MEMPELAJARI KARAKTER TEMAN

8 0 0
                                    

Lagi-lagi Dopi memintaku untuk berjalan belakangan. Dan membiarkan yang lain jalan lebih dulu. Aku paham, maksud tindakannya. Hal itu dikarenakan fisikku yang tidak sekuat teman-teman lainnya. Kini Dopi beralih jalan di depanku. Saat aku akan melangkah, mendadak sebuah uluran tangan melayang ke depan mataku. “Dopi!” sentakku kaget.
“Iya, peganglah tanganku. Aku akan menarikmu. Sehingga kau tidak perlu khawatir,” ujarnya. Perasaanku sontak jadi bergumuk tidak karuan. Mengapa sikapnya dia berubah demikian. “Ayo! Atau kita akan ketinggalan rombongan!” celetuknya lagi.
Terang saja aku langsung meraih tangannya. Dan yang terjadi, perasaanku jadi berbeda terhadapnya. Aku melihat ketulusan hatinya, dari sikapnya yang memberikan tangannya untukku. Tidak hanya itu saja, aku juga jadi melihat kesabarannya, yang setia menemani perjalananku. Bahkan ia tidak mengeluh sekalipun. Ia justru membuatku yakin, bahwa aku mampu mencapai puncak. Meski dengan fisik seperti sekarang.

“Di dalam gunung, kau tidak akan tau apa yang akan terjadi. Tapi ada banyak hal, yang akan kamu ketahui. Bahkan hal yang tidak pernah kamu duga sekalipun,” tiba-tiba saja ucapan Dopi menggema di telingaku.
“Apakah ini yang ia maksud?” gumamku berpikir. Memang benar, aku tidak pernah menduga jika Dopi akan bersikap sebaik ini padaku. Sampai membuatku terbawa oleh perasaan yang berkecamuk. “Hemmtt… tapi aku kan nggak mungkin menanyakan hal ini padanya,” pikirku lagi menggumam. “Ahh… iya, sebaiknya aku tanyakan kejadian tadi saja!”
Dopi masih terus menatap ke depan, sembari sesekali menatap tangan dan langkah kakiku. Memastikan apakah pijakanku benar atau tidak.

“Dopi…” panggilku.
“Iya,” sahutnya menoleh.
“Kamu kan tadi bilang, kalau digunung akan ada banyak hal yang ku ketahui. Apakah maksudmu seperti kejadian barusan?”
“Iya Flowy. Kau tau kan bagaimana situasinya tadi? Ada yang panik, ada yang bingung, namun ada pula yang tak sabar ingin melanjutkan perjalanan,” tuturnya.
“Iya juga ya… ehh.. kamu tau nggak? Aku tadi rada sebel tau sama tuh cowok! Suka ngatur banget! Udah tau temennya lagi kesakitan! Ehhh… dianya malah bersikap seperti itu!”
“Hahaha… jangan manyun begitu donk. Mukamu jelek lo,” godanya. Rasa kesal pun seakan mencair dengan candaannya.
“Memang begitulah. Saat kita sedang berada di gunung apa saja bisa terjadi. Kita juga bisa mengetahui banyak hal. Termasuk karakter orang.”
“Maksud kamu?” celetukku penasaran.
“Iya, di dalam pendakian. Kamu akan mengetahui bagaimana karakter temanmu. Apakah dia tipikal setia kawan, pemarah, suka ngatur, penyabar, atau yang lainnya.”
“Ohh… jadi begitu ya?”
“Iya. Sekarang kamu mengerti bukan?” tanyanya. Aku pun mengangguk pelan. Perlahan ia mengelus kepalaku. Tentu saja, kejadian beberapa detik itu membuatku merinding. Melihatnya menggenggam tanganku saja, sudah membuat jantungku berdebar-debar. Ini ditambah mengusap rambut, lengkap sudah rasa campur aduk mengisi hatiku.
“Dopi… apakah sikapmu ini juga termasuk salah satunya?” gumamku memandangi punggungnya.
“Flowy, lihatlah jalan setapak ini! Jangan bengong!” gertaknya mengagetkanku.
“Iya.” kataku,
“Aku akan mencarikan jalan yang landai untukmu. Sebetulnya kalau ingin cepat, kita bisa pakai jalan yang terjal. Tapi untukmu, aku akan mencarikan jalan yang lebih landai,” jelasnya.
“Maaf ya, pasti aku jadi merepotkanmu deh. Andai saja fisikku seperti mereka, pasti kita tidak tertinggal jauh seperti sekarang,” ucapku cemas.
“Kamu ngomong apa sih? Udah! Perhatikan saja jalanmu, jangan ngomong yang bukan-bukan.”

PETUALANGAN DOPI & FLOWYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang