Part 4

433 60 8
                                    

Ketika Chanyeol kembali ke kamar mereka, ia melihat si Byun sedang melamun. Kakinya melangkah mendekat lalu menaiki ranjang mereka. Tangannya yang besar itu mengelus pelan rambut halus yang lebih mungil.

"Hey", panggilnya.

Si Byun menoleh terkejut sampai bola matanya melebar. Ia akhirnya menghela napas lega ketika mendapati Chanyeol yang berada di sampingnya.

"Jadi berbelanja?"

.
.
.
Say It Loud, Byun!

Chanyeol x Baekhyun
Fanfiction
Shounen ai

By racyjiabbh

~Let's begin~
.
.
.

Semuanya berakhir dengan tidak sesuai rencana. Hal itu bermula ketika taksi online yang dipesan Chanyeol datang. Si kecil tak mau masuk ke mobil itu tepat ketika matanya menatap sang supir. Sebenarnya tak ada yang aneh. Chanyeol memesan taksi online karena mereka tak mungkin naik motor, lalu taksi itu datang dan sang supir terlihat normal. Hanya saja yang lebih babyface langsung ketakutan hingga menarik-narik baju Chanyeol dengan kuat. Ia bahkan sesenggukan dan meronta tak bersuara. Sang supir yang adalah seorang paruh baya pun memaklumi. Ia memperbolehkan mereka membatalkan pesanan dan pergi tanpa dibayar.

"Aku akan memesan online saja. Lagipula tidak bagus jika kau memakai bajuku yang seperti daster ini ke luar."

Chanyeol mengatakan itu sembari menghibur dirinya. Positive thinking.

Ketika ia selesai dengan handphonenya, ia beralih pada si Byun yang ternyata masih menangis di atas tempat tidur. Kali ini ia menunduk.

"Ah tidak, jangan menangis lagi, hm", tangannya mengusap kedua pipi tirus itu, menghapus cairan sebening kristal yang mengalirinya.

Kalau diperhatikan, anak ini punya wajah yang halus dan bersih. Terlepas dari pakaiannya yang koyak-koyak saat pertama kali bertemu dengan Chanyeol, si Byun manis ini punya badan yang tak terlalu kurus. Terlihat sedikit normal, seperti dia sebelumnya pernah diurus. Bahkan tidak ada jerawat satupun di wajahnya.

"Ini aneh"

Lamunan sejenak itu terhenti ketika sebuah tangan mengusap pipinya. Mata Chanyeol membola sejenak, namun segera terganti dengan senyum di bibirnya. Ia genggam tangan itu tanpa melepas pandangan dari sepasang bola mata yang sejernih air dari sumbernya itu. Dirasanya tangan itu halus dan kecil. Berbeda dengan tangannya yang besar dan sedikit kasar karena melakukan pekerjaan rumah dan berolahraga.

"Aku sudah memesan baju-baju untukmu. Selagi menunggu itu, apa kau mau belajar sesuatu?"

Tatapan lucu ia dapatkan. Ternyata si kecil tidak tahu maksudnya.

"Aku anggap itu adalah ya."

Ketika Chanyeol hendak beranjak, tangan itu kembali menahannya. Kepalanya menggeleng-geleng keras dengan pipi mengembung, membuat Chanyeol merasa sangat gemas. Karena tak kunjung dilepas akhirnya mau tidak mau Chanyeol harus kembali menggendong si Byun seperti anak kecil. Mereka mendekat ke meja belajar Chanyeol. Tangan kanannya menahan bokong sementara tangan kirinya meraba laci mejanya, mencari pena serta sebuah buku kecil. Si lucu melingkarkan kedua tangannya di leher Chanyeol. Rambutnya yang halus mengenai hidung si besar, membuat dia agaknya merasa geli.

Mereka lantas ke ruang tamu apartemen itu. Si byun diletakkan di depan meja bulat pendek, lalu diberi buku kecil dan pena tadi.

"Aku akan mengajarimu huruf"

Mereka belajar sampai lupa waktu. Menurut Chanyeol, anak itu sangat mudah menyerap kata-kata dari Chanyeol. Sejujurnya, ia terlihat pandai, tetapi mengapa sampai diumurnya yang sekarang ini ia masih tidak mengerti apapun?

"Aku akan mencari tahu itu nanti."

.
.
.
.
.

Keesokannya, Dokter Luhan datang lagi. Kali ini ia tidak berpakaian layaknya dokter ataupun membawa peralatannya. Ia datang hanya dengan pakaian kasual dengan sedikit tambahan aksesoris seperti topi dan tas kecil.

"Hari ini aku hanya ingin mengobrol dengannya."

Chanyeol manggut-manggut. "Benar tidak ada hal penting?"

"Mungkin ada sedikit selingan di obrolan ringan kami. Tapi tenang saja, aku tidak akan membuat dia sampai stress berpikir. Aku bukan guru matematika." Luhan tertawa kecil. Jokesnya mengingatkan mereka pada Sehun yang tak suka matematika sampai ia pernah demam tinggi karena belajar untuk ujian mata pelajaran itu.

Luhan akhirnya memasuki kamar, sekitar dua puluh menit akhirnya ia keluar. Ia langsung menemui Chanyeol yang sedang belajar di ruang tamu. Luhan mengambil tempat di sebelah Chanyeol. Mereka duduk beralaskan karpet bulu yang Chanyeol beli agar saat si Byun ingin duduk di lantai, ia tidak langsung mendapat hawa dingin.

"Kupikir ini sangat serius."

Kalimat itu mengalihkan fokus Chanyeol. Keningnya berkerut.

"Apa maksudmu?"

Luhan menghela napas. "Mungkin ini sangat aneh dan akan menghantuimu tiap malam. Tapi, tolong percaya padaku."

Chanyeol masih menatapnya dengan bingung. Hingga pernyataan yang Luhan lontarkan membuatnya terbungkam.

TBC

#20210303

Say It Out Loud, Byun! [Chanbaek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang