Dua Puluh Sembilan

9.5K 807 334
                                    

Reihan memasuki sebuah ruangan bernuansa hijau mint, di mana sang istri tengah bersantai di atas karpet berbulu bersama adiknya yang sama-sama asik memiringkan ponsel.

Double kill

Launch attack

Triple kill

Itulah kebisingan yang sedari tadi Reihan dengarkan, menyaksikan sang istri yang malah mabar dengan Fachri.

Tadi setelah sarapan, Reihan mengajak Yumna pulang, mengingat jatah librunya sudah habis. Dirinya tidak bisa lama-lama di rumah mertuanya, meski sang istri yang merengek masih ingin tinggal dengan mamanya.

Dan sebelum kembali ke Surakarta, Reihan dan Yumna mampir terlebih dahulu di kediaman pribadi Ayah dan Bunda. Meski nggak menginap, paling tidak rindu mereka sama-sama terobati.

"Kalian itu berisik banget sih, tuh Bunda udah pulang. Bubar nggak!" Ucap Reihan membuat kedua maniak mobile legend itu saling lempar ponsel sembarangan.

Enemy savege

Membiarkan musuh membunuh 5 hero dalam sekali tembak.

Yumna megang gagang sapu dan pura-pura menyapu, sedangkan remaja tanggung alias Fachri Wira Atmadja pura-pura melakukan push up. Dia takut dijewer sang Bunda, sebab Bunda tadi sebelum pergi telah mewanti Fachri buat melakukan fisik.

Sama halnya Yumna. Menantu pertama keluarga Atmadja itu terlalu takut dicap nggak becus oleh sang mertua, mengingat sebelum Bunda Rania pergi ke pasar Yumna sempat bermain peran jadi menantu idaman dengan menyapu dan membersihkan semua ruangan.

"Ck, tukang drama, nggak ikut casting sekalian sana." Cibir Reihan sambil membaca textbook nya.

Dia heran dengan kelakuan adik dan istrinya yang hampir serupa. Apakah ini yang dinamakan jodoh? Menikah kan tidak hanya menyatukan dua sejoli, melainkan juga dua keluarga.

"Bunda mana sih, mas?" Fachri berhenti push up, menatap sekeliling yang sunyi sepi tanpa wajah teduh Bunda Rania.

"Masih di supermarket sama Dimas."

"Mas nipu kita?" Yumna membanting sapunya ke lantai marmer.

Buset, di rumah mertua lho, Yum. Ntar kalau patah gimana itu ganggang sapunya atau lebih parah lecet lantainya.

"Alah, biangsat emang suami mu mbak." Fachri menghempaskan tubuhnya ke lantai, namun ia akhirnya memilih beranjak mengambil topi dan jaket parasut.

"Mau kemana, dek?"

"Mau lari-lari mbak, takut dimarahin Bunda." Fachri ngibrit ke luar rumah.

Adik ipar Yumna Khumaira itu memang sedang mempersiapkan diri untuk ikut tes seleksi Akpol, setelah ia lulus dari sekolah menengah, tentunya.

"Ikut dong," Yumna hendak menyusul, tapi lengannya dicekal oleh sang suami.

"Nggak usah, Fachri latian bareng prajuritnya Ayah. Kamu di sini sama aku. Apa kamu nggak mau tau isi pembicaraan ku dengan Faraya kemarin?"

Yumna melirik suaminya sekilas,  awalnya dia ingin menolak, tapi akhirnya mau mengambil duduk di samping sang suami.

Meski hati kecilnya sudah muak jika diajak membahas perihal benih pelakor itu, tapi dia juga penasaran, kemana kira-kira Reihan pergi membawa Faraya, diajak ke resto kah? apa emperan toko, apa malah ke bonbin. Lah ngapain, Yum?

Dan iya, tolong ingatkan Yumna untuk membuang helm nya, sekalian menyuruh Reihan menukar motor dengan yang baru. Yumna tidak sudi lagi memakai barang bekas bibit pelakor macam Faraya Kumalasari yang halunya sebelas dua belas sama kembaran namanya, Boneka Choky eh Barby. Yumna, jijik mas jijik.

Hello Doctor (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang