potongan 4

6 1 1
                                    

"a-atas!" sahutku.

lantas semua orang yang ada diruangan itu menengok kearah yang kusebutkan. terlihat seekor naga putih menatap kami dengan matanya yang terlihat ganas. setiap salah satu dari kami bergerak, dia menghantamkan ekornya ke segala arah, membuat ruangan menjadi porak-poranda.

aku memasang kuda-kudaku, bersiap menyerangnya dengan kemampuan kendali air milikku. baru pertama kali kulihat naga yang benar-benar nyata. kupikir mereka hanya ada di dongeng saja.

"satu... dua..."

aku menoleh cepat. orang-orang tadi sudah bersiap melompat tinggi sebelum aku memasang kuda-kuda. tak kulihat sedikit pun rasa gentar dari mereka. 

"tiga!" sahut Ichi.

disaat yang bersamaan, mereka telah melompat tinggi kearah naga itu. aku merasa aku tak bisa bergerak, takut menghancurkan formasi yang—sepertinya—telah mereka atur. aku hanya bisa memandangi gerakan mereka yang saling melengkapi dan melindungi dengan takjub. mereka seperti bisa saling membaca pikiran masing-masing dan menutupi kekurangan yang lain.

aku baru memperhatikan mereka dari sisi yang ini. sepertinya mereka semua memiliki kemampuan yang berbeda-beda, yang bisa saling melengkapi kekurangan satu sama lain. kurasa Ishiki adalah otak dari mereka semua. Ichi terlihat seperti seorang yang periang—kelewat riang, entah bagaimana caranya, tapi dia membuat yang lainnya jadi labih optimis. 

"sekarang!" 

Ryosuke mengacungkan tangan kanannya, dan kemudian yang lainnya mengikuti. tangan mereka teracung dengan posisi jemari mereka seperti membentuk pistol. sedetik kemudian, diujung jari telunjuk mereka muncul selarik cahaya yang semakin lama semakin terang. 

mereka menurunkan tangan perlahan, dan beralih mengarahkannya kepada naga putih yang meraung kencang. tanpa basa-basi, mereka mengayunkan tangan secara bersamaan, membentuk garis yang melintang di depan dada.

"hingga masa yang tidak ditentukan, kami kembali menyegel salah satu roh alam dengan mana milik kami,"

aku menatap mereka tak berkedip. setelah mengatakan hal itu bersama-sama, garis cahaya putih didepan mereka memanjang dan mulai sambung-menyambung menjadi satu dengan yang lain. 

aku baru sadar. ternyata sembari mengambang diudara, mereka mengatur formasi mereka agar membentuk lingkaran yang mengelilingi naga putih tersebut. setelah garis cahaya terhubung secara keseluruhan, tercipta garis lingkaran yang bercahaya lembut. 

"kassei-ka suru!" mereka kembali berseru bersama.

garis lingkaran yang juga mengembang ditengah-tengah mereka terlihat mulai bersinar lebih terang. lalu dari garis itu, muncul lambang-lambang kuno yang terus merambat sampai ketengah. 

i-itu.. lingkaran sihir,

aku mengembalikan ketenanganku yang sempat menghilang sesaat. itu memang lingkaran sihir, tapi jelas berbeda dengan lingkaran sihir yang telah menyeretku ke tempat ini. aku menghela napas pelan. rasanya seperti trauma, melihat kembali hal yang membuatku terseret ke tempat yang mencurigakan ini.

lingkaran sihir itu berputar pelan, dan bergerak pelan keatas mengikuti gerakan tangan mereka. ketika lingkaran sihir itu melewati tubuh naga itu, lingkaran sihir berhenti berputar dan segera menempel pada langit-langit tempat naga putih itu berpijak, lalu mengeluarkan rantai-rantai sihir dan menahan semua gerakan naga tersebut. 

persis setelah pergerakan naga putih itu benar-benar terkunci, cahaya terang memancar dari lingkaran sihir. naga itu meraung kencang seperti sedang kesakitan. aku menunduk, menutup telinga dengan tangan. raungan itu terdengar begitu menyakitkan, membuat hati seperti teriris-iris. 

ketika cahaya itu meredup, raungan naga tadi juga mulai mereda sampai tak terdengar lagi.

"yah, untuk saat ini seharusnya cukup." Ishiki bergumam sembari memperbaiki posisi kacamatanya.

aku menatap Ishiki yang sedang melayang turun secara perlahan. aku mengedarkan pandanganku ke sekelilingku, melihat yang lainnya juga melayang turun dan mendarat dengan mulus, nyaris tak bersuara. aku terpaku melihat semua kejadian yang seharusnya mustahil, dan sekarang terjadi persis di depanku.

tiba-tiba, Ryosuke tertawa lagi, "ahaha... wajahmu lucu sekali,"

wajahku seketika memerah. tanpa sadar mulutku sudah terbuka lebar, memandangi mereka dengan mata berbinar-binar. aku segera menunduk, menyembunyikan wajahku. tak kusangka, kali ini aku bisa berekspresi dengan sangat jelas. biasanya aku bisa mencegah wajahku untuk menunjukkan perasaanku.

"jadi,"

aku kembali mengangkat wajah, menoleh kearah sumber suara. 

"aku punya kemampuan 'manipulasi getaran', Ishiki punya kemampuan 'kendali penuh ingatan' atau psychoscopy, Ichi punya kemampuan 'perpindahan ruang', dan Kiyori punya kemampuan 'telekinesis'." tutur Ryosuke.

aku menatapi mereka satu-persatu. ternyata mereka juga orang yang memiliki kemampuan sepertiku. tapi pandanganku terhenti pada seseorang yang sedang sibuk sendiri dengan rubik miliknya—yang entah dari mana datangnya. memang perasaanku saja, atau orang ini memang belum disebutkan?

aku terus menatapnya. aku merasa, sepertinya ada yang berbeda darinya.

"nah. kalo dia memang berbeda," tiba-tiba Ryosuke sudah disampingku, menepuk bahuku.

"dia itu salah satu pemilik kemampuan yang tidak disetujui keberadaannya."

aku kembali menatapnya. mungkin itu alasan kenapa dia terlihat begitu pendiam. dia harus menanggung semua perasaan dari kehidupannya yang tidak diakui semua orang. 

"memangnya, eh, kalau boleh tanya, apa kemampuannya." aku bertanya agak ragu.

"'penciptaan dunia." jawab Ryosuke singkat.

terdengar helaan napas agak berat, "meskipun, itu tak sebanding denganmu,"

eh?









Ther(na)lityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang