PROLOG

588 125 35
                                    

  Now Playing  

Gala Bunga Matahari - Sal Priadi

---

Lapangan utama SMA Ganesha kini menjadi saksi dari sebuah pemandangan yang penuh euphoria. Para siswa kelas akhir berkumpul dengan semangat di lapangan tersebut, mengubah suasana menjadi meriah dan penuh kegembiraan.

Seragam putih abu yang biasanya mereka kenakan, kini telah berganti oleh jas dan gaun yang cantik. Topi abu yang biasanya bertengger di kepala mereka, kini telah berganti oleh topi toga. Bahkan, dasi yang biasanya mengikat leher mereka, kini telah berganti menjadi sebuah piagam yang bertuliskan 'Selamat dan Sukses'.

Suasana penuh kebahagiaan terasa di udara, diiringi dengan tawa riang dan sorak-sorai para siswa yang merasa bangga atas prestasi mereka. Momen ini merupakan titik puncak dari perjalanan mereka di SMA, di mana mereka melepaskan masa lalu dan melangkah maju menuju petualangan baru yang menanti di masa depan.

Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk Adiva Arumaisha. Layaknya warna gaun yang kini sedang ia pakai, warna biru adalah simbol kesedihan yang mendalam. Jutaan kalimat rindu menghantarkan Adiva pada pertarungan batin yang tak kunjung usai. Di antara riuhnya perayaan, ia merasa terpisah, tersesat dalam lautan emosi yang tak terlukiskan. Dirinya kini masih terbungkam oleh duka yang belum terobati.

"Seharusnya Sadam ada di sini." Salah satu kalimat rindu yang bertarung dalam batin Adiva. Ia mengedarkan pandangan ke setiap sudut lapangan. Bayangan Sadam, sang kekasih yang telah pergi karena sebuah kecelakaan tragis, merajut benang kenangan di dalam pikirannya. Mereka berdua telah merencanakan hari ini bersama-sama, merayakan pencapaian mereka di atas lapangan yang kini dipenuhi oleh kebahagiaan rekan-rekan sekelasnya.

Kenangan manis di setiap sudut sekolah bersama Sadam mengalir deras dalam pikiran Adiva. Mereka sering berjalan berdua di sepanjang koridor sekolah, tertawa riang di bawah pohon rindang, dan berbagi makan siang di bawah teriknya matahari di lapangan. Bahkan, saat mereka duduk berdampingan di kelas, Adiva selalu merasa ada kehangatan yang mengalir dari tangan Sadam yang menggenggam tangannya.

Namun, kini Sadam tidak akan pernah ada lagi di sini. Kecelakaan tragis itu telah merenggutnya, meninggalkan Adiva dengan luka yang sepertinya tak akan pernah sembuh. Meskipun begitu, dalam kedalaman hatinya, Adiva menyimpan harapan yang rapuh: harapan bahwa suatu hari nanti, ia dapat menerima kepergian Sadam dengan pikiran yang tenang.

Di tengah riuhnya perayaan, Adiva menemukan dirinya terpaku dalam kesedihan yang mendalam. Baginya, hari ini bukan hanya tentang merayakan pencapaian, tetapi juga tentang mengenang dan meratapi kepergian sang kekasih.

---

Selamat datang di karya pertamaku!

Tolong berikan kesan dan pesan pertamamu untuk Adiva.

See u, love!

Healing Bonds [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang