"Sebenarnya.. nama asliku adalah Yuichi Iren."
Satu kelas mendadak bingung.
Heh?
Apa?
Maksudnya?
"Mohon semuanya tetap diam dan dengarkan!" Bu guru memukul papan tulis dengan keras.
"Iya, Aku adalah Iren. Iren-chan, dan bukan Aya-chan. Nama asliku kusamarkan untuk alasan pribadi. Tapi.. ada yang ingin kusampaikan pada kalian semua."
Hening. Semua siap mendengarkan.
"Sejak kecil, aku adalah anak yang sakit-sakitan. Di umur yang masih belia, aku sudah didiagnosis kanker darah stadium 2. Aku yang selalu terbaring di ranjang, tidak memiliki teman. Tapi suatu ketika di kota Numazu.. ada dua anak yang menyelamatkanku dari kegelapan itu. Terima kasih, Chika-chan, You-chan."
Sontak semua pandangan mengarah pada Chika di belakang.
"Lalu.. aku mendapat banyak kenangan indah yang belum pernah kurasa sebelumnya. Tapi itupun.. tak berlangsung lama. Setelah satu tahun, kami berpisah, dan aku kembali lagi ke Tokyo, untuk menjalani perawatan tingkat lanjut. Dan pada akhirnya.. aku divonis kembali kanker darah stadium 3. Saat itu aku sangat hancur, dan tak tahu lagi harus berbuat apa. Karena sisa waktu hidupku hanya tinggal lima bulan saja."
Semua orang dalam ruangan tercengang, termasuk guru. Chika sudah menahan air matanya, juga Riko yang sama sedihnya. Mereka berdua sudah tahu, karena kemarin Iren telah mengatakan segalanya.
"Terima kasih pada Ayah, yang mengizinkanku kembali lagi ke sini, dan bertemu kembali dengan mereka. Tapi bukan itu saja. Aku sangat senang bisa berkenalan dan berteman dengan kalian. Selama dua bulan ini, kalian semua mengajarkan banyak hal, yang tidak pernah kuketahui. Untuk itu.. aku sangat berterima kasih." Iren membungkukkan badan.
"Sesuai janjiku pada Ayah, dua bulan telah terlewati. Dan kini.. saatnya kita berpisah. Aku tahu ini sangat berat, bagiku sekalipun. Karena itu.. sekali lagi kuucapkan. Terima kasih banyak!" Iren membungkukkan badan lagi, memberi hormat. Air matanya jatuh.
Karena sudah waktunya jam pulang, semua murid langsung menyalami Iren. Mereka sangatlah sedih. Bagaimana tidak? Seseorang yang bagai malaikat akhirnya harus meninggalkan mereka. Iren memang dikenal baik dan ramah. Oleh karena itu, ia memiliki banyak teman di sini.
Semua orang sudah pulang, dan meninggalkan kelas. Tinggal tersisa dua orang lagi yang belum menyalami Iren.
Chika menangis, memeluk Iren. "Huwaa!! Iren-chaaan!!.. kenapa harus pergi..? Padahal waktu kita baru saja dimulai kembali.."
Iren tertawa. "Lepaskan. Kamu tidak berubah ya, Chika-chan. Kekanak-kanakan."
"Kurasa sudah saatnya untuk pulang ke rumah. Sudah mulai gelap, lho." Kata Iren mengingatkan.
Chika dan Riko mengambil tas, namun Chika pergi berlarian terlebih dahulu karena takut terlambat dan dimarahi Mito-nee.
Riko mengulurkan tangan. "Selamat tinggal, Iren-chan. Selama ini, kita hanya menghabiskan waktu untuk saling membenci. Andai saja kita bisa saling memahami.. sayang sekali."
"Ya. Kamu benar. Ini salahku. Seharusnya kita dapat bersenang-senang bersama. Dan kurasa.. salah satu penyesalan terbesarku adalah membencimu di awal. Aku tak pernah menyangka kamu sangat perhatian."
"Eh?"
Iren tersenyum nakal. "Teman-teman telah memberi tahu segalanya lho, di hari itu. Kamu sangat mengkhawatirkanku dan rela meninggalkan kelas."
![](https://img.wattpad.com/cover/189575380-288-k451625.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Ship: Chika X You
FanfictionTakami Chika dan Watanabe You adalah dua sahabat karib yang sudah lama bersahabat sejak kecil. Namun menjaga persahabatan keduanya memang tidak mudah. Kejadian demi kejadian harus mereka lewati semuanya, satu per satu. Dapatkah mereka menjaga selalu...