potongan 0

24 4 1
                                    

aku mengikat rambut panjangku. mereka benar-benar berbeda dengan orang-orang yang selama ini kuhadapi. mereka bukan orang biasa.

"hei-hei, kau tak perlu seserius itu, bukan?" ucap salah seorang dari mereka, dengan tampang santainya yang terlihat begitu menyebalkan.

aku menghembuskan napas perlahan. sudah berkali-kali aku menyerang. entah itu bola air, semburan air deras, namun tak seorangpun dari mereka tumbang. padahal, biasanya orang-orang sudah tumbang setelah menerima serangan pertamaku. mungkin, kali ini aku harus lebih serius.

"mau melawan lagi? tidak menyerah saja?" suara kembali terdengar dari orang yang sama. kali ini tangannya mengacak pelan rambut pirangnya.

kuangkat kembali kedua tanganku. mereka tak terlihat seperti orang yang kesulitan, melainkan lebih seperti orang yang sedang dalam penantian panjang. mereka membuatku semakin jengkel.

"kalian, tak bisa mengambil apa yang bukan milikmu!" sahutku sembari menggeser kakiku, memperkokoh kuda-kudaku.

"kata siapa ini bukan milik kami?"

aku berdecak kesal. jelas-jelas mereka sudah mengambil uang milik sahabatku.

seharusnya, situasi saat ini menguntungkanku. ini wilayah yang sudah sangat kukenal. bahkan cuaca sekarang sedang hujan deras. keadaan ini membuatku unggul berkali-kali lipat dibanding keadaan biasa. tapi kenapa mereka masih bisa bertahan?

"hei, sepertinya kamu dan gadis itu berbeda topik pembicaraan," ucap seorang lagi dari balik punggung si rambut pirang didepanku.

"yang kau bicarakan, bukankah orang-orang berwajah sangar yang berpakaian sobek-sobek itu?" orang itu beralih bertanya padaku sembari menunjuk ke belakang punggung mereka dengan matanya.

aku mematung, menatap tak percaya petugas-petugas negara yang sudah tergeletak, tak bergerak.

"ka-kalian... membunuh," aku berucap tak percaya. kaki dan tanganku gemetar.

"ng? ah, tidak... mereka terlalu menyedihkan untuk mati di tangan kami," orang berambut pirang itu berkata santai sembari mengibaskan tangannya.

tanpa sadar, aku menghembuskan napas pelan.

"kamu, tadi berkata untuk tidak mengambil hak orang lain, bukan?" orang yang dibelakang bertanya. dia terlihat sedang berjongkok, memperhatikan salah satu petugas.

aku menoleh, mencoba menatapnya diantara tirai hujan.

"seharusnya, kamu senang kalau mereka menghilang. tapi kamu justru lebih senang saat tahu mereka tidak mati."

aku terdiam. itu pernyataan yang cukup membingungkan, membuatku tenggelam dalam pikiranku sendiri. sedangkan orang itu melemparkan sebuah kantong lusuh sangat kukenal padaku. aku bergegas menangkapnya, terkesiap.

"lalu, siapa namamu?" orang berambut pirang itu kembali bersuara, mendekat.

refleks, aku langsung melompat ke belakang, menjaga jarak darinya.

"woooh... untuk seorang gadis, lompatmu jauh juga,"

"jangan dekat-dekat!" sahutku panik.

orang berambut pirang itu kembali mengacak pelan rambutnya sendiri.

"aku dan temanku ini tidak berniat jahat. kami hanya sedang mencari seseorang, yang sangat hebat." ucap orang itu.

"lalu?" aku menyahut ketus.

"kami pikir, orang itu sedang di daerah sini," lanjutnya.

"namanya..."

Ther(na)lityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang