OOPS!

111 12 0
                                    

Written by Acrysta_
Now playing : Speechless - Naomi Scott

Kurang tiga hari lagi, Sultan akan menjodohkan Jasmine dengan pangeran dari negeri seberang. Hal itu membuat Jasmine uring-uringan sepanjang hari. Dia tidak mau dijodohkan dengan pangeran gila itu. Kekanak-kanakan, suka main perempuan, arogan, dan entah apalagi yang akan dia lakukan nantinya.

Gadis itu berjalan menuju meja di sudut ruangan. Mengambil pena bulu dan sebuah buku catatan. Dia merobek selembar kertas dan menulis sebuah surat untuk sahabat baiknya di kerajaan sebelah. Sudah lama sejak surat terakhir yang diantar pelayan istana belum dia balas. Dia mulai rindu dan ingin menceritakan semua keluh kesahnya.

Tok! Tok! Tok!

“Permisi, Tuan Putri Jasmine. Sultan ingin bertemu dengan Tuan Putri,” ucap pelayan dari balik pintu kamar.

“Ada apa?” tanya Jasmine.

“Hamba kurang paham, Tuan Putri. Sultan hanya menyuruh hamba untuk menyampaikan ini saja,” jelas pelayan itu.

“Baiklah. Nanti aku akan menemuinya. Kau bisa bilang padanya untuk menunggu,” ucap Jasmine.

Pelayan tersebut langsung pergi setelah mendapat perintah dari Jasmine. Gadis itu meletakkan penanya sejenak lalu menopang dagu. Kira-kira omong kosong apalagi yang akan dikatakan oleh ayahnya?
Jasmine sudah jengah. Dimasukkannya surat itu ke dalam buku catatan dan Jasmine langsung pergi keluar untuk menemui ayahnya.

Jasmine berjalan dengan anggun menyusuri lorong istana yang cukup panjang. Pelayan dan prajurit istana yang berpapasan dengannya seketika menundukkan kepala. Tanda bahwa mereka menghormati Tuan Putrinya. Tak lama, Jasmine melihat ayahnya berada di taman belakang istana. Beliau sedang duduk melamun.

“Ayah. Apa yang kau pikirkan?” tegur Jasmine dari belakang.

Sultan terlihat kebingungan. Dia harus mengatakan hal penting pada putrinya, tapi dimulai dari mana? Ditatapnya wajah cantik Jasmine yang khas Timur Tengah. Putri tunggalnya mengingatkan Sultan pada mendiang sang istri. Jasmine memiliki pandangan yang teduh. Tidak sedikitpun mirip dengan Sultan.

“Ada apa, Ayah?” tanya Jasmine membuyarkan lamunan sang ayah.

“Pernikahanmu dibatalkan,” ucap Sultan.

“Bagaimana bisa?” tanya Jasmine.

Sultan hanya terdiam dan menggelengkan kepala. Jasmine masih tidak percaya mendengar kalimat itu keluar dari mulut ayahnya. Perasaannya campur aduk. Entah bahagia, sedih atau bingung. Dia merasa, ini terlalu mudah untuk pangeran seperti Jaffar. Jasmine harus mencari tahu. Rencana apa yang dibuat Jaffar untuk kerajaannya kali ini?

Setelah dirasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Jasmine pamit undur diri. Dia berjalan kembali menuju kamar tidurnya. Selama perjalanan, dia memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Setelah sampai, Jasmine segera mengambil tumpukan surat di lemari buku miliknya. Surat itu tersimpan rapi di dalam sebuah box merah.

“Ketemu!” seru Jasmine.
Jasmine segera menyamar sebagai pelayan dan pergi keluar istana. Tidak ada satupun yang menyadari bahwa dia telah berada di luar pengawasan. Jasmine terus saja berjalan tergesa-gesa ke sebuah pasar di Agrabah. Dicarinya seseorang dengan kriteria yang sesuai dengan surat dari sahabatnya.

Bruk!

“Aduh!” pekik Jasmine.

Jasmine tidak sengaja menabrak seorang pemuda hingga dirinya terjatuh. Gadis itu segera membenahi cadar yang terlepas dari kerudungnya. Cadar adalah accesories penting dalam penyamaran ini, batinnya. Jasmine mendongakkan kepala, melihat siapa gerangan yang ditabraknya.

Once Upon A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang