- 0.6 Pertanyaan.

71 18 16
                                    

Happy Reading kawan...

***

Alin kini hanya menunduk takut, karena ditatap tajam oleh tiga orang yang sejak tadi diam di depannya. Alin merasa bersalah tidak memberitahu abangnya jika dia ingin menemani Vania ke perpustakaan.

"Jadi Alin, kamu kemana semalam?"  tanya ayahnya dengan tatapan yang membuat siapun akan takut.

Tatapannya, mirip seperti singa yang menatap musuhnya. Alin yang menunduk kini mulai berani mengangkat wajahnya, dan terlihatlah pipinya yang basah. Alin menangis karena merasa bersalah pada orang tua juga abangnya.

"Hiks.... maaf Ayah, Bunda, Abang. Alin kekunci di perpus pas Alin nemenin Vania buat pinjem buku hiks," jawab Alin dengan air mata yang tidak berhenti, bundanya yang tidak tega langsung memeluk dan mengusap punggung putrinya.

"Kenapa kamu enggak telpon Abang?" tanya abangnya setelah sejak tadi hanya diam.

Naufal belum berangkat sekolah karena khawatir dengan adiknya yang sejak kemarin tidak pulang. Takut Alin dibawa kabur sama gundoruwo, itulah yang saat ini ada di pikiran Naufal.

"Maaf Abang, handphone Alin lowbat, terus temen yang kekunci bareng Alin juga handphonenya lowbat, terus enggak bisa keluar lewat jendela karena pakai tralis, jadi Alin enggak tau harus gimana," jawab Alin sembari menatap Naufal, dan Naufal hanya mengangguk. Ayahnya hanya menghela napas dan kemudian tersenyum dan mengusap pucuk kepala Alin.

"Coba jelasin sama Ayah, kenapa kamu bisa kekunci," ujar ayahnya lembut membuat Alin mengangguk dan melepas pelukan bundanya.

"Jadi Alin pas nemenin Vania cari buku, Alin baca buku Doraemon di bangku deket jendela dan emang ketutup sedikit sama rak buku, terus Alin ngantuk, jadinya ketiduran dan pas Alin bangun udah sore banget," ujar Alin membuat mereka bertiga mengangguk.

"Untung enggak diculik penunggu perpus," celetuk Naufal membuat Alin menatapnya sebal. Sementara Ayah dan bundanya hanya diam karena mungkin sebentar lagi perang dunia ke 3 akan dimulai.

"Terus sama siapa, Alin?" tanya ayahnya, dari pada kupingnya akan panas karena ocehan Naufal dan Alin yang mengalahkan suara ibu-ibu komplek.

"Terus pas Alin bangun, di depan Alin ada cowok Yah, dia juga ketiduran dan Alin refleks teriak-"

"Budek enggak ya, kira-kira kuping tuh cowok?" Lagi-lagi abangnya menyela ucapan Alin, membuat Alin menatap abangnya tajam dan juga tangan sang bunda yang langsung beraksi untuk menjewer kuping Naufal, membuat Naufal meringis sakit. Belum lagi tatapan membunuh ayahnya membuat Naufal diam tidak berkutik. 

Rasain hahahahaa 

"Diem atau uang jajan kamu minggu ini Bunda potong!!" Ancam bundanya membuat Naufal langsung diam.

Sedangkan Alin hanya memasang  wajah senang karena abangnya menderita. Naufal hanya memasang wajah kecut ketika melihat Alin menahan tawa. Alin memang sudah berhenti menangis ketika sang bunda menjewer telinga abangnya.

"Lanjut Alin," ujar ayahnya.

"Terus cowok itu bangun liat jam dan kaget, terus dia langsung ke pintu buat nyoba buka, tapi pintunya udah kekunci yaudah, kita enggak bisa gimana-gimana lagi," ujar Alin membuat ayahnya mengangguk paham.

"Nah Alin bisa keluar, karena ibu perpusnya udah dateng dari jam 5 terus-"

"Mau ngepet tuh penjaga perpus? Dateng pagi banget," celetuk Naufal membuat Alin langsung memukul lengan abangnya, Naufal hanya meringis, kuping dan lengannya sudah jadi sasaran dua macan galak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHOICE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang