Part 6

275 40 3
                                    

Di malam yang dingin ini, Chanyeol tengah berendam di bathtub. Ia ingin merelaksasikan dirinya sembari berendam di air hangat. Pikirannya kembali terbang pada kejadian yang telah berakhir sepuluh menit yang lalu. Ia merutuki kebodohannya yang tidak bisa mengontrol diri.

"Argh! Bodoh! Bodoh!"

Tangannya mencengkeram rambutnya, frustasi. Baginya ini adalah keputusan -atau bisa disebut keteledoran- yang benar-benar tidak bisa dimaafkan. Bagaimana nanti dia harus berhadapan dengan Baekhyun?

"Apa yang harus aku lakukan?"

Otaknya dipaksa bekerja untuk menemukan solusi. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya.

Dengan cepat ia menarik diri dari bak itu lalu membenahi diri. Ketika keluar dari kamar mandi, dilihatnya si mungil sedang tertidur pulas di bawah selimut. Wajahnya terlihat sangat polos dan mulutnya sedikit terbuka dengan aliran liur. Melihat itu Chanyeol jadi terbayang sesuatu.

"Astaga! Astaga!"

Ia pukul-pukul pipinya dan segera beralih ke ruang tamu. Tangannya menggenggam ponselnya, mengetik nomor yang dituju lalu menelponnya.

"Halo! Lu? Kau di situ?"

"Hoam...", ada jeda sedikit sebelum Luhan, orang yang ditelepon Chanyeol, bertanya sambil terdengar bunyi samar rambut yang digaruk-garuk, "Ada apa, Chan? Ini sudah larut, kenapa menelepon?"

"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan. Bisa kita bertemu?"

.
.
.
Say It Out Loud, Byun!
Chanyeol x Baekhyun
Fan Fiction
Yaoi

By racyjiabbh

~Let's Begin~
.
.
.

"Yang telah kau lakukan itu benar, Chanyeol. Kau telah membantunya menghadapi ketakutan terbesarnya."

Luhan menepuk-nepuk punggung Chanyeol, memberi sedikit kata-kata bagus untuknya. Tetapi, wajah Chanyeol masih saja terlihat frustasi.

"Bagaimana nanti aku harus berhadapan dengannya, Lu? Argh! Aku bisa gila!", anak itu kembali mengacak-ngacak rambutnya.

Sebenarnya Luhan sangat prihatin dan tak tega, tetapi hanya inilah jalan satu-satunya agar semuanya membaik. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan.

"Chanyeol, kupikir kau harus tenang dulu. Lagipula-"

"Bagaimana aku bisa tenang?! Dia itu sudah seperti anakku, Lu! Apa seorang ayah bisa melakukan sesuatu seperti yang telah aku lakukan?!"

Luhan ingin tertawa ketika mendengar penuturan Chanyeol. "Ayah? Dia bahkan lebih muda darinya.", monolog Luhan. Tetapi ia urungkan karena saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bercanda. Chanyeol sedang emosional. Ia tak bisa menahan kekesalannya. Kekesalannya terhadap dirinya sendiri. Dan Luhan tau itu.

"Semua sudah terjadi, Chanyeol. Kita lihat perkembangannya besok."

Pernyataan Luhan memang tak bisa ditangkis. Ada benarnya bahwa semua sudah terjadi. Yang penting sekarang ia harus meminta maaf pada Baekhyun bagaimana pun caranya serta mengamati perkembangan psikologis anak itu.

"Pulanglah. Jangan sampai dia terbangun dan tidak menemukanmu di sampingnya. Itu akan membuatnya terluka."

Chanyeol menatap Luhan, tetapi dengan cepat Luhan mengalihkan pandangannya. "Aku harus segera pulang", ujarnya seraya beranjak dari kursi.

Namun, sebelum benar-benar pergi dari situ, Luhan kembali berbalik dan mengatakan sesuatu padanya.

"Aku akan membantumu membuat identitas baru untuk Baekhyun, tetapi ingat ini, Chanyeol! Jangan beritahu siapapun tentang hal ini!"

Ketika Chanyeol sampai di dalam kamar, ia melihat Baekhyun yang sudah terduduk di atas tempat tidur dengan penuh air mata. Seakan menghantam tepat di hatinya, Chanyeol jadi ingin menangis juga. Masih ingat dengan penggambaran jiwa Chanyeol yang lembut, ya kan?

"Oh, tidak! Jangan menangis!"

Badannya yang besar segera memeluk anak itu dan dibalas pelukan erat.

"Ja-jangan pe-pergi."

Tepat seperti kata Luhan, Chanyeol merasa bahwa anak itu tidaklah marah padanya.

"Tidak, Chanyeol hyung tidak akan pergi."

Chanyeol mengusap air mata yang masih mengalir di pipi gembil itu. Hampir tiga minggu bersama, anak itu sudah sangat berisi.

"Maafkan hyung, Baekhyunie."

Gelengan kepala Chanyeol dapatkan. Anak itu semakin memeluknya erat seperti enggan untuk melepaskan barang sedetikpun.

"Baekhyun tidak marah", cicitnya.

Kosa kata Baekhyun sudah banyak, dan sudah pandai merangkai. Ia dengan cepat belajar, dan Chanyeol sangat bangga padanya. Tubuh kecil itu ia bawa berguling, masih dalam pelukan. Mereka terus berpelukan hingga tertidur.

Dua hari telah berlalu dan mereka masih seperti biasa. Tetapi hari ini berbeda. Chanyeol tengah mempersiapkan segala kebutuhan kesayangannya. Ia akan pergi ke luar, entah untuk berapa jam, ia pun tak tahu. Sebenarnya ia sudah meminta Luhan untuk mengurus Baekhyun selagi ia pergi, berhubung Luhan punya waktu libur di hari minggu ini, tetapi ia tak mungkin melepas semua tanggung jawabnya pada kakak ipar Sehun itu.

Ketika selesai memasak, Chanyeol mendengar bellnya berbunyi. Kaki jenjangnya melangkah ke pintu dan membukanya. Luhan datang tepat waktu.

"Maaf, ya."

Luhan tersenyum kecil. Ia mengatakan bahwa ini bukanlah hal besar dan mereka berjalan beriringan ke dalam. Chanyeol menjelaskan apa saja hal yang perlu Luhan lakukan dan pria itu mendengarkan dengan baik.

"Beri ia susu dan roti jam tiga siang dan pudding ini jam lima. Ia harus mandi jam setengah lima dan makan malam tepat waktu", jelasnya.

"Jangan beri timun dan makanan pedas, dia tidak suka", Luhan masih setia mendengarkannya.

"Jangan memasukkan bajunya ke dalam celana, dia lebih suka dikeluarkan. Jangan menyetel film dewasa. Jangan mengajaknya ke luar. Jangan memberi snack sembarangan. Jangan berbicara kasar padanya. Jangan-"

"Oke, oke! Aku mengerti, ayah Baekhyun."

Chanyeol ingin sekali memukul kepala Luhan kalau saja ia tidak ingat Luhan lebih tua darinya dan pria inilah yang akan membantunya.

"Sekarang, di mana Baekhyun?"

Chanyeol mengajaknya ke kamar mereka. Luhan dapat melihat anak itu sedang berguling sambil membaca buku cerita. Bibirnya tertarik membuat lengkungan ke atas, tersenyum kecil, lalu melangkah masuk.

Chanyeol lalu pergi bersiap. Sebelum pergi, ia menyempatkan diri untuk memeluk Baekhyun dan mencium keningnya.

"Jangan nakal, ya, baby!"

Rambut halus itu ia usap. Entah mengapa rasanya berat sekali untuk meninggalkannya. Padahal Chanyeol hanya pergi sebentar, bukan berhari-hari ataupun bertahun-tahun. Luhan yang mengamati mereka berdua hanya diam. Matanya berkaca-kaca. Dapat ia lihat bahwasanya Chanyeol sangat menyayangi si Byun muda seperti keluarganya sendiri. Hal ini membawa rasa bersalahnya kembali hadir.

"Kuharap semua akan baik-baik saja."

TBC

#20210401

Ini bukan AprilMop kok, beneran update hehe

Btw besok dah Jumat Agung aja, aku ngerasa dosaku banyak banget astaga ㅠㅠ

Say It Out Loud, Byun! [Chanbaek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang