Sumbangan

779 80 16
                                    

"Alhamdulillah, hari ini kita mendapat sumbangan jeli inako sama sirup marjan melon dari keluarga Takamine." kata Keito, yang alih profesi jadi marbot mesjif setempat.

"kemarin itu mamaku nyetok buat seabad kedepan.biar aku ga stres pesantren kilatnya, dikasih sumbangan." Midori sedikit menjelaskan. "gpp lah, sedekah. ketimbang buta harta" lanjutnya.

"Nah, Fushimi. Ayo kita amankan bahan-bahan takjil ini ke tempat yang aman. Kamu tau bukan, kalo banyak otak kriminal disini?" ujar Keito sembari mengangkat beberapa kotak karton. Yuzuru mengangguk, tanda mengerti. Lantas mengangkat sisa kotak karton tadi.

Keito, mengerti sekali keadaan sekitar. Ada segelintir idol yang ingi MenCurrY sumbangan tadi.

Ia adalah Oogami Koga, yang tadi kelupaan sahur. Doi tentu tidak sendiri, dia ngajak sahabat sohib sehidup semati meski tidak mati (undead). Siapa lagi kalo bukan Otogari Adonis.

"Kamu masa ga tau konsekuensinya sih? Aku ga mau tanggung jawab kalo kamu tertangkap basah." ujar Adonis yang ngekor mengendap-endap di belakang Koga. "Ya mau gimana lagi auk ah! Nyolong di dapur tentu susah, ada si bocah Akatsuki yang bawa katana itulo!" seru Koga. "Oh, Kanzaki. Bagus dong, kalo ada dia." Koga menepuk jidat kesal.

Tiba-tiba saja, hape Adonis berdering. Pake ringtone Saql Faith, solonya si doi juga. //hm

"matiin woi! ntar kita ketahuan!"

"ha? kita? kamu aja kali. ya, waalaikumsalam, halo? uhm, uhm. oke, aku bakalan kesana." setelah percakapan singkat melalui hape tadi, Adonis bangkit dari posisi jongkok. "Bentar, ada panggilan tugas. Sampai nanti." si Adonis langsung cabut, capcus ke panggilan 'tugas'.

"WOE! ETDAH! Edan kabeh!".

"GAMI-SAN! GAMI-SAN! NGAPAIN DISITU? AKU IKUTAN YA!" jumpscare bagi seorang Koga. "BAKA AKEHOSHI! MASIH ADA 48 ORANG LAIN BUAT DIGANGGU KENAPA HARUS GUA!?" ofc, Koga ngegas dong. "LAH LAH, GAMI-SAN SENDIRI NGAPAIN JONGKOK DISITU! Ah, bener juga. Biasanya Leon sama Daikichi boker disitu, makanya Gami-san pengen nyoba. BENER KAN!?" celoteh Subaru. "EH, GA BENER ITU! LU MAU GUA PUKUL!?" Koga telah mengambil ancang-ancang menghantam rekannya yang satu ini.

"Ekhem, kalian ngapain disini?" Keito berdeham, Koga terdiam.

"Aku tahu, Akehoshi kemari karena dipanggil Isara. Terus, kalau kau. Apa yang kau lakukan disana?" Keito mulai mengintrogasi Koga. "g, gpp." jawabnya singkat.

"Sesuai peraturan yang berlaku, barangsiapa yang mengambil bagian takjil sebelum waktunya. Maka, tidak mendapat jatah takjil. Apalagi, kau tadi marah-marah. Fix, tidak dapat takjil dua hari. Sekian." Keito membenarkan kacamatanya, lalu memutar badannya.

"anjir, giliran gue yang nyuri apes.".

--♪--

Adzan maghrib sudah berkumandang. Segenap anak-anak pesantren kilat Ensemble Square yang puasa dan ngaku 'puasa' menyantap takjil yang telah disediakan. Kecuali Koga, tentu saja.

"Duh, sial banget sih gue." ujarnya sembari menghela nafas berat. "Shht, Gami-san! Mau berbagi dawet bareng aku ngga!" Subaru menyodorkan semangkuk es dawet pada Koga. "Yang bener aja lu! Ntar kalo kurang, gua lagi yang kena marah." Subaru menggeleng, menepis perkataan Koga tadi. "Ntar, kalo kurang nyuruh Daikichi buat ambil lagi, hehe." jitakan yang cukup keras, mendarat di jidat Baka Akehoshi.

gimana? oshi mu keliatan insap ngga?
//WOIYA ENGGA DONG

Gimana kalo kita jajan gorengan!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang