Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Langit sudah berubah menjadi gelap. Seharian ini y/n dibuat bahagia oleh Yuta. Mulai dari jalan-jalan, makan dan mengunjungi tempat-tempat menyenangkan sudah dilakukan y/n dan Yuta. Yuta sangat memanjakan y/n.
" Hari ini yang terbaik. Y/n seneng banget. Makasih ya, bang Utay. Y/n jadi tambah sayang" y/n meluapkan kebahagiaannya.
Y/n merentangkan kedua tangannya dan menikmati hembusan angin. Yuta dan y/n, saat ini sedang berada di atas jembatan. Yuta mengajak y/n ke jembatan sebagai penutup dari kegiatan jalan-jalan mereka. Dari atas jembatan mereka bisa menikmati pemandangan matahari terbenam. Mengamati langit yang berubah warna seiring dengan menghilangnya sang matahari di lautan.
" Kalau sayang, abangnya di peluk dong" Yuta merentangkan tangan menunggu pelukan dari y/n.
" Apaan sih, bang. Malu. Kita lagi di tempat umum lo" y/n menutup wajahnya.
Orang-orang yang sedang berada di jembatan sedang memperhatikan y/n dan Yuta. Orang-orang itu tengah menyaksikan romansa para anak muda. Lebih tepatnya memperhatikan Yuta. Y/n bahkan bisa mendengar bisikan para pengujung wanita yang mengatakan bahwa Yuta adalah lelaki yang romantis dan penuh perhatian.
Yuta mendekati y/n. Mata Yuta memandang mata y/n yang tidak tertutup oleh kedua tangannya. Yuta berbisik pada y/n.
" Jadi, kalau cuma ada y/n sama abang, y/n bakal peluk abang?" tanya Yuta tepat di telinga y/n.
Hembusan napas Yuta di telinga y/n membuat y/n merinding. Pipi y/n memanas. Telinga y/n memerah. Y/n dibuat tidak berkutik oleh perkataan Yuta.
" Ya, gak gitu juga" y/n mendorong pelan tubuh Yuta dengan satu tangan.
Y/n menyembunyikan wajahnya yang memerah dengan memalingkan wajah dan ditutup oleh satu tangannya. Y/n harus berusaha terlihat biasa dengan apa yang dilakukan oleh Yuta. Y/n tidak boleh terlalu senang.
Yuta menatap tangan y/n yang sedang mendorongnya. Terlintas keinginan untuk mengerjai y/n. Yuta meraih tangan y/n. Yuta meletakkan tangan y/n di dada kirinya. Y/n menatap Yuta dengan heran.
" Y/n bisa ngerasain jantung abang yang deg-degan enggak?" tanya Yuta pada y/n sambil terus memegang erat tangan y/n.
" I-iya, deg-degan" y/n menjawab dengan gugup.
Jangankan jantung Yuta, jantung y/n saat ini juga berdetak kencang. Y/n berharap Yuta tidak mendengar detak jantungnya. Bila Yuta sampai mendengar suara detak jantung y/n itu sangat memalukan.
" Y/n tahu kenapa jantung abang deg-degan?" Yuta memasang wajah serius.
Y/n tidak menjawab pertanyaan Yuta. Y/n hanya bisa terdiam dan gugup. Y/n merasakan kedua kakinya lemas.
" Itu karena..........." Yuta menggantung kalimat yang diucapkannya.
" Karena abang masih hidup. Kalau jantung abang gak deg-degan berarti jantung abang berenti. Kalau berenti nanti abang game over" Yuta berkata dengan senyum jahil.
Yuta segera berlari meninggalkan y/n yang masih mencerna perkataan Yuta. Y/n linglung. Y/n hanya memiring-miringkan kepalanya ke samping kanan dan kiri.
" Ha????"
" Bentar......,
Bang Utay ngerjaiin y/n ya. Awas aja. Bang Utay, stop gak" y/n yang sudah sadar segera berlali menyusul Yuta.Y/n sangat ingin menyentuh pipi Yuta dengan belaian tangannya yang keras. Y/n harus mendapatkan Yuta agar amarahnya reda. Yuta harus mempersiapakan diri untuk menghadapi amarah y/n.
" Kalau bisa kejar abang. Nanti kalau berhasil terserah y/n mau apain abang" Yuta berteriak agar bisa di dengar y/n.
Yuta terus berlari dan menambah kecepatannya. Yuta ingin membuat y/n kewelahan untuk mengejarkan. Karena jika y/n sudah lelah pasti Yuta tidak akan terkena amarah dari y/n. Yuta berlari sampai berkeringat. Yuta mulai menurunkan kecepatan larinya. Yuta yakin, y/n pasti masih jauh di belakang. Yuta berhenti sejenak untuk mengambil napas.