Bab 8

15 0 0
                                    

"Aaaaaaaaaaa.....!!!" Azhira menjerit saat terbangun. Keringat dingin mengucur di tubuhnya. Dia tidur dalam gelisah sampai pagi.

"Kau. Ini kenapa teriak pagi-pagi?" Andreano yang baring di sofa kini mendudukkan dirinya.

"Andreano? Tadi malam..." Azhira memastikan bahwa tadi malam hanyalah mimpi. Dia mengecek bajunya, mengecek lantai dan dinding yang tadi malam berlumur darah namun tidak menemukan setetespun.

Andreano tersenyum.

"Untung aku sudah membereskannya." Ucapnya dalam hati.

"Kau kenapa? Apa kau bermimpi buruk?" Sambungnya.

"Ta.. tadi malam.. a.. ada..." ucapan Azhira terputus.

"Azhira!" Paman Adi dan Bibi Anel langsung masuk kekamar Azhira tanpa mengetuk pintu. Semalam pintu memang tidak terkunci, mahluk itu yang membuat Azhira tidak bisa keluar.

"Zhira, kau kenapa, Nak?" Paman bertanya dengan nada cemas.

"Apa yang terjadi, Sayang?" Sementara Bibi membawa Azhira dalam dekapannya.

"Tidak ada apa-apa. Paman, Bibi. Zhira hanya bermimpi buruk." Andreano masih di tempat yang sama, memperhatikan kedua orang itu dengan tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, Paman dan Bibi keluar dulu yah, kamu bersih-bersih." Paman dan Bibi meninggalkan kamar Azhira.

"Andreano, kau masih disini?" Azhira menghadapkan tubuhnya ke arah Andreano.

"Kau bisa melihatku, kan? Berarti aku masih disini?"

"Kau? Kau bermalam disini?"
Azhira baru sadar.

"Memangnya kenapa? Terserah aku lah.." jawabnya dengan nada acuh.

"Kau? Kau tidak boleh masuk kamar gadis dengan sembarangan apalagi menginap. Itu tidak sopan Andreano!" Azhira mulai kesal.

"Kau lupa? Baiklah, aku akan mengingatkanmu. Aku ini hantu, Zhira. Aku tidak butuh izin untuk memasuki ruangan. Aku bahkan bisa masuk tanpa harus membuka pintu. Kau tau kan?" Andreano mencondongkan tubuhnya sehingga jaraknya dan Azhira menjadi dekat.

"Iya, aku tau itu tapi..."

"Aku tidak butuh izinmu untuk apapun." Andreano hanya mememotong ucapan Azhira.

"Dasar hantu tidak tau sopan santun." Azhira mendongkol dalam hati.

"Oh iya.. aku melihatmu tadi malam.. aku dice..." Azhira membulatkan matanya.

"Azhira Amethari, kau hanya bermimpi buruk. Jangan di pikirkan lagi. Sekarang cepat mandi dan berpakaian. Aku akan pergi. Pastikan kau selesai berpakaian sebelum aku datang. Kalau tidak..." belum selesai Andreano berbicara, Azhira sudah meninggalkannya tanpa mengatakan apapun.

***
Azhira sudah selesai dengan ritual mandinya. Dia tidak mendapati Andreano di kamarnya.

"Syukurlah, dia benar-benar sesuai ucapan." Ucapnya.

Dia telah selesai berpakaian sejak lima belas menit yang lalu. Dia telah selesai merias diri. Andreano belum datang. Azhira menuruni tangga menuju ruang makan.

Jarum jam telah menunjukkan pukul empat belas lewat tiga puluh lima menit. Azhira tengah berada di perpustakaan rumah itu, hampir setengah dari buku itu dia baca namun Andreano belum datang juga.

"Kemana dia? Tumben tidak tidak muncul. Katanya tadi mau balik, kok sekarang belum balik juga? Ih.. ngapain juga mikirin dia? Harusnya aku senang dong dia tidak menggangguku lagi?"
Azhira bingung dengan perasaannya sendiri.

Azhira melanjutkan membaca novelnya sampai tuntas dengan perasaan yang tidak karuan.

Jarum jam sudah menunjuk angka enam belas lewat dua puluh empat. Andreano masih belum datang. Azhira menaruh buku yang di bacanya tadi kembali ke rak.

"Tadi malam... kenapa mimpi buruk itu terasa begitu nyata? Apa Andreano membohongiku? Tapi kenapa tidak ada darah atau apapun yang bisa menjelaskan kejadian semalam. Atau aku memang bermimpi?" Azhira masih bingung.

Azhira meninggalkan perpustakaan dan meminta izin kepada Bibinya untuk keluar.

Kini dia telah sampai di pinggir danau dan duduk di kursi favoritnya. Sebenarnya dia sudah beberapa kali mendengar suara cekikikan dari atas pohon. Atau suara seperti ada yang melompat-lompat dari pohon satu ke pohon lainnya tapi dia tidak memperdulikannya. Sebenarnya, anak indigo memang memancarkan aura yang berbeda sehingga menarik mahluk halus untuk mendekat, Tapi Azhira masih tetap pada pendiriannya. Berpura-pura tidak melihat apapun dan tidak mendengar apapun. Jika mereka tidak mencoba menyentuhnya, dia tidak masalah harus mendengar ocehan mereka.

Andreano belum juga menampakkan batang hidungnya sampai Azhira beranjak ke tempat tidur. Sempat dia berfikir tentang Andreano, kemana hantu menyebalkan itu pergi? Dia terlelap.

Asap putih tipis muncul di sebelah ranjang Azhira.

"Maafkan aku, kau pasti mencariku. Aku tidak kemana-mana Azhira. Aku memantau mu seharian ini meskipun dari jauh. Aku ingin melihat responmu." Andreano mengelus pucuk kepala Azhira.

"Aku akan menjadi orang pertama yang kau lihat saat kau membuka mata, Azhira Amethari. Aku berjanji." Azhira menggeliat pelan.

Andreano memilih berbaring di sofa tempat kemarin malam dia berbaring. Dia memejamkankan matanya. Hantu juga butuh istirahat.

My (Dear) GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang