Terdengar bunyi berdecit saling bersahutan dari luar disertai geraman. Gadis Kerudung Merah refleks duduk lalu menatap tajam dinding yang terus menjerit sedari tadi, seakan telah menyaksikan sesuatu yang seharusnya terkubur sejak lama.
“Sembunyi!” seru Asena refleks mendorong Gadis Kerudung Merah menjauh.
Dinding kamar terbuka lebar, debu beterbangan menutupi pandangan sejenak. Kedua gadis itu memicingkan mata. Ada sosok tinggi berdiri tetap di depan mereka.
Seperti serigala, namun berdiri dengan kedua kaki seperti yang dilihatnya beberapa jam lalu. Air liur menetes mengotori lantai kayu disertai geraman penuh kelaparan. Mata kuningnya menatap tajam kedua gadis itu. Ia meraung.
“Asena!” Gadis Kerudung Merah berdiri dan hendak menarik tangan temannya.
Keduanya berlari sebelum makhluk itu menerjang mereka. Menciptakan sebuah lubang besar mengangga menembus rumah hingga mengagetkan satu desa.
Suasana menjadi gempar kala makhluk itu melolong dan merusak segala yang dilihatnya. Ia tidak segan mencabik dan melepas leher setiap orang.
Gadis Kerudung Merah dan Asena berlari keluar sambil mencari senjata sekaligus berlindung. Mereka tiba di sebuah gudang yang berisikan beragam perkakas untuk bertani. Ada beberapa benda berujung runcing yang bisa menusuk kepala makhluk itu atau barangkali mencungkil mata.
“Asena!” Gadis Kerudung Merah menunjuk ke belakang.
Serigala itu meraung. Terdapat jasad seorang pria yang terbelah dua disertai darah menetes di tangan. Ia melempar mangsanya menjauh hingga menggelinding menabrak dinding rumah lain. Air liurnya menetes membasahi tanah disertai darah korban.
Asena memegang sebuah sekop yang sekiranya bisa untuk membunuh serigala itu. “Kerudung Merah! Kamu alihkan perhatiannya!”
Gadis Kerudung Merah mengangguk lalu berlari menghampiri serigala itu. Dia meledek makhluk itu sambil memamerkan lengannya sebagai umpan. Serigala itu menelan ludah, ia melesat hendak memangsa Gadis Kerudung Merah.
Sekop Asena melayang hingga menimpa kepala serigala itu. Ia meraung dan berpaling menatap Asena. Gadis Kerudung Putih itu berlari menghindar sambil melompati setiap jerami yang menghalangi. Gadis itu berhasil menggiring musuhnya menuju kumpulan tong yang terikat di atas tangga. Dia menarik pisaunya lalu memotong tali pengikat.
Puluhan tong menggelinding. Beberapa warga termasuk Gadis Kerudung Merah refleks menghindar dengan masuk ke rumah. Serigala itu tidak mampu menghindar dan terlindas tong demi tong. Benda itu menguburnya hidup-hidup.
Hening lama membuat suasana kian mencekam, tidak jelas apakah makhluk itu sudah dimusnahkan atau hanya terkubur. Beberapa warga dengan gemetar mendekat dan mengamati tong yang berserakan. Begitu juga dengan Asena.
Gadis Kerudung Merah berdiri di samping Asena sambil mengamati tumpukan tong dengan gelisah. Dia berbisik dengan ragu apakah lawan mereka sudah mati atau sebaliknya. Asena yang juga ragu, memilih diam sambil menunggu.
Tong demi tong melayang di udara disertai raungan serigala tadi. Ia berdiri dengan tatapan tajam memandang setiap insan yang ketakutan. Air liurnya kini bertambah banyak dan mengotori tanah dan tong yang berserakan. Lolongannya membuat suasana semakin mencekam, beberapa warga yang panik langsung berhamburan menyelamatkan diri. Jelas kesempatan emas bagi makhluk itu.
Asena menarik tangan Gadis Kerudung Merah sebelum cakar itu membelah mereka. Mereka berlari menghindari kejaran serigala itu di antara lautan manusia yang panik dan terombang-ambing laksana ombak. Semakin jauh melangkah, semakin banyak korban termutilasi akibat keganasan makhluk itu. Sepertinya, tidak ada kata 'kenyang' baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Dream
Fantasía[Fantasy x Dongeng] Malam ini begitu indah. Penuh kerlip bintang di hamparan langit kelam yang begitu megah. Sayangnya, kamu tak juga bisa tertidur. Maka bersiaplah. Tutup setengah tubuhmu dengan selimut. Aku akan membacakan berbagai kisah. Pejamkan...