Suasana canggung masih di rasakan y/n saat ini. Y/n sangat ingin memukul Yuta karena sudah membuatnya menjadi salah tingkah di pagi hari. Bayangkan saja seorang lelaki tampan datang ke rumahmu di pagi hari yang bahkan kau sebagai pemilik rumah belum terbangun. Seorang lelaki yang sudah berdandan dan memasakan sarapan untukmu. Tapi yang paling membuat y/n canggung adalah ketika mengingat bahwa Yuta sudah melihat ketidak sempurnaan y/n di pagi hari. Rambut berantakan, baju oblong, celana pendek, dan tingkah _absurd_ y/n di pagi hari, seorang Yuta sudah mengetahuinya.
" Argghhhh" teriak frustasi y/n.
Teriakan sepontak dari y/n membuat semua orang yang ada di ruang makan menjadi kaget. Kemudian menatap y/n dengan tatapan yang penuh pertanyaan.
" Dek, kamu belum minum obat ya?" kata Johhny dengan wajah mengejek.
" Kan udah di bilangin, kalau minum obatnya harus rutin biar gak kambuh" lanjut Johhny sambil menahan tawa.Y/n hanya menatap tajam sang kakak tanpa berbicara.
" Ups" kata Johnny sambil menutup mulutnya dengan satu tangan.
" Hahhahah" tawa Johnny.
" Uhukk uhhukk" karena keasikan menganggu y/n akhirnya Johnny pun tersedak." Nahkan, keselek. Karma is real, kakakku sayang" kata y/n dengan senyum jahatnya.
" Sadis sekali kamu, dek" kata Johnny setelah meminum air.
Ketiga orang yang melihat pertengkaran tadi hanya bisa menahan tawa.
" Kalian ini, udah gede tapi masih suka berantem. Malu sama tamu, nak. Duhh" kata mama y/n dengan nada prihatin.
" Gak papa, tante. Saya malah suka ngeliatnya" kata Yuta.
" Bagus, Yut" Kata Johnny yang di barengi anggukan kepala.
" Bigis, Yit" tiru y/n sambil memainkan kedua bola matanya.
Yuta merasa senang bisa melihat y/n bercanda dengan kakaknya. Yuta semakin mengetahui sisi lain dari seorang y/n. Yuta semakin yakin bahwa y/n itu spesial, ia tak seperti wanita lainnya. Y/n itu seorang wanita yang apa adanya.
" Papa, selesai" kata papa y/n.
" O, iya. Nak Yuta pagi-pagi sudah kemari ada urusan apa ya?" tanya papa y/n.
" Saya kesini mau ngajak y/n jalan-jalan, om. Mumpung masih masa liburan. Om, mengijinkan ya? " kata Yuta.
" Boleh, boleh banget. Apalagi nanti kalau pulang om dibelikan martabak pak surya" kata papa y/n dengan santainya.
" Pa, y/n masih mampu beliin papa martabak. Papa, jangan malak anak orang" kata y/n.
Semua orang tertawa mendengar kata yang diucapkan y/n. Papa y/n bahkan sampai ingin meneteskan air matanya.
" Papa, cuma bercanda. Tapi kalau di belikan ya papa makan" kata papa y/n sambil mengedipkan satu matanya.
" Papa ini, anaknya belum berangkat tapi udah dititipi oleh-oleh" kata mama y/n.
" Gak papa, tante. Iya, Om pasti saya belikan. Jadi, boleh y/n-nya saya ajak jalan?" pinta Yuta.
" Iya, boleh" Kata papa y/n menyetujui.
Y/n tak kuasa menahan senyuman di wajahnya. Yuta mengajaknya pergi jalan-jalan mulai dari pagi hari.
Apa ini bisa di sebut sebuah kencan???
tanya y/n dalam hati.Selesai merapikan piring bekas sarapan Yuta dan y/n berangkat untuk jalan-jalan mereka. Yuta sudah membawa mobilnya. Jadi, mereka tidak perlu menunggu untuk naik bus. Y/n ingin meraih gagang pintu mobil tapi di tahan oleh Yuta.
" Silakan, tuan putri" kata Yuta sambil membukakan pintu penumpang depan.
" Terima kasih, pangeran" jawab y/n sambil masuk ke dalam mobil.
Y/n ingin memasang sabuk pengamannya tapi dia merasa kesulitan. Y/n merasa sabuk pengamannya tersangkut. Tiba-tiba sebuah tangan kekar meraih sabuk pengaman y/n. Y/n terkejut dan hanya bisa terdiam.
" Lain kali kalau gak bisa, minta tolong" kata Yuta sambil memasang sabuk pengaman y/n.
Kemudian menatap kearah y/n. Tanpa mereka sadari jarak diantara keduanya sangat dekat. Bahkan y/n dapat merasakan hembusan napas Yuta di wajahnya. Yuta juga terdiam sambil menatap mata y/n yang ternyata sedang terpejam, kemudian turun ke pipi y/n yang memerah, lalu bibir y/n. Yuta cukup lama menatap bibir y/n, bahkan Yuta tanpa sadar perlahan mendekat dan hampir mengecup bibir y/n. Tapi, Yuta segera sadar dan menghidupkan mobilnya.
" Y/n mau jalan-jalan kemana dulu?" tanya Yuta sambil mulai memfokuskan matanya pada jalanan.
Y/n yang tadinya terpejam akhirnya membuka matanya.
" Pantai" kata y/n dengan semangat.
" Ok. Menuju pantai" kata Yuta tak kalah semangat dari y/n.
Diperjalanan y/n menikmati pemandangan di luar jendela. Mengamati langit biru, pepohonan rindang, dan kendaraan yang berlalu lalang. Saking seriusnya y/n sampai tidak menyadari bahwa Yuta dari tadi mencuri pandang padanya. Yuta mengagumi tingkah polos yang y/n lakukan.
Bahkan hanya dengan seperti ini, kau terlihat sangat cantik, y/n.
Kata Yuta dalam hati.Dalam perjalanan Yuta dan y/n fokus pada kesibukan masing-masing. Y/n yang fokus dengan kecantikan alam di luar jendela dan Yuta yang fokus pada kecantikan wanita disampingnya. Wanita yang mampu membuat Yuta memperlakukannya berbeda dari para wanita lainnya.