Hope you like it!ㅡㅡㅡ=<>=ㅡㅡㅡ
"Ngantin yuk!" Gadis berponi tipis di sebelah ku menatap penuh pengharapan.
Pelajaran biologi baru saja usai sekitar 2 menit yang lalu. Beberapa siswa di kelasku sudah berhamburan entah kemana, termasuk Yuna - teman sebangku ku - yang sudah tak sabar ingin ke kantin.
"Gak ah, mager, kenyang." Aku memutar badan, berniat mengeluarkan novel yang selalu hinggap di tas ku tanpa mempedulikan ekspresinya.
"Ck, gue lapar nih. Bentar doang kok! Cuma beli nasi goreng abis itu makan di sini, ya?" dia kembali membujuk ku.
"Huuuuhh iyaa deh iyaa"
Kami pun berjalan di pinggir lapangan. Em ya, kantin itu letaknya tak jauh dari lapangan. Makanya harus lewat sini.
"Duh, gue malas banget deh minggu depan. Kayak gak mau sekolah aja nanti," ujar Yuna cemberut.
"Kenapa emang?"
Gadis itu menoleh, "Gue kan panitia, Shiren. Malas banget ih! Apalagi berurusan sama kakak-kakak OSIS tuh, jadi babu ntar gue, disuruh ini lah, itu lah. Jadi sibuk, lo kan tau gue mageran juga orangnya, kayak lo."
Mendengar keluhannya, aku mengangguk setuju. Kasian juga sih, apalagi OSIS di sekolah ini tuh nyebelin parah. Seperti Dirga misalnya.
"Ya, mau gimana lagi. Udah terlanjur kepilih kok. Kalau pun lo mengundurkan diri, harus ada alasan yang jelas."
"Nah! Ide bagus tuh! Alasan apa ya, bagusnya?" Ia pun mulai berpikir sejenak. "Oh! Gimana kalau orang tua gak ngizinin karena gue gak boleh kecapean?"
"Palingan mereka bilangnya gak bakal ngasih tugas yang berat buat lo,"
"Iya juga ya. Kalau pura-pura sakit?"
Aku merotasikan bola mata, "Na, lo tuh jangan main-main samaㅡ"
"Hahaha iya iya oke."
Bukan, bukan Yuna yang menjawab. Itu cengiran dari cowok yang tiba-tiba jalan beriringan di sebelahku. Aku tau suaranya.
Untuk memastikan, ku tolehkan kepala pelan-pelan ke sebelah kiri... dan,
Iya.
Beneran Nathan. Dia sedang menelepon.
"Iya, gue kesana sekarang"
Kemudian doi berjalan duluan ke arah kantin.
Aku masih memandang punggungnya yang menjauh dengan perasaan campur aduk.
ASDFGHJKL DIA LAGI PILEK ATAU GIMANA SIH!? SUARANYA SERAK-SERAK MASAA!
"Sama siapa Ren?" Sahut Yuna.
"D-dia.."
Aku bergumam tak jelas, tatapanku masih tertuju pada punggung Nathan yang semakin menjauh.
"O-oh? Nathan? Kenapa emangnya?"
Aku langsung tersadar.
Ah, sial! Sepertinya ia baru saja mengikuti arah pandangku.
"Hah? B-bukan! Itu, anu- eemm.. a-anu tadi.. eh gue tadi ngomong apa ya?"
Yuna menatapku aneh. "Hah? Apaan sih lo?"
"Engg.. Gak! Gak jadi! udah lupain. Ayo ke kantin cepet!"
Oke, iya. Aku aneh sekarang.
Salahkan Nathan yang tiba-tiba lewat dengan suara seraknya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Doang
Teen FictionAwalnya kami sering main bersama-sama sewaktu kecil. Namun saat mengenal kata rebahan, aku mulai malas keluar dan kami tak pernah ketemu lagi.. Hingga saat aku kelas 10, bunda membuatku bertemu lagi dengannya. Disitulah awal kisah ini dimulai. Ih ga...