14

98 17 2
                                    


Yuta terdiam di tempatnya berdiri. Mata Yuta berkedip berkali-kali berusaha meyakinkan dirinya. Yuta rasa dirinya terlalu merindukan y/n. Bahkan sampai membayangkan y/n tengah berada di depannya dan memanggilnya. Yuta mencoba mencubit pelan pipinya.

Sakit
Batin Yuta

Yuta menghampiri y/n dan menyuruh temannya untuk sedikit minggir. Yuta menyentuh wajah y/n dengan kedua tangannya. Y/n menatap Yuta sambil tersenyum sumringah. Yuta tersenyum kemudian menekan kedua pipi y/n yang membuat bibir y/n mengerucut.

" Y/n!!!!" Yuta masih menguyel-uyel pipi y/n.

" Bang, udahlah. Pipi y/n sakit" y/n merasa pipinya akan berubah bentuk jika di sentuh oleh Yuta.

Yuta membawa y/n ke dalam pelukannya. Yuta merindukan y/n, sangat merindukan y/n. Kesibukan yang di jalani Yuta membuatnya tidak bisa menghabiskan waktu bersama dengan y/n. Sebenarnya jika hanya satu sampai dua jam saja memang masih bisa. Tapi satu sampai dua jam bagi Yuta itu terlalu cepat. Bukannya mengobati kerinduannya, Yuta malah semakin tidak mau meninggalkan y/n nantinya.

" Ehemm hemm uhhukk" teman Yuta pura-pura terbatuk.

Yuta yang menyadari perbuatannya langsung melepaskan pelukannya pada y/n. Suasana menjadi canggung. Yuta menjadi salah tingkah dan y/n hanya bisa menahan tawanya karena menyaksikan Yuta yang sedang salah tingkah. Teman Yuta menghampiri Yuta dan menanyakan tentang y/n.
" Yut, lo kenal?" tanya laki-laki itu.

" Tetangga gue dulunya" Yuta berusaha terlihat bertingkah biasa.

" Oww, kaya tetangga masa kecil?" tanyanya lagi.

" Ya gitulah" jawab Yuta.

" Kalo gitu..." laki-laki tadi menggeser tempat Yuta dan mendekati y/n.

" Kita belum sempet kenalan. Nama kakak Mino. Kamu?" Mino menyentuh tangan y/n layaknya seorang putri.

" Y/n, kak" jawab y/n dengan ramah.

" Nama yang cantik" Mino ingin mencium punggung tangan y/n. Namun, tubuh Mino langsung di tarik oleh Yuta.

" Jangan mulai aneh-aneh" kata Yuta pada Mino.

" Sirik aja lo mah" sinis Mino pada Yuta.

" Y/n kok ada di sini?" tanya Yuta penuh penasaran.

" Kan ini lagi ospek maba, Bang. Bang Utay lupa ya?" y/n menampilkan senyum tipis di wajahnya.

" O, iya. Abang lupa" Yuta memamerkan deretan gigi rapihnya.

" Ini kan lagi ospek maba..
Y/n.. Kamu??,," Yuta baru menyadari maksud dari perkataan y/n.

" Bang Utay ternyata bisa lemot juga ya" y/n terkekeh.

" Abang gak nyangka bisa satu kampus sama y/n" Yuta berkata dengan bahagia.

Y/n ada di kampus Yuta saja, Yuta sudah bahagia. Ternyata kenyataannya lebih dari itu. Y/n melanjutkan kuliah di kampus yang sama dengan Yuta. Ini seperti mimpi Yuta menjadi kenyataan. Yuta selalu berharap bisa mengajak y/n untuk berangkat ke sekolah bersama. Sewaktu y/n masih di sekolah menengah akhir, Yuta tidak bisa selalu mengantarnya ke sekolah. Karena arah kampus Yuta dan sekolah y/n berada di tempat yang berbeda arah. Namun sekarang Dewi keberuntungan sepertinya sedang menyayangi Yuta.

" Y/n juga. Y/n seneng banget bisa satu kampus sama Bang Utay" kata y/n.

" Apalagi abang" balas Yuta dengan semangat.

Yuta dan y/n berbincang dengan bahagia dan melupakan sebuah kenyataan bahwa di antara mereka masih ada seorang laki-laki yang hanya bisa diam. Mino menatap jengah pemandangan di depan matanya. Mino merasa terasingkan. Mino seperti berada di tempat yang berbeda dengan Yuta dan y/n. Atmosfer Yuta dan y/n terlihat seperti kumpulan bunga-bunga musim semi yang bermekaran. Sedangkan, atmosfer yang di rasakan Mino seperti cuaca di awal musim dingin, hawa dingin dan sunyi.

Say it! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang