A cerpen by : Riri
Wattpad pribadi : triahtisyaariWelcome di cerpen Senja Dan air mata, jangan lupa vote ataupun komen di bawah yah. Jangan lupa follow akun kami juga yah, nanti pasti di follback☺☺☺
Jo.... Kamu pernah bilang bahwa
Pertemuan bisa datang untuk yang kesekian kalinya dan perpisahan akan terjadi setelah berakhirnya sekian pertemuan.
Kemudian kamu juga pernah bilang bahwa
Perpisahan bukan berarti sirnanya waktu pertemuan.
Angin sepoy-sepoy bertiup menjatuhkan dedaunan pohon yang mulai menguning. Sementara aku masih terus melamun di bawah naungan senja yang sebentar lagi akan memadam. Ini hari ke duaku menemui Jo setelah satu hari sebelumnya kami bertemu di sebuah cafe di pinggir jalanan licin California dengan sebuah janji. Kami berniat mengunjungi sebuah taman untuk Jo melukis sesuatu di sana. Tapi tidak jadi karna kemarin itu hujan cukup deras. Aku bahkan hampir tidak bisa pulang. Pasalnya taxi-taxi tidak menampakkan diri sehingga aku harus pulang bersama Jo dengan motornya dalam keadaan basah.
"Maaf Bela, aku terlambat yah?" Jo tiba-tiba menyadarkan lamunanku.
"Senjanya udah memudar Jo, kamu nggak bisa ngelukis lagi. Udah keburu malam."
"Aku ketiduran Bel. Maaf"
"Kita pulang" Jawabku sedingin es batu.
"Masih ada senja di hari esok Bel. Kita ketemu di sini lagi yah?'
"Gimana kalau hujan? Gimana kalau senja nggak keliatan karna awan-awan gelap?"
"Nggak. Pasti nggak akan hujan" Kata Jo meyakinkan.
"Apa buktinya yang kemarin?"
Jo terdiam. Sejak kecil aku dan Jo selalu mengunjungi hamparan sawah di Bandung, tanah Indonesia. Setiap sore kami akan berlari sambil membawa kertas, cat, dan juga kuas untuk Jo menumpahkan keindahan alam dalam kertasnya. Kemudian kami bersorak bangga sambil meneriaki nama masing-masing. Jo akan melukis pemandangan saat senja tiba. Kemudian lukisan-lukisan itu nantinya akan ia berikan kepadaku hingga kertas-kertas tersebut memenuhi setiap laci lemariku. Kebiasaan itu kami lakukan setiap hari kecuali hujan tiba. Karna senja tidak akan terlihat saat mendung menyelimuti langit sore.
Lalu setelah umur kami beranjak dewasa, kebiasaan tersebut masih saja kami terapkan. Kami masih melakukannya hingga aku dan Jo akhirnya berpisah. Saat masa SMA-ku berakhir, Jo memutuskan untuk melanjutkan S1-nya di Bogor. Bertahun-tahun ia meninggalkan aku sendirian hingga aku harus menikmati senja seorang diri tanpa sebuah lukisan dari Jo. Saat kami berbicara melalui telpon, Jo memberitahuku bahwa ia juga sering menikmati senja di langit Bogor melalui jendela kaca kamar kosnya, meskipun tanpa alat lukis.
Kemudian setelah selesai dengan pendidikannya Jo kembali lagi ke tanah Bandung untuk bekerja menjadi pegawai kantor. Dan hal itu kembali membuat aku dan dirinya mengunjungi hamparan sawah tersebut untuk menyaksikan senja lagi. Tapi kala itu, kesempatan Jo untuk menemuiku malah berkurang sedikit demi sedikit sehingga kunjungan kami pun mulai jarang. Jo sibuk di kantor, ia sering pulang larut malam. Sedangkan aku hanya seorang pengangguran yang setiap hari hanya menghabiskan waktu dengan memainkan ponsel.
Di hari Minggu waktu itu, Jo tiba-tiba menemuiku tanpa membuat janji terlebih dahulu. Ia bilang ia akan meneruskan S2-nya ke California. Ketika pengakuan itu keluar dari mulutnya, hatiku begitu pedih. Aku adalah sahabat Jo yang sudah jatuh cinta padanya. Jo meninggalkan aku bertahun-tahun menyambung sekolah ke Bogor kemudian kembali dan sekarang ingin meninggalkanku ke California lagi ; Tempat yang sangat jauh ibarat langit dengan bumi. Jauh tak tergapai. Ia membuatku menikmati senja seorang diri lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERPEN
Teen FictionSemua yang ada di dalam cerpen ini adalah karya dari masing-masing penulis kita. Lagi pada belajar, tapi tetap berusaha yang terbaik loh ya.. so, jangan lupa baca. Salam ~SastrawanLangit