialah Sehun yang memendam rasa padanya.
.
.
.
Say It Out Loud, Byun!Chanyeol x Baekhyun
Fan Fiction
YaoiBy racyjiabbh
~Let's Begin~
.
.
.Suasana sangat canggung ketika Chanyeol sampai dan melihat baru Joonmyeon saja yang ada di sana. Matanya melirik takut-takut pada teman baiknya itu. Ia tak menyangka bahwa Joonmyeon akan marah padanya, bahkan sangat marah. Beberapa lama berdiam-diaman, Yifan akhirnya datang dengan membawa alkohol dan beberapa snack. Ada juga soda dan cookies.
"Jongin dan Sehun belum datang juga?"
Keduanya menggeleng, masih dengan saling diam. Yifan memasang wajah curiga karena biasanya Joonmyeon akan menjadi sangat aktif bila ada Chanyeol. Menyadari Yifan yang memicing, dengan cepat Joonmyeon mencairkan ekspresi kesalnya.
"Perlu makanan lainnya?"
"Hey yo! Maafkan aku yang sedikit terlambat."
Jongin menginterupsi ketiganya. Ia datang dengan gaya santainya juga membawa sebuah tas gendong. Yifan mengernyit melihat gaya aneh Jongin.
"Untuk apa tas itu? Kau baru pulang dari les?"
Jongin tertawa mendengarnya. Sekarang Yifan terdengar seperti cenayang. "Tepat sekali!" Ketiganya berujar wow bersamaan. Mereka hanya tak menyangka bahwa Jongin mau-mau saja diberi waktu belajar tambahan.
"Jangan berpikir yang lain. Aku hanya ingin masuk ke kampus idaman dan mengalahkan Joonmyeon", ada tawa diujungnya. Jongin mulai memancing keributan.
"Bilang saja kau takut ayahmu akan menodong kepalamu dengan pistol lagi."
Jongin memukul kepala Joonmyeon, lalu duduk di sebelah orang yang sedang mengelus spot hajar yang terasa panas itu.
"Kau tahu tidak Sehun di mana?"
Jongin mengerutkan keningnya. "Memangnya aku ibunya?"
Yifan mengabaikan Jongin dan malah bertanya pada Chanyeol. "Kau sudah menelepon si albino itu?", tetapi Chanyeol hanya cengengesan tidak jelas. "Aku meninggalkan handphoneku di apartemen."
"Chanyeol dan kepikunannya tidaklah pernah terpisahkan oleh tempat dan waktu- AW!"
Yifan hanya menggeleng-geleng melihat Jongin yang sedang disiksa Chanyeol. "Tadi aku sudah menelepon anak itu, tetapi tidak dijawab." Yifan akhirnya mengangguk.
"Well, kita mulai duluan saja."
Di lain tempat, orang yang sedang ditunggu-tunggu keempat temannya itu sedari tadi malah mengitari kota, mencari pemilik hatinya. Berkali-kali Oh Sehun menelpon Xi Luhan, tetapi pria itu bahkan tidak mengangkat satupun panggilannya. Apa Luhan semarah itu padanya? Yang ia katakan memang benar, apa Luhan setakut itu menghadapi semuanya? Apa Luhan tidak mau menggandeng tangannya dan menerobos semua rintangan di depan mereka? Apa mereka harus tetap seperti ini?
Dari awal Sehun memang menyukainya, bahkan ia sangat mencintainya hingga kini. Tetapi mengapa orang yang sangat ia cintai malah berbalik memunggunginya dan mendukung orang yang memisahkan mereka? Mengapa Luhan malah menjadi sekutu ayahnya? Apa karena ayahnya yang mengangkatnya dan ia harus balas budi akan itu? Atau karena Luhan memang tidak serius padanya?
Sehun masih setia menelpon dan mencari hingga tengah malam menjelang. Dari rumah, rumah sakit, klinik, rumah teman-teman Luhan, café favorit pria itu, bahkan semua tempat yang ia rasa Luhan pernah datangi sudah ia singgahi. Tetapi malam itu tidak ada hasil apapun untuk usahanya. Padahal di dalam rencananya, malam ini akan menjadi lembaran baru baginya dan Luhan. Ia berencana membawa kabur pria itu, tepat hari ini ayahnya pergi ke luar negeri.
Kembali kepada empat sekawan yang sedang minum-minum di halaman belakang rumah Yifan. Semilir angin yang sejuk menerpa anak-anak delapan belas tahun itu.
"Sebenarnya aku akan pindah ke Beijing." Ketiganya saling menatap dengan tak percaya. Untuk apa lelaki paling tinggi di antara mereka ini pindah hingga ke negara tetangga?
"Pamanku sedang sakit, jadi ayah dan ibuku harus mengurusnya dan juga kami harus mengurus anak semata wayangnya."
"Istri pamanmu...", Jongin berucap ragu. "Pamanku duda."
Ketiganya mengangguk. Seketika suasana menjadi kelam. Rasa tidak rela mulai muncul, tetapi mereka bisa apa? Mungkin itulah yang terbaik. Dan juga, walau mereka berjauhan, bukanlah penghalang untuk tetap bersahabat 'kan?
"Aku pasti akan kembali. Jangan memasang wajah menjijikkan, kalian para bodoh", sontak ketiganya menerjang Yifan dengan pukulan.
TBC
#20210527
Flashback-flashback akan dimulai~
KAMU SEDANG MEMBACA
Say It Out Loud, Byun! [Chanbaek]
FanficJika kamu tidak mengenal Byun Baekhyun si pucat, pasti kamu akan berpikir bahwa dia seperti orang-orang pada umumnya. Tapi kamu salah! Dia jauh dari apa yang kamu pikirkan! Chanbaek story. Status : On going