13. Di Rumah Shiren

143 10 36
                                    

Hope you like it!

ㅡㅡㅡ=<>=ㅡㅡㅡ


Malam itu, Derren menatap hujan lamat-lamat dari balkon kamarnya. Menikmati aroma pethricor yang menguar sejak hujan masih rintik-rintik hingga sederas ini. Tangannya sesekali ditengadahkan untuk menampung air yang jatuh.

Entahlah, dia hanya rindu masa kecilnya.


JRENG!


"Rinai hujan basahi akuu~"

Menoleh kebelakang, ia mendapati kakaknya sedang berdiri di dekat pintu dengan tangan menggendong gitar.

"Temani sepi yang mengendap~"

JENG GENJRENG!

Awalnya ekspresi Derren datar-datar saja. Namun, ketika melihat alis Bintang naik turun seolah mengajak..

"Kala.. aku mengingatmu~"

Ia pun menyambung liriknya.

"Dan semua, saat manis itu~"

Mendapat respon baik, Bintang segera meng-genjreng gitarnya lebih semangat sambil berjoget, membuat Derren juga ikut joget.

GENJRENG GENJRENG!

"Segalanya seperti mimpi~"

"ASEK ASEK JOS!"

"Ku jalani hidup sendiri~"

"Andai, waktu berganti~"

"Aku tetap takkan berubaaaah~"

GENJRENG GENJRENG!

"Aaaaku, selalu bahagia~"

"Dung tak dung, dung tak dung"

"Saat hujan turun~"

"A e a e"

Seketika lagu itu menjadi koplo. Derren yang terus menyanyi sambil berjoget absurd, sedangkan Bintang tak lagi memetik gitarnya melainkan membuat musik koplo dengan suaranya sendiri.

"Karena aku dapat mengenangmu untuk ku sendiri!~ ooooooooow woo hooo!"

Derren naik ke atas tempat tidurnya, menganggap bahwa ia sedang di panggung sekarang.

"Aaaakuuuuuuu!~"

"Asoy! mantep gan!" Bintang melambai-lambai layaknya penonton.

"Selaluㅡ ah elah, lupa lirik gue," Derren mendengus lalu menjatuhkan diri ke tempat tidurnya.

"Yaelah," Bintang ikut merebahkan diri di samping Derren sambil memeluk gitar kesayangannya.

Derren menatap langit-langit kamar. Sudah lama dia tidak menggila seperti tadi.

Yaa.. Derren juga manusia kawan. Secuek apa pun dia, sekalem apa pun dia, kalau diajak joget ya mau-mau aja.

Apalagi yang mengajak itu kakaknya.

"Hoi," Bintang membuka suara.

"Hm,"

"Gue tebak ya lur, lo pasti lagi mikirin si anak tetangga noh. Iya kan?"

Derren merotasikan bola matanya, "ini nih yang bikin gue kadang menyesal punya abang bentukan macam lo. Gue tuh kayak gak punya privasi tau gak? Apa apa lo udah tau duluan,"

Bintang mendengus geli, "Hehe, sorry sorry. Tapi bagus tau,"

"Ck iye bagus di lo, gue kagak."

"Sukurin aja napa. Lo juga kan orangnya malas ngomong, mana tau lo ada masalah penting kan? Makanya gue sebagai penebak pikiran yang handal langsung diutus menjadi abang lo." Jelas anak itu dengan bangga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tetangga DoangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang