- 0.2 Bertemu.

121 51 35
                                    

Happy Reading Kawan-kawan....
-thera🌴

***

"Ish... kesel banget Alin sama Pak Dadang, masa baru juga sehari masuk, udah disuruh bikin tugas aja," gerutu Alin.

"Mana banyak banget, terus harus ke perpus lagi, tau akh kesel, untung Alin sabar, kalau engga udah Alin minta Pak Dadang di buang, ke Kutub Utara sama Emon huh." Lanjut nya tanpa mempedulikan banyak siswa yang menatap aneh ke arah mereka bertiga, tetapi lebih fokus pada Alin yang sejak tadi tidak berhenti mengoceh, tanpa lihat keadaan sekitar.

Sementara Thalia dan Vania? Haduhhh cuman masang muka pura-pura enggak kenal, dan berkata dalam hati, 'Bukan temen gue, bukan temen gw'

Akhirnya mereka sampai ke perpustakaan sekolah yang jaraknya cukup jauh dari kelas mereka, setelah menulis absensi dibuku list pengunjung, mereka berpencar untuk mencari buku yang diperlukan untuk tugas Pak Dadang.

"Aduh tinggi banget bukunya, Alin kan jadi enggak sampai, lagian siapa sih... yang naro buku itu di rak paling atas, ishh... kesel," gerutu Alin sambil terus loncat-loncat berusaha menjangkau buku yang dia butuhkan itu.

Memang Alin tuh tipe cewek yang maunya barang yang udah tau susah di ambil, terus kalau enggak bisa malah marah-marah sendiri, lalu beralih menyalahkan orang lain, namanya juga makhluk maha benar bernama cewek.

Alin yang terus meloncat- loncat, tetapi tidak membuahkan hasil. Alin tidak menyadari jika terdapat tangan yang terjulur membantunya untuk mengambil buku itu. Alin yang baru sadar ada seseorang di belakangnya, langsung berbalik, dan menemukan seorang laki-laki yang menabraknya, serta menyebut nama gadis yang bahkan Alin tidak kenal siapa itu, di depan gerbang sekolah kemarin. Kini tangan laki-laki tengah menyodorkan buku yang Alin ingin ambil tadi.

"Nih buku yang lo mau kan? Kalau udah tau badan pendek tuh, minta tolong," ujarnya dengan senyum yang manis tapi manisan permen milkita milik Alin.

"Eh... lo yang kemaren nabrak gue kan?" tanya Alin ketika melihat wajah yang sedikit familiar di otaknya.

"Iya," jawab laki-laki itu, dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Alin.

"Makasih atas bantuannya, dan sorry tapi gue enggak pendek, lo nya aja yang ketinggian." Setelah mengucapkan itu, Alin langsung melenggang pergi meninggalkan laki-laki yang sudah membantunya itu.

Sementara laki-laki itu hanya tersenyum sedih, dan terus menatap punggung Alin yang sudah menjauh dan keluar perpustakaan bersama dengan kedua temannya.

***

"Huft. Akhirnya selesai juga," ucap Alin yang langsung mengambil permen milkita strawberry dari tasnya dan langsung membuka bungkusnya selanjutnya memakannya.

"Eh tau enggak-"

"Engga tau, kan Vania belum ngasih tau." Belum selesai Vania berbicara, dengan tanpa perasaan Alin memotong ucapan Vania, membuat Thalia hanya menghela napas, mencoba sabar.

"Iya, Lin, iya, makanya lo makan permen aja, terus dengerin Vania ngomong aja oke?" Alin hanya mengangguk patuh ketika Thalia memintanya untu tetap diam dan menikmati permen milkitanya.

"Lanjut Van," ujar Thalia yang dibalas anggukan semangat Vania.

"Katanya, kelas IPA 1 ada anak baru, terus pindahan dari Aussie, katanya ganteng banget," ujar Vania dengan girang, yang hanya ditanggapi wajah biasa aja oleh Alin dan Thalia.

"Ohh," balas Thalia dan Alin bersamaan.

"Ihh... kok ohh doang, Sih. Harusnya kalian seneng dong, kan ada stok cogan baru." Vania hanya memasang wajah kesal, karena temannya bodo amat. Padahal kan cogan tuh salah satu nikmat yang tidak bisa dilewatkan.

"Maap-maap aja nih, udah punya calon boyfriend saya mah," balas Thalia sombong. Ya, memang diantara mereka bertiga yang udah dipedekatein cuma Thalia doang.

Mereka kembali diam, ketika pintu kelas terbuka dan muncul-lah, Bu Syofia dengan baju yang amat sangat tidak cocok warnanya, dan melanjutkan pelajaran.

***

Kring...

Astaga. Betapa bahagianya Alin dan kedua temannya, ketika mendengar suara itu, bagaimana engga bahagia, otak mereka sudah pusing karena disuruh belajar cacing oleh Bu Syofia. Sudah jelas mereka bertiga, sangat amat jijik dengan hewan kecil bernama cacing.

Sebenarnya, mereka bertiga adalah anak IPS, tetapi wajib belajar Biologi karena peraturan di SMA GRADAPATI terdapat satu pelajaran yang biasa disebut dengan lintas minat atau anak IPS mendapat salah satu mata pelajaran anak IPA dan begitu pula sebaliknya.

"Akhirnya pulang jugaaaa, pusing gue kenalan ama cacing, mending cacingnya mau kenalan sama gue," ujar Vania yang diangguki oleh Alin dan Thalia.

"Eh, gue balik duluan yaaa. Bang Naufal udah nungguin di depan," ujar Alin yang langsung kabur padahal kedua temannya belum memberikan jawaban. Namanya juga Alin.

"Temen lo tuh," ujar Vania ke Thalia, ketika melihat Alin yang lari-lari seperti dikejar hantu.

"Temen lo juga bego," balas Thalia.

"Eh... iya, kok gue bego."

"Emang lo bego," jawab Thalia pedas, Sadiss kali mulut Thalia,ini untung Vania sabar punya temen kaya Alin sama Thalia. Yang satu lemotnya ngalahin siput, yang satu kalau ngomong ngalahin pedasnya cabai rawit.

***

Alin yang masih berlari, tidak lihat-lihat, dan tanpa sengaja menabrak bahu seorang gadis cantik. Sontak Alin menghentikan langkahnya, karena gadis itu terjatuh dan Alin berniat membantunya.

"Ehh... maaf gue enggak sengaja, gue buru-buru soalnya abang gue udah nungguin di depan," ucap Alin dengan wajah menyesal, dan berniat membantu gadis itu dengan menjulurkan tangannya, tapi uluran itu diabaikan oleh gadis cantik yang kini telah berdiri dengan tangan tang menepok-nepok bagian belakang roknya, seolah-olah baru saja terjatuh di tumpukan pasir.

"Bodo amat bego, enggak peduli gue, makanya kalau lari tuh lihat-lihat," balas gadis itu. Ketika selesai dengan acara membersihkan bagian belakang rok nya, yang Alin pastikan sebenarnya tidak kotor sama sekali. Wajah gadis itu terlihat sangat kesal, tapi seketika wajah memasang ekspresi terkejut ketika melihat wajah Alin.

"Fira?" tanya gadis itu dengan ekspresi yang masih terkejut. Sementara Alin hanya memasang wajah bingung, terhitung sudah dua orang memanggilnya dengan nama Fira. Memang sih, nama lengkap Alin adalah Safira Aileen. Tapikan nama Safira bukan Alin saja dan hampir semua orang yang mengenal Alin tidak pernah memanggilnya dengan nama Fira.

"Fira? Maaf gue Alin, bukan Fira." Alin langsung beranjak pergi meninggalkan gadis dengan jepit rambut silver yang masih memasang eskpresi terkejut. Baru beberapa langkah Alin berbalik dan kembali menatap gadis itu.

"Dan, sorry buat yang tadi." Setelah mengucapkan itu, Alin benar-benar pergi meninggalkan gadis itu sendirian.

"Lo enggak kenal sama gue, Fira?" Gadis itu hanya diam dengan mata yang terus menatap punggung milik Alin yang sudah jauh, tanpa pikir panjang gadis itu langsung mengambil handphone dari kantung roknya, dan gadis itu langsung menelpon seseorang.

"Kamu ketemu sama dia?"

***

Halo. Selamat membaca cerita aneh bin enggak jelas ini. Semoga suka jangan lupa untuk vote dan komen, kalau bisa di share juga ya biar banyak yang tau kisah mereka bertiga.

Aku akan sangat senang jika ada yang ingin memberikan aku kritik dan saran, agar aku tau kesalahan-kesalahan yang aku tidak sadari, karena aku masih sangat newbie.

- thera🌴 ( 9.06.20)

CHOICE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang