-- takdir yang telah diciptakan tuhan untukku. Karena pertemuan tidak mengenakan itu pastilah salah satu dari sekian banyak skenario kehidupan. Yang telah tercipta lebih dulu sebelum tercipatanya alam semesta.
•°•♡•°•
Sakura tahu, cepat atau lambat ini pasti akan terjadi. Tapi sungguh, ia tidak akan pernah menyangka takdir berniat bermain-main dengannya sampai seperti ini.
Di sebelahnya, Sakura bisa melihat bagaimana wajah ketidak sukaan tergambar sempurna pada wajah datar seperti tembok yang kokoh, sekokoh tembok China, sepertinya ekspresi itu adalah harga mati untuk pria yang duduk di sebelahnya saat ini. Apa lagi saat ini Sasuke tidak melepaskan tatapannya dari Sakura.
Tapi Sakura tidak peduli. Masa bodoh pada pria itu, yang ada dalam pikirannya sekarang adalah bagaimana caranya agar ia bisa melarikan diri dari sini. Untuk menyelamatkan hati dan masa depannya. Persetan dengan rencananya ingin menyelamatkan kakaknya dari perjodohan tidak masuk akal ini, dia saja yang gila berpikir seperti itu hanya untuk menutupi pikirannya yang kacau.
"Ibu," Mebuki menoleh pada putri satu-satunya. Menunggu Sakura melanjutkan perkataannya.
"Apa?" Bukan ibunya yang bertanya, melainkan ayahnya yang menatapnya datar. Mungkin ayahnya tahu apa rencana yang ia susun dalam kepalanya.
"Jangan macam-macam Saku, kau ingatkan apa yang ayah katakan kemarin?" Kizashi masih menatap datar Sakura. Membuat semua rencana yang tersusun sempurna harus ia kubur kembali sebelum ia bisa mewujudkannya. Sakura tahu benar bahwa ancaman ayahnya kemarin tidak main-main.
"Iya aku ingat. Aku cuma berniat mau mengajak kak Sasuke jalan-jalan ke taman belakang. Dari pada kami menggangu pembicaraan kalian, bukannya lebih baik kalau kami pergi saja?"
Ayolah, Sakura rasanya akan mati saat ini juga, jika ayahnya sampai tidak percaya. Sakura sadar bahwa ucapannya barusan hanya omong kosong belaka dan yakin ayahnya tidak akan percaya. Karena itu Sakura siapa jika ayahnya akan benar-benar menghukumnya setelah ini.
"Baiklah, ajak Sasuke melihat-lihat mansion sekarang." Tapi sepertinya nasib baik sekarang berpihak padanya. Ayahnya percaya, rasanya Sakura ingin terjun bebas dari lantai lima mansion Haruno sekarang. Saking senangnya ia bisa bebas karena kebohongan tidak masuk akalnya.
"Sasuke, ikutlah dengan Sakura."
Fugaku mendorong pelan bahu Sasuke. Melihat putra bungsunya itu seakan lengket di kursinya duduk, sehingga tidak bergerak juga untuk mengikuti Sakura yang sudah berdiri dua meter jauhnya dari ruang tamu.
Sialan!
Sasuke ingin mengumpat rasanya, ia benar-benar kesal sekarang.
Menghiraukan Sasuke yang berjalan mengikutinya dari belakang. Sakura berjalan cepat ke taman belakang, lalu duduk di atas kursi kayu favoritnya. Mengabaikan eksistensi Sasuke di sekitarnya. Halah, peduli setan! Sakura tidak mau dekat-dekat dengan pria aneh itu.
Melihat Sakura yang mengabaikannya, Sasuke bertambah kesal. Dengan cepat ia berjalan mendekat kearah Sakura. Lalu duduk di sebelah gadis merah muda yang sejak pertemuan mereka tadi selalu mengabaikannya. Sakura hendak berteriak saking terkejutnya dengan kehadiran Sasuke di sampingnya, sungguh jika dia punya penyakit jantung akut. Saat ini Sakura bisa menjamin Sasuke akan mati dibuatnya, karena seenaknya membuatnya terkejut seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Believe In Fate?
FanfictionSakura sadar, pertemuannya dengan seorang Uchiha Sasuke tidak lain karena keinginan takdir. Sebuah skenario alam semesta yang berniat mempersatukan dua orang yang berbeda satu sama lain. Malam itu, seharusnya sudah cukup menjadi bukti. Bahwa sesuatu...