Adam yang tengah berkutat dengan pekerjaannya tiba-tiba saja di kejutkan dengan kedatangan adiknya, Dean.
"Ada perlu apa kamu kesini?" Suara sinis Adam hanya di balas kekehan sang adik.
Dean tidak menghiraukan pertanyaan Adam dia berjalan kearah sofa dan duduk dengan santai, kemudian bermain ponsel.
Adam menatap adiknya tak suka.
Tapi diapun tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menatap tajam Dean yang tengah mengotak atik ponsel.Ponsel yang tengah di pegang Dean berdering.
Adam melirik adiknya yang tidak juga menjawab panggilan, malah menatap layar ponsel dengan mata melotot.Setelah beberapa kali berdering, akhirnya Dean menjawab panggilan masuk.
Dean terlihat berjalan menjauh dari Adam.Adam sangat penasaran melihat gelagat aneh Dean, tidak biasanya sang adik menjauh saat menerima panggilan.
Tapi rasa penasarannya harus di buang jauh-jauh, karena sangat tidak mungkin jika dia menguping pembicaraan, sedangkan pekerjaannya sangat menumpuk.
Cukup lama Dean berbicara di telepon, sesekali terdengar suara tawanya membuat pikiran Adam bercabang.
Apa Dean memiliki pacar?
Setelah hampir 30 menit, terlihat Dean kembali dan duduk di sofa.
Adam menatap adiknya dengan lekat.
"Kamu punya pacar De?" Tanya Adam, begitu Dean duduk.
"Apa? pacar? Tidak ada." Kening Dean berkerut dalam, seolah sedang memikirkan ucapan Adam. "Telepon barusan ya? Itu dari O ... maksudku dari teman kuliah saja." Dean sedikit gelagapan saat berbicara, seolah sedang menyembunyikan sesuatu dari kakaknya.
Adam mengedikan bahu, kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.
"O iya Mas, besok aku mau pergi ke desa di daerah Jawa Barat, tepatnya Cianjur Selatan sana," Ucap Dean pada Adam.
Adam menengadah dan menatap adiknya.
"Mau apa kesana?"
"Cuma mau explore tempat-tempat wisata alam saja, di sana kan masih sangat asri dan belum di rusak kayak di sini." Lanjutnya dengan sangat antusias.
Adam tampak berpikir sejenak. "Kamu pergi sama siapa?"
"Teman kampus lah, di sana juga ada temanku kok Mas, dulu dia kuliah di kampusku, sekarang dia jadi tenaga pengajar di desa itu!"
Adam hanya ber 'oh' ria mendengar penjelasan adiknya.
"Setahu Mas, di sana tidak ada tempat wisata, selain litle venic*." Adam seolah ingin berkata, kalau Dean sedang berbohong.
"Kalau tempat wisata umum, memang jarang Mas, kalau wisata alam, ada banyak, di sana terkenal banyak air terjunnya lho Mas!" Dean masih terus meyakinkan sang kakak, dan menjelaskan kalau tujuannya pergi kesana memang betul, ingin explore tempat-tempat wisata yang belum terjamah oleh orang banyak.
Keduanya larut dalam keheningan, Adam sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan Dean sibuk dengan ponsel di tangannya.
Sesekali Adam melirik adiknya, yang terlihat selalu mengulum senyum dan menatap layar ponsel dengan mata berbinar.
Apa layar ponsel sebegitu menariknya bagi Dean? Mungkin itu yang ada di dalam pikiran Adam saat ini.
■
Oi pulang ke rumah pamannya setelah sang paman kembali ke kebun.
Sampai di rumah Oi membersihkan dirinya dan berganti pakaian, pikirannya masih di penuhi ucapan bibi, yang menyinggung soal keluarga pak Wira atau keluarga Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moans In Pain(Sudah Terbit)
Fiksi UmumMove On KBM Antara cinta dan benci, perbedaannya hanya setipis kulit ari.