Hati-hati oleng:)
Hope you like it!
ㅡㅡㅡ=<>=ㅡㅡㅡ
Aku duduk di kelas dengan wajah kusut sambil mengepalkan tangan, menatap jengkel ke arah 3 laki-laki di depanku ini.
"Orang gilaaa, orang gilaaaa!"
"Awokwokwok,"
Pernah tidak sih, kalian mengingat hal lucu waktu gabut, dan saking lucunya kalian malah jadi senyum-senyum sendiri terus apesnya ada orang lain yang liat. Terus kalian dikatain gila?
Kesal kan?
Sejak tadi aku mati-matian menahan diri untuk tidak melempari Fathur, Dewa, dan Stevan menggunakan buku soal-soal biologi yang tebalnya sekitar 3cm kalau tidak ingat biaya ganti ruginya setara dengan harga nasi kuning ditambah 2 es teh dan sekantong batagor.
Sayang banget kan kalau hanya ditukar dengan kenikmatan menghantam 3 lelaki itu.
Dan entah sejak kapan juga mereka akur dan menjadi satu geng seperti ini.
Aku yang masih dalam posisi duduk itu hanya menutup telinga dengan kedua tangan sambil memejamkan mata, berusaha tak mempedulikan apa yang mereka bilang.
Toh nanti juga capek sendiri tuh mulut.
"Lo bertiga kurang kerjaan banget gangguin cewek," samar-samar, aku mendengar suara datar menegur mereka.
Ya.. siapa lagi yang punya suara datar seperti itu selain Andre?
Dia berdiri di sampingku dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana sambil matanya menatap ketiga anak laki-laki itu dengan tatapan khasnya kalau lagi jadi maung.
Mantaff.
"Uluh-uluh.. pawangnya datang nih, cabut yuk!"
Hanya dengan sebuah kalimat ditambah sorot yang seperti itu, mereka langsung ngacir sambil dorong-mendorong.
Emang seseram itu Andre kalau lagi maung.
Andre beralih menatapku. Membuatku lagi-lagi susah payah menelan ludah. Apalagi sekarang aku harus mendongak karena posisinya Andre sedang berdiri dan aku sedang duduk.
Sial! Sebenarnya apa yang membuat si ketua kelas ini badmood?
"K-kenapa?"
Dia masih diam, menatap mataku tanpa berkedip.
Siapa yang tidak deg degan ditatap seperti itu, hei!?
Tau gitu, seharusnya tadi aku mengiyakan tawaran Yuna ke wc daripada ketemu Andre bersama moodnya yang seperti ini.
"Seluruh ketua sama wakil ketua kelas 10 disuruh pak Bahar kumpul di depan tata usaha sekarang." Ujarnya.
"O-oh."
Hening.
"Ya-yudah, ayo."
Andre mengangguk. Tapi dia masih berdiri di tempatnya itu.
Mataku bergerak tak nyaman.
"Sekarang kan?" Aku bersuara lagi.
Andre mengangguk lagi, lalu diam lagi.
Dia kapan menyingkir sih? Mau lewat nih.
Soalnya posisinya dia itu berdiri tepat di samping gitu loh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Doang
Teen FictionAwalnya kami sering main bersama-sama sewaktu kecil. Namun saat mengenal kata rebahan, aku mulai malas keluar dan kami tak pernah ketemu lagi.. Hingga saat aku kelas 10, bunda membuatku bertemu lagi dengannya. Disitulah awal kisah ini dimulai. Ih ga...