DAMKAR

95 9 1
                                    

Damkar


"Bu, aku berangkat ke sekolah dulu ya"

"Loh, kamu nggak sarapan dulu Bar?"

"Nggak deh bu udah telat soalnya. Assallammualaikum bu" ujarku sambil berlari meninggalkan rumah.

"Waalaikumsalam, hati hati ya nak"

Oh ya perkenalkan namaku Akbar. Aku sekolah di SMA PUTRA BANGSA. Sekarang aku duduk di kelas 2 sma. Aku punya cita cita yang dianggap remeh oleh kebanyakan orang. Yaitu ingin jadi petugas pemadam kebakaran. Ya memang aneh sih padahal anak anak yang lain ada yang bercita-cita ingin jadi dokter, perawat, insinyur, dan lain-lain. Alasan aku ingin menjadi petugas pemadam kebakaran adalah karena ingin meneruskan pekerjaan ayahku dulu. Dulu dia adalah petuagas yang handal. Namun sayang, dia meninggal karena dia tertimpa bangunan yang dilahap oleh api saat dia menyelamatkan anak kecil yang tejebak di dalam rumah tersebut. Mungkin suatu saat aku bisa menjadi seperti ayahku.

"Teett...teettt...teettt"

"Ah syukurlah aku datang tepat waktu" ujarku sambil membasuh keringat.

"Dateng mepet lagi ya Bar? Lain kali bangun lebih awal dong" ujar Dita, teman sekelasku.

"Eh, kamu toh Dit. Ehehe ya mau gimana lagi, aku kan gak bisa kalau bangun pagi"

"Hmm dasar. Yaudah yuk kita masuk ke kelas. Jam pertama mapel Bahasa Indonesia loh"

"Eh ya ya, yaudah yuk kita masuk ke kelas" ujarku sambil jalan menuju kelas

Dita itu adalah teman sekelasku yang kebetulan sebangku juga denganku. Anaknya cantik sih, apalagi dengan jilbab yang dipakainya membuat aura kecantikannya semakin bertambah. Selain cantik, dia juga baik hati dan pintar. Hal itulah yang membuatku jatuh hati padanya. Apalagi rumahnya yang kebetulan satu gang denganku yang bisa membuatku bertemu dengannya setiap hari. Ah rasanya seperti surga dunia.

"Anak anak, sebelum pelajaran dimulai, ibu mau bertanya pada kalian. Apa cita cita kalian saat dewasa nanti dan sertakan juga alasannya. Dimulai dari kamu fajar" ujar guruku.

"Saya ingin jadi dokter bu. Karena kalau jadi dokter bisa dapet uang yang banyak bu"

"Ck..ck.ck... uang saja yang ada dipikiranmu jar. Ingat ya, kalau kamu jadi dokter itu jangan pamrih. Kamu harus ikhlas menolong pasien tersebut. Jangan hanya uang saja yang kamu pikirin." Ujar guruku dengan heran.

"Ehehehe ya deh bu" ujar fajar cekikikan.

"Nah sekarang akbar? Apa cita citamu?"

"Cita cita saya jadi petugas pemadam kebakaran bu. Alasannya karena saya ingin meneruskan pekerjaan ayah dulu dan karena saya ingin merubah pola pikir orang orang yang berpikir kalau jadi petugas pemadam kebakaran itu pekerjaan yang remeh." Ujarku dengan semangat.

Sejenak guruku terdiam lalu dia menjawab

"Sungguh mulia sekali nak cita citamu. Semoga kamu bisa mencapai cita citamu ya. Yasudah, sekarang kalian buka buku paket kalian halaman 43. Kita lanjutkan materi yang kemarin"

Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan cita citaku. Mungkin banyak yang berpikir jadi petugas pemadam kebakaran adalah pekerjaan yang remeh, gajinya sedikit, dan lain lain. Namun bagiku petugas pemadam kebakaran adalah tugas yang mulia. Andai saja semua orang tahu betapa berbahayanya tugas tersebut. Yah, meskipun ibuku tidak menyetujui hal itu, aku akan tetap bertekad untuk menggapai cita citaku tersebut. Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya bel pulang sekolah yang ditunggu akhirnya berbunyi juga.

"Tett...teett...tettt"

"Ok anak anak, bel pulang sekolah sudah berbunyi. Kalian boleh pulang semua. Hati hati dijalan ya" ujar guruku lalu pergi meninggalkan kelas.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang