4. Pelangi

31 3 0
                                    

"Jika hujan punya pelangi untuk mengubah langit menjadi cerah. Maka masalah pun punya solusi yang membuat
Hidup ini lebih bermakna"





Widya membereskan semua barang barang yang ada di kamar nya, ada foto foto lama dengan suami nya saat masih hidup. Masih ada kesedihan yang terpendam serta kebencian di masa yang kelam di mata nya. Ia menatap foto itu lekat lekat,membersihkan pigura foto itu dari debu. Memeluk. Dan menaruh nya lagi di dalam kardus.

"Kamu terlalu baik. Kamu gak salah" Lirih nya.

Kebakaran tiga tahun silam membuat ia sangat trauma dengan segala yang berhubungan dengan suami nya. Sakit melepaskan apa yang sudah menjadi tujuan bersama dulu,namun kenyataan nya api membakar habis impian itu. Jika saja dulu suami nya Nugraha tidak terjebak dalam ruangan itu, mungkin semua tidak akan sesulit ini.

Pintu kamar terbuka,cowok itu terlihat cemas melihat keadaan mamahnya yang tidak se ceria dulu. Sebagai anak satu satu nya yang baik,ia pun menenangkan Widya mamah nya untuk mengikhlaskan kepergian papahnya Nugraha.

"Kita harus ikhlas mah,biar papah tenang disana" ucap Thoriq mengelus punggung nya.

Widya mengangguk. Ia harus bisa mengontrol semua emosi serta kesedihan nya. Seharusnya wanita itu senang karena ia akan menikah lagi untuk membahagiakan Thoriq juga untuk menutup rasa yang lalu. Tapi entah mengapa luka lama itu masih belum pulih dan masih terasa hingga saat ini.

Thoriq yang sedang memeluk mamahnya langsung menoleh. Ponsel nya bergetar. Tertulis sebuah pesan penting disana. Cowok itu langsung berpamitan dan dengan cepat menuju bandara untuk menjeput si pengirim pesan itu.


*****

"Pukulan mu lama kelamaan makin bagus saja Randy. Sensei bangga mempunyai anak didik yg selalu bersemangat seperti kamu" Ucap Sensei Xian menepuk pundak nya.

"Ini berkat sensei juga yang selalu mengajarkan saya dengan baik. Terima kasih sensei" Jawab nya memberi hormat.

"Widih bos gua makin kuat aja" Ujar Tedy bangga menepuk pundak Randy.

"Bukan bangga,tapi seharusnya kamu jadikan motivasi agar cepat naik sabuk" Tegas Sensei Xian geleng geleng kepala.

Tedy hanya nyengir sambil menggaruk garukan kepala nya yang tidak gatal.

"Ngomong ngomong kok hanya kalian berdua saja yang datang berlatih. Kemana yang lain nya?" Tanya Sensei

"Gilang sama Anna kerja kelompok,Yuli ada les privat,kalo Shena jagain mamah nya yang sakit,Sensei" jawab Tedy

Sensei Xian hanya mengangguk angguk mengerti.

"Kalau begitu,kita ke jurus yang selanjutnya.." Ucap Sensei

Tiba tiba bunyi terdengar suara ponsel yang begitu nyaring. Membuat Sensei,Randy dan Tedy menghentikan latihan nya.

"Ran,hp lo bunyi tuh. Ada yang nelpon kayaknya" Kata Tedy melirik lirik ponsel Randy.

Diambil nya ponsel itu sambil membaca nama yang menelepon nya. Kemudian kembali ke tempat nya semula untuk meneruskan latihan.

"Siapa Ran?" Tanya Sensei

"Papah.." Jawab nya jujur

"Membenci boleh tapi harus tahu batasan. Dia tetap orang tua kamu Randy. Patuhi dia"

"Iya Sensei.." Jawab nya menunduk. cowok itu berpamitan pada Sensei Xian dan Tedy kemudian bergegas untuk pergi.



****

PLANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang