Hari ini guru sedang rapat, otomatis membuat semua siswa terbebas dari pelajaran. Hal ini di manfaatkan Ghea dan Fanya untuk ke kantin dan mengisi perut mereka.
Ghea memakan somay nya dengan santai sambil sesekali mengamati sekitar, sedangkan Fanya terus mengoceh menceritakan banyak hal yang membosankan.
"Gimana sama kak Fadel, udah ada perkembangan belom?"
Mendengar nama Fadel membuat Ghea tertarik untuk bercerita. Entah apa yang membuat Ghea tertarik tentang hal-hal yang berhubungan dengan Fadel, semua tentang cowok itu sangat menarik bagi Ghea."Dia ngechat gue tadi malem" balas Ghea santai, lain dengan Fanya yang sangat senang mendengar hal itu.
"Serius? Gimana dia ngechat lo" tanya Fanya.
"Ya gitu, biasa aja" jawab Ghea acuh
"Palingan juga lo lompat-lompat girang, yakan? " tebak Fanya yang sudah sangat hafal dengan kebiasaan sahabatnya itu.
"Eh itu kak Fadel mau ke sini kayaknya" tunjuk Fanya pada Fadel, dan benar Fadel tengah berjalan ke arah mereka. Ralat tapi Ghea.
Ghea menatap Fadel, mereka berdua saling menatap.
Deg.
"Baru juga di tatap gitu aja udah deg-degan, dasar lemah lo Ghea" batin Ghea, jantungnya semakin cepat berdetak karena Fadel semakin dekat.
"Gue boleh duduk di samping lo?" tanya Fadel pada Ghea, dia langsung duduk tanpa menunggu jawaban dari Ghea yang masih saja bungkam.
"Ekhm, lo kenapa diam mulu? Terkejut sama kegantengan gue ya" dengan sengaja ia menyenggol lengan Ghea yang kelabakan akibat ulahnya.
"Eh, itu... Nggak kok" Ghea gugup.
"Fan, gue mau mesen lo mau nitip nggak?" sambung Ghea.
"Udah biar gue aja yang mesen, lo mau pesen apa? Sekalian kak Fadel juga mau di pesenin apa?" Fanya mengerti situasi, ia ingin membuat kedua orang itu semakin dekat.
"Yaudah gue kayak biasa aja" kemudian Ghea menatap Fadel di sebelahnya.
Fadel mengangkat alisnya, mencoba menggoda Ghea yang terlihat salah tingkah ketika di tatapnya. Ia terkekeh kecil menampakkan deretan giginya yang rapi.
"Apa?"
"Kakak mau pesen apa?" tanya Ghea malu-malu.
"Samain kayak lo" jawab Fadel, kemudian Fanya segera memesan pesanan mereka meninggalkan kedua insan yang sedang dalam tahap pendekatan.
"Ntar lo pulang naik apa?" tanya Fadel.
"Nebeng temen kayaknya, kenapa"
"Bareng gue ya" ajak Fadel.
Ghea terkejut dengan penawaran Fadel, tentu saja ia tidak akan menolak. Kesempatan emas di depan mata harus di terima dengan lapang dada, walaupun dengan sedikit gengsi tentunya.
"Em gimana ya kak, bukanya nolak tapi aku nggak enak sama kakak" bohong, jelas-jelas Ghea berbohong saat mengatakan itu. Ingin sekali ia berjingkrak-jingkrak karena ajakan Fadel namun ia masih mendahulukan gengsinya sebagai seorang cewek.
"Hahaha, masih ada ya cewek yang nggak enakan kayak lo. Biasanya nih malahan cewek yang ngemis-ngemis mau bareng aku, lah ini gue yang ngajakin malah dia nggak mau" Fadel terus terang, dirinya sedikit tertarik dengan kepribadian Ghea yang jarang dimiliki gadis lain.
"Bukanya nolak sih kak, tapi ya... Kakak tau sendiri lah" ucap Ghea sedikit memberi kode bahwa dia mau menerima ajakan Fadel, bisa gawat kalau Fadel berubah fikiran nanti gagal deh pulang bareng doi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gheafa
Teen FictionGhe kalau ada yang berani nyakitin kamu tonjok aja jangan takut." ucap Fadel sedikit bercanda. "Kok malah ngajarin gitu ke pacarnya, bukan malah jadi pelindung." "Aku gak akan ada dideket kamu setiap waktu begitupun sebaliknya. Tapi jangan salah, ka...