potongan 7

3 0 0
                                    

pagi hari.

aku mengucek mataku, beranjak duduk. kutatap Shiro yang entah sejak kapan sudah menungguku didepan ranjangku, tersenyum simpul. aku segera bangkit dan bersiap-siap untuk kembali berkegiatan.

aku menghembuskan napas perlahan dan kembali menatap mata Shiro yang berkilauan, firasatku tidak terlalu baik, tapi setidaknya tidak akan lebih buruk dari kemarin, 'kan?

aku membuka pintu kamarku. dan sedetik kemudian, Shiro sudah tergeletak didepan mataku, dengan satu sisi tubuh yang hangus terbakar.

aku hanya bisa diam membeku, mencoba memahami apa yang terjadi sebenarnya.

●        ●        ●

"Ichi!"

"Ryo!"

"Kiyori!"

serempak mereka bertiga melompat tinggi dan mencoba menyerang secara bersamaan. Kiyori segera mengangkat tangan dan membuat Ichi, Ryo, dan dirinya mengambang di udara. Ryosuke segera mengacungkan tangannya kearah penyusup itu dan mulai melancarkan serangan. sedangkan Ichi segera membuat tabir ruang untuk sebagai perisai mereka, termasuk untuk Ishiki yang berlindung di dasar ruangan.

"Nuka! bagaimana dengan pendatang baru-nya?!" Ishiki berteriak kepada seseorang di sisi lain ruangan.

yang diteriaki justru tertidur lelap diantara rusuhnya keadaan. bahkan ia tak peduli meski berkali-kali hampir terhantam puing-puing dari pertempuran. 

"Shiki! apa tidak bisa kita seret penyusup ini keluar?! jika diteruskan, ruang ini bisa hancur!"

"gak bisa! coba kalahkan semampu kalian saja! aku akan mencoba menjalankan Nyther!"

Kiyori terbanting ke dasar ruangan, "Mustahil, Shiki!"

di saat yang sama, Ichi dan Ryosuke juga ikut meluncur jatuh karena konsentrasi Kiyori terganggu. juga tabir ruang milik mereka semua, yang lenyap ketika Ichi kehilangan keseimbangan di udara dan terjatuh. 

juga serangan dari Ryosuke kepada si penyusup itu, terhenti di saat yang sama. dan membuatnya mendapat momentum yang menguntungkannya.

"pintunya!" sahut Kiyori.

demi mendengar sahutan Kiyori semua orang serentak menoleh kearah salah satu pintu yang ditunjuk oleh gadis itu. kemudian terlihatlah seekor harimau yang keluar bersama dengan seorang gadis.

namun gadis yang mereka harapkan datang di saat yang sangat tidak tepat. si penyusup sudah siap menggunakan kemampuannya, dan memutuskan untuk menyerang orang yang baru akan memasuki arena pertempuran. 

persis sebelum semburan api mengenainya, Shiro lebih dulu bergerak menghadang jalan semburan api.

●        ●        ●

"SHIRO!"

aku terduduk, menatap tak percaya Shiro yang sudah tergeletak tak berdaya karena melindungiku. yang lain juga terlihat sangat terkejut. semua terlihat babak belur. debu di wajah mereka, bercak darah dimana-mana, juga puing-puing ruangan yang berserakan.

aku beralih mendongak keatas. seseorang sedang mengambang di udara, dengan api yang menyembur dari kedua kakinya. api?

aku mengumpulkan konsentrasi, mengepalkan tangan, dan memasang kuda-kuda. kutatap tajam orang yang terlihat meremehkan kami. padahal, dia telah memilih lawan yang salah. 

kalau dia api, maka aku adalah air.

●        ●        ●

dia tidak terlihat terkejut dengan seranganku, tapi entah kenapa seranganku berhasil membantingnya sampai tak bisa bangkit lagi.

lagi-lagi, aku ceroboh.

kuraih pecahan cermin di lantai dan menatap bayanganku sendiri. aku menunduk sedalam mungkin. kejadian ini terulang lagi. 

"ada apa, Yuki?" Kiyori ikut menunduk, mencoba menatap wajahku.

buru-buru kututupi sebelah wajah dengan tanganku. aku sama sekali tak berminat untuk menjawab pertanyaannya.

Yuki, ya?

aku baru ingat. semalam Kiyori sempat menanyakan namaku, untuk dikenalkan pada yang lain. akhirnya kujawab sebagai Yuki. yah, walaupun bukan nama yang mereka inginkan sih..

"memangnya, wajahmu kenapa?"

aku tersentak. tanpa sadar aku mengangkat wajah walaupun tanganku masih menutupi sebagiannya. aku kembali menunduk, tanda kalau aku tak ingin menjawabnya. lantas untuk sesaat, keadaan menjadi agak canggung. 

"hei, kalian tidak bermaksud untuk merelakan Shiro pergi, 'kan?" Ryosuke berkata pelan dengan santainya, membuat suasana kembali mencair.

aku masih menunduk. aku kembali menatap bayanganku sendiri pada pecahan cermin yang kusembunyikan di balik genggaman tanganku.

sudah berubah, ternyata, 

"Nuka! kamu sudah keterlaluan!" 

aku menurunkan tanganku dan mengangkat kepala. Kiyori sedang meneriaki Nuka yang terlihat baru bangun tidur di sisi lain ruangan. wajah Kiyori terlihat merah padam. sedangkan lawan bicaranya hanya menguap tanda tak peduli.

"bahkan saat Shiro diserang, kamu tak peduli juga?! hah?! kau pikir ini drama, apa?!"

"Sudah, sudah,"

Kiyori memalingkan wajah, masih tidak terima, "dasar, pemalas!"

aku menatap Nuka yang sepertinya akan tidur lagi. orang ini aneh,

●        ●        ●

kami sedang berada di sebuah gubuk tua di hutan belantara milik seorang nenek yang terlihat bijaksana. nenek itu duduk di kursi goyangnya dengan tenang, dan senyum tulus menghiasi wajah teduhnya. sepertinya masa mudanya ia gunakan dengan baik.

"nek, maaf, kami harus merepotkanmu lagi," Ishiki membungkuk.

"haha, tak perlu formal begitu.. jadi, siapa? penyusup lagi?" nenek itu terlihat ramah.

"sebenarnya, kali ini Shiro, nek.." giliran Ryosuke yang berbicara.

wajah nenek itu berubah. tidak terlalu terlihat, sedikit saja, senyumnya mengendur. 

"Ichi sedang mengurusnya, kurasa 3 detik lagi," lanjutnya.

persis 3 detik kemudian, selarik cahaya terlihat di lantai gubuk ditengah-tengah kami, dan membesar membentuk gelembung. setelah itu, cahaya yang memancar semakin terang, dan akhirnya menghilang beberapa detik kemudian. Shiro pun muncul setelahnya.

"kalian sudah melakukan kesalahan besar, anak-anak.."

Ther(na)lityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang