7. Runyam

13 3 0
                                    

"Api tidak akan menyala,jika sang sumbu tidak menyulutnya"
-Shena Margaretha-







Seorang wanita berumur sekitar 30 an dengan paras seperti ibu sosialita itu berjalan tergesa gesa menuju ruang kepala sekolah,wajah nya terlihat geram dengan tidak sabar berniat untuk menuntut sekolah atas tindak kekerasan salah seorang siswi sekolah itu kepada anak nya. Dengan sangat tidak beretika ia membuka pintu ruang kediaman kepala sekolah tanpa mengetuk nya terlebih dahulu.

"Ada yang bisa saya bantu?" Ucap suara berat bangkit dari kursi kebesaran nya.

"Saya kecewa dengan sekolah ini" Decak Ibu itu.

"Maaf bu,sebelum nya apa alasan anda mendatangi saya dengan cara yg tidak sopan seperti ini?" Tanya Kepala Sekolah

"Maaf telah mengganggu waktu anda,kenalkan saya Arleta Ibu dari Alena Michelitta siswi pindahan dari London yang baru seminggu yg lalu bersekolah disini" Jelas nya.

Kepala sekolah mengangguk
"Lantas apa alasan yg membuat anda ingin menemui saya?" Tanya nya.

"Saya menyekolahkan anak saya disini agar mendapat hak nya untuk belajar. Tapi yg anak saya dapat justru darah dengan muka lebam seperti ini? Bagaimana kinerja guru guru dalam mendidik anak muridnya di sekolah ini?" Lugas ibu Arletta sambil memperlihatkan seluruh luka anaknya kepada kepala sekolah.

"Bahkan saya tidak mengetahui hal ini" Kata kepala sekolah tidak percaya.

"Apakah anak ibu bisa menjelaskan bagaimana kejadian ini bisa terjadi?" Tambah kepala sekolah.

"Seorang siswi teman di kelas saya,memukul saya dengan benda keras karena telah memberitahu Bu Lidya siswi itu menyontek. Siswi itu memukul saya pulang sekolah tepat seluruh teman sekelas saya sudah meninggalkan kelas,kemudian ia menghadang saya dan mendorong saya hingga terjatuh" Jelas Alena yg terus menerus memegang perban dikepalanya menahan rasa sakit.

"Siapa siswi yang kamu maksud itu?" Selidik kepala sekolah.

"Shena Margaretha" Ucap Alena dengan pelafalan kata yang sangat akurat untuk memastikan ia mengucapkan nama yg benar.

Kepala sekolah sangat terkejut. Lagi lagi nama itu berbuat ulah,setelah ia memaafkan kejadian yg melibatkan nya satu tahun yg lalu. Kini ia harus menangani lagi kasus yg berhubungan dengan nama yg hampir menghancurkan nama baik sekolah itu.

"Setelah tahu apa yang ia perbuat. Apakah anda bisa membuat anak itu dikeluarkan dari sekolah?" Tanya ibu Arletta

"Tidak semudah itu bu,sekolah bisa memberi nya skorsing untuk membuatnya berpikir atas apa yg telah ia perbuat" Jawab Kepala Sekolah

"Jika begitu,maka akan sangat mudah bagi saya menuntut sekolah ini karena mempertahankan siswi berandal seperti dia" Tegas ibu Arletta

"Itu hanyalah sebatas kenakalan remaja bu. Jadi tidak perlu berlebihan" Ucap kepala sekolah

"Apanya yang sebatas? Bahkan anda menyebut ini Berlebihan? Siswi itu baru saja menyakiti putri seorang Pengusaha tersukses di kota ini.." Jawab ibu Arletta menyebut nyebut jabatan suaminya.

"Maafkan atas kelancangan saya ibu Arletta,tapi peraturan tetaplah peraturan" Ucap Kepala Sekolah.

Ibu Arletta menjadi sangat geram dengan pembicaraan basa basi ini kepada Kepala Sekolah,akhirnya ia pun melakukan cara licik untuk bernegosiasi.

"Saya dengar sekolah ini sedang kekurangan dana untuk pembangunan,saya ada sedikit uang untuk membantu anda. Silahkan diterima" ucap Bu arletta membuka dompetnya kemudian menyerahkan cek yg berisikan uang milyaran rupiah.

PLANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang