03. Devia Thalita

14 1 0
                                    

Konnichiwa, watashi wa Devia Thalita desu.

Kalau kalian menyangka aku wibu akut, kalian salah. Nyatanya aku hanya wibu karbitan, penyuka jejepangan musiman.

Dua tahun yang lalu adalah awal mula aku terjun menjadi seperti ini. Karena dia yang tiada hari tanpa anime, aku jadi seperti ini. Mencoba mengimbangi agar punya topik sama untuk dibagi.

Ahh, dia. Lupakan saja.

Mengingat dua tahun lalu. Aku yang mulanya auto skip saat acara tv menampilkan naruto, mendadak meneriakkan stop saat adikku berniat mengganti channel.

Iya, aku memulainya dari naruto.

Tiap sore tak terlewatkan, berusaha keras menghafal nama karakter di sana, bahkan mengingat dalam-dalam alur kisahnya.

Motivasinya hanya satu, besok aku akan mengajaknya mengulas kisah naruto episode hari ini.

Hontou ni baka! Watashi.

Dari naruto, merambat ke SAO. Serial anime pertama yang menceritakan tentang perjuangan, pertarungan, dan romance. Dari SAO motivasi ku berubah. Bukan untuk bertukar cerita dengannya lagi, aku menyukai anime karena memang ingin menikmati ceritanya.

Semenjak itu, aku tidak peduli lagi. Copy-paste berfolder-folder anime berbagai genre. Tiada hari tanpa anime. Otakku terdoktrin bahasa dan budaya sana. Sedikit demi sedikit aku memahami kosakatanya.

Penyuka Jepang dan Korea tak jauh berbeda. Jangan hakimi, cukup maklumi saja. Ketika kau suka, tanpa sadar akan mengikutinya. Menerapkan dalam tiap aktivitas, terpaku pada hal yang disuka. Terbelenggu dalam pengandaian 'jika aku adalah bagian darinya' dan mencipta dunia sendiri.

Sudahlah, aku tidak ingin dicap wibu, walaupun perangai ku mengindikasi ke arah wibu.

Wibu to yonde, yamette kudasai.

_______________#rialita_______________

Kotoba:
Konnichiwa: halo, selamat siang/sore
Hontou: sungguh
Baka: bodoh
Yonde: panggil
Yamette kudasai: berhenti lah

Note:
Koreksi bila keliru.
Arigatou gozaimasu :)

RialitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang