Setelah Diandra selesai memakan makan malamnya, ia segera menuju ke arah kamarnya.Ia juga tidak tau ada apa dengan dirinya, terakhir ia ingat ia jatuh pingsan di dekapan sang kakak.
Diandra berdiri di depan kamarnya lebih tepatnya balkon kamarnya yang bisa dengan jelas ia melihat gelapnya malam dengan banyaknya taburan bintang dan satu bulan disana.
Setelah udara semakin dingin menyeruak kulitnya ia memasuki kamarnya. Tak lupa juga ia mengunci kembali pintu pada arah balkon dan menutup tirai jendela.
Setelah selesai ia melakukan rutinitas malamnya ia menuju ke arah kasurnya. Ia mencari tempat yang nyaman dan juga menutupi tubuhnya dengan selimut bewarna merahnya.
Ngomong ngomong memang Diandra menyukai hal hal yang berkaitan dengan warna merah. Ah tepatnya ia akan lebih suka jika warna merah di padukan dengan hitam, sangat elegan bukan warnanya?
Lain di tempat mereka bertiga tengah berbincang lebih tepatnya keluarga Diandra minus dia saja.
"Malvin gamau Diandra seperti dulu, yah bun" mereka berdua yang mendengar keluhan anaknya hanya diam dengan pikiran mereka sendiri.
"Ayah sama bunda juga gamau nak, tapi bagaimana lagi. Pikirin Diandra semakin lama akan kembali dengan sendirinya, kamu ingat kan kata dokter kalau Diandra hanya mengalami lupa ingatan hanya sementara" Malvin mengangguk membenarkan ucapan ayahnya itu.
"Diandra tetap Diandra kita, bunda dengar dia juga disini tapi dia masih dirumah tantenya"
Malvin yang mendengar ucapan bundanya itu mengangkat kepalanya. "Bunda tau darimana?" Tanyanya bingung.
"Bunda pernah bertemu dengan dia tanpa sengaja dia juga sehat seperti kalian berdua"
"Malvin kangen dia bun, dia juga gatau kan keadaan Diandra saat ini"
"Sudah sudah nanti ingatan Diandra akan kembali jika semua itu terjadi kita ceritakan semuanya"
April dan Malvin hanya menganggukkan kepalanya. Tidak baik juga bukan jika ia menyimpan rahasia ini? Akan ada saatnya semuanya terbongkar.
~~~~
Bel istirahat berbunyi. Semua murid berhamburan keluar begitu juga dengan Diandra dan kedua temannya. Andreas? Lelaki itu belum terlihat sejak semalam, mungkin sedang sibuk nanti Diandra akan mencoba menghubunginya.
"Arghh rese lo babi" umpat Vika pada Alexa yang tengah tertawa membuat ia semakin kesal saja.
Alexa yang memang memiliki sikap usil pada kedua sahabatnya. Vika yang memiliki sifat mudah emosi dan lebih tepatnya pemarah. Dan terakhir Diandra yang memiliki sifat baik hati dan dialah yang akan memisahkan kedua sahabatnya ya seperti sekarang inilah.
"Udah lah kalian ya gak di kantin, di lapangan, luar sekolah sama aja"
"Ya dia di gimana gue gak kesel, usil mulu"
Alexa? Dia hanya tertawa. Apa salahnya dia? Dia hanya tidak sengaja memberi saos yang banyak pada kuah bakso Vika. Ya memang Vika sepetinya kurang minat dengan saos yang bewarna merah itu. Etss jangan lupa ya jika Alexa hanya tidak sengaja.
"Aelah gue juga gak sengaja, muka lo asli tambah burik kalau kesel kek gitu vik hahahaha" Vika hanya mencibir mendengar ucapan Alexa.
"Ketidaksengajaan yang di sengajakan, gue juga tau lo gimana"
Diandra hanya tersenyum mendengar percekcokan antara kedua sahabatnya itu.
Ia kembali memakan mie ayamnya itu. Diantara mereka bertiga memang Diandra lah yang kurang minat dengan bakso, dia lebih suka dengan mie ayam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreas
De TodoAndreas dan Diandra. Dua manusia yang memiliki pribadi yang sangat bertolak belakang, tapi siapa sangka semuanya berubah ketika mereka dipersatukan. "Lo cewek gue" ucap Andreas pada Diandra yang sedang menatapnya bingung. "Hahh" beo Diandra dengan p...