Permainan Lius

27 5 2
                                    

Selamat Membaca
.

.

.

.

.

Lius menyeringai.

Melihat targetnya membeku di tempat.

Pemuda itu membatu menyaksikan di hadapannya berdiri sesosok manusia ah bukan! Iblis berjubah hitam,memakai topeng dan di genggaman terdapat schyte berwarna hitam dengan sedikit gradasi putih berukuran lebih panjang dari tinggi sosok itu.

"Aku akan mati " ujar nya lirih,kala melihat angin mengibarkan jubah sosok itu.

Seringai yang terpampang jelas di wajah Lius semakin lebar. Menandakan bahwa dirinya bahagia kesal dan amarah,semua rasa itu tercampur jadi satu.

"Kau tidak akan mati" ujar Lius sambil mengayunkan schyte ke arah tubuh pemuda itu.

Dengan reflek yang bagus,pemuda itu meloncat ke belakang. Lius yang menyadari aksi target,kembali mengayunkan dan kejadian yang sama yaitu menghindar-menganyun terus terulang.

Entah mendapat kekuatan dari mana pemuda itu terus menghindar dan entah dari mana juga kadar kesabaran Lius terus bertambah,hal tersebut terbukti Seringai di wajah nya tak pudar pudar.

"Aku bosan!" Ujar Lius tiba tiba menghentikan kegiatan nya. Pemuda itu juga tampak kelelahan,tubuhnya sudah basah dengan keringat.

"Berhenti bermain nya ya! Aku sudah bosan...atau tidak kita-" ucapan Lius terpotong,tiba tiba sudah berada di belakang tubuh pemuda itu.

"Ganti permainan nya!" Lanjut nya tepat di telinga kiri korban. Mengarahkan ujung schyte untuk menggores lengan kanan pemuda itu.

"Arrgh!" Pemuda itu memekik menahan perih.

***

Deg

Tiba tiba jantung gadis yang sibuk memilih pakaian di salah satu mall itu,berdetak tak karuan.

Di sampingnya berdiri wanita yang berumur matang,menatap heran sepupunya.

"Ada apa chika? Kau sakit?" Tanya nya khawatir

"Hmm? Tidak! Hanya saja...aku merasakan firasat buruk pada Hary..." ujar nya dengan mata berkaca kaca tanda ia akan menangis.

"Hary? Pacar mu? Tenang saja...toh sekarang mungkin dia sudah berada di rumah,atau kau bisa telepon nya!" Ujar wanita itu mencoba menenangkan Chika.

Chika mengangguk,meraih ponsel yang berada di dalam tas. Lalu tangan dan mata nya sibuk mencari kontak nomer kekasih nya,setelah menemukannya ia segera menelepon.

2 menit kurang ponsel bermerk mahal itu menempel di telinga kanan nya,namun di wajah nya masih menampakan kekhawatiran.

"Ponsel nya tidak aktif..."ujar nya lirih dengan air mata telah membasahi kedua pipi nya.

"Huh,lalu bagaimana? Kau mau kita ke rumah nya? Dan menghabiskan waktu berharga yang kita miliki?" Ujarnya

"Hmm,maaf kan aku...Kak Eliza! Baiklah ayo kita lanjutkan!" Ucap Chika sambil menghapuskan jejak air mata di wajah cantik nya.

Assassin !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang