40

6.3K 257 3
                                    

Pengen post lagi😗
Jan lupa tinggalkan jejak ya

Happy reading teman!!

~~~

Andreas tidak henti hentinya berdecak kesal dengan wanita paruh baya di depannya. Tidak bosan apa menjelaskan tentang sejarah masa lalu, bukannya masa lalu dilupakan malah di ungkit ck.

Diko yang memang duduk di sebelah Andreas menatap Andreas heran. Ada apa dengan sahabatnya ini? Mengapa seperti cacing kepanasan, apa iya Andreas menahan buang air kecil atau bahkan menahan buang air besar.

"Lo kenapa?" Tanya Diko, bukan hanya seperti gusar di tempatnya pria di sampingnya ini juga tidak henti hentinya menatap jam dinding.

"Kapan Istirahat coba ck" Andreas berdecak. Tinggal 4 menit lagi bel berbunyi, mengapa 4 menit seperti 4 jam saja.

"Mau ngapain lo?" Tanya Diko. Namun, sebelum Andreas menjawab bel istirahat berbunyi.

Kring....

"Baik anak anak ibu tutup sampai disini, selamat siang"

Andreas segera bangkit dari duduknya. Ia berjalan ke arah kelas Diandra sebelum diva kembali nemplok padanya.

Sedangkan Diko ia berdecak kesal. "Dasar anak monyet" umpatnya melihat Andreas yang sudah hilang di balik pintu kelasnya.

Andreas turun dari tangga karena kelasnya berada di kelas paling atas. Rambutnya yang bergerak naik turun akibat ia berlari membuat wajah tampannya terlihat berkali kali lipat.

Ia terdiam saat menatap pemandangan di depannya. Sial, Diandra bersama dengan pria tadi pagi. Memangnya siapa pria itu? Mengapa pria itu menghampiri Diandra.

Andreas berdecak tidak suka. Disana Diandra tengah tertawa dengan pria itu. Wah minta di bogem pria itu, dengan lancangnya pria itu menarik hidung Diandra dan parahnya lagi Diandra bukannya mengaduh sakit malah ia tertawa.

Diandra bercanda dengan abangnya Malven. "Terus bang?"

"Kakak di" ucapnya sembari menarik hidung adiknya itu.

"Iya, terus kak?"

"Ya terus kakak usilin dia, kakak bilang kenapa lo jadi monyet kenapa gak jadi babi aja biar tambah jelek hahahah" ucap Malven sembari tertawa.

Diandra ikut tertawa, sepertinya kakaknya mulai gila. Menghina dan menyuruh seekor monyet yang pastinya tidak paham apa yang dikatakan oleh Malven.

Diandra menoleh ke kanan karena ia merasa ada yang menatapnya. Disana Andreas sedang menatapnya, sepertinya pria itu akan salah paham.

Diandra hanya geleng-geleng kepala. "Bentar kak aku temui dia"

"Siapa dia?" Tanya Malven, ia menatap Andreas yang sedang menatapnya tajam. "Gue punya salah sama tuh anak?" Tanya dia dalam hati.

"Kak Andreas, yaudah dulu dah"

Diandra berlari menjauhi kakaknya Malven dan ia menghampiri Andreas. "Hai kak" sapanya saat berada di depan pria itu.

"Hm" guman Andreas, ia masih kesal dengan kejadian barusan.

Diandra hanya geleng-geleng kepala, ia menarik tangan Andreas membuat sang empu menatapnya heran.

"Kemana?" Tanyanya yang tidak digubris oleh Diandra.

Taman sekolah, berlari dari lantai dua hingga sini membuat lutut Diandra lemas. Ia duduk di kursi yang memang ada disana, ia masih mengatur nafasnya.

Sedangkan Andreas ia bersandar pada pohon dengan tangan yang ia lipat di dadanya.

"Kak aku boleh nanya?" Andreas hanya menganggukkan kepalanya.

AndreasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang