BAB 40 - Secretly in love

211 5 0
                                    

So I cut you off
I don't need your love
'Cause I already cried enough
I've been done
I've been movin' on since we said goodbye

-IDGAF ; Dua Lipa

***

Adrian mulai menjalani hari-hari sibuknya di himpunan. Beberapa hari lalu seluruh kabinet inti berkumpul di rumah Rio untuk melaksanakan rapat perdana.

Walaupun sempat terjadi perdebatan ketika Viola tahu bahwa selama satu periode ke depan dia harus menjadi partner Lionil. Awalnya, Viola tak berniat menjadi kabinet inti seperti sekarang, dia hanya ingin punya kegiatan positif tapi tidak di pasangkan dengan Lionil juga dong! Emang dasar Adrian yang laknat atau ini paksaan Lionil supaya bisa modus terus sama Viola?

Gak tau deh, pusing.

Bukan cuma Viola yang bingung.
Shilla malah lebih bingung. Dia tuh heran, kok bisa sih di pilih jadi Wakil Kepala Departemen Marketing? Padahal dia gak paham-paham banget masalah begituan. Tapi, berkat support Adrian dan Kak Raya---kakak sepupunya yang sudah demisioner, akhirnya Shilla berusaha yakin dan percaya diri kalau dia bisa menjaga amanah tersebut. Namun, kejutan tidak sampai di situ saja. Shilla harus terlibat hingga satu periode ke depan bersama Juna---pacar Gladys yang punya wajah galak serupa harimau belum di kasih makan.

"Tar, surat perizinan untuk rapat kerja minggu depan udah selesai kan?"

Viola, Shilla, Tarissa dan Gladys kebetulan masih berjalan bersama memasuki gerbang fakultas tiba-tiba di kagetkan oleh sosok Adrian yang berdiri di hadapan mereka tanpa salam sapa terlebih dulu.

"Buset, salam dulu kali. Ngegas aja." Viola mencibir, meskipun suaranya pelan namun telinga Adrian masih mampu mendengar suaranya.

Cowok itu diam, malas meladeni dan lebih mengalihkan fokusnya pada Tarissa.

Tarissa meringis, agak menundukan kepala karena takut menatap Adrian. "Dikit lagi selesai, kayaknya."

"Kayaknya?" Mata cowok itu memicing. "Udah lo kerjain kan? Gue mau secepatnya ya." Jeda sejenak. "Kalau bisa besok."

"Aduh," Tarissa menampilkan senyum canggung. "Sebenernya, belum gue kerjain."

Terdengar helaan napas gusar dari Adrian. "Lo tuh---"

"Eh, Mas!" Potong Viola. "Tolong jangan bentak-bentak gitu dong. Telinga gue panas denger suara lo!"

Takut terjadi perdebatan antara Viola dan Adrian, Tarissa langsung menginterupsi keduanya. "Adrian, itu bukan tugas gue. Gue kan sekretaris dua. Lagian, gue sama Gladys udah bagi tugas. Gue buat ppt buat bahan presentasi. Jadi, masalah surat perizinan raker tanya sama Gladys, bukan ke gue."

Raut wajah sok galak Adrian berubah jadi salah tingkah.

"Lo ngurus surat bareng siapa, Dys?"

Tatapan dan nada bicara Adrian jadi melunak, membuat tiga orang di sana langsung melempar tatapan usil pada cowok itu.

"Di bantu anak Humas, sama Juna juga."

"Juna? Itu kan bukan tugas dia!"
Nada bicaranya sarkas, terkesan cemburu.

"Tapi, Juna yang maksa. Katanya dia gak mau liat gue kecapean dan begadang mulu."

Adrian berdecih, kemudian mengalihkan pandangan pada Viola. "Lo kan anak humas, lo bantuin Gladys gak?"

Viola sudah membuka mulutnya, hendak menjawab tapi Gladys langsung menyela.

"Nggak. Tapi gapapa, soalnya Lionil dan anak-anak lain pada bantuin gue."

To Love From The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang