17. It sad but it's true

166 15 4
                                    

Ada yang retak, tapi bukan kaca. Ada yang sakit hati, tapi bukan aku.

:)
















Beberapa bulan kemudian~


Malam ini, Aleta dan kawannya sedang berkumpul di sebuah Kafe. Di Kafe ini, sudah ada Minjoo, Choco, Donghyeon, Kamal, Akashi dan Clare. Ini semua adalah ide Donghyeon, karena ia ingin menyemangati para trainee wanita agar selalu semangat dalam menghadapi perlombaan kali ini.

"Ingat kalian harus selalu semangat. Karena kalian adalah harapan kita," ujar Donghyeon.

Choco mengangguk, "Ne, tentu saja aku akan selalu bersemangat Oppa."

"Kalau begitu, kalian boleh minum sepuasnya malam ini. Biar aku yang traktir!" teriak Choco.

"Benarkah??? Baiklah aku akan minta tambah 2 botol lagi," ucap Minjoo.

"Aleta, ayo minum ini! Sedari-tadi aku hanya melihatmu diam saja. Bukankah harusnya kau senang karena mendapatkan peringkat A sama sepertiku?" tanya Clare pada Aleta yang sekarang duduk berseberangan.

"Aku tidak minum," ucap Aleta.

Aleta masih ingat dan sadar kalau dia berada di bawah umur. Apalagi orang tuanya di Indonesia sangat melarang keras anaknya untuk meminum minuman seperti ini.

"Apa maksudnya? Ayolah minum satu gelas saja. Cobalah untuk menghargai Choco!" Clare memaksa menyodorkan satu gelas minuman pada Aleta.

"Mianhae... Aku memang tidak bisa minum itu." Aleta menolak gelas pemberian Clare.

"Kau ini benar-benar ya, apa susahnya sih minum ini saja?! Tidak usah berlagak tidak bisa minum!!! Kau ingin cari muka ya, di depan yang lainnya?" Mendengar Clare mengatakan hal itu, membuat yang lainnya menoleh dan memperhatikan mereka berdua.

"Tidak, bukan seperti itu maksudku," balas Aleta, tetapi Clare tidak memberikannya jeda untuk berbicara.

"Lalu apa?! Astaga, sejak awal aku masuk. Aku sangat tidak suka denganmu yang suka sekali cari perhatian ke Kamal. Memangnya kau siapanya dia sih?! Kau juga sok akrab dengan adikku Akashi. Memang dasar kau suka sekali cari perhatian." Lanjut Clare lagi.

Entah antara Clare yang terlalu banyak minum atau memang dia yang sangat sensitif dan pemarah dia jadi emosian seperti ini. Tentu saja, mendengar hal itu Aleta jadi kesal.

"Hei, kenapa kau malah menghubungkan masalah ini dengan mereka?" Aleta menaikkan nada bicaranya.

"Memang kau ini hanyalah seorang gadis keras kepala yang hanya bisa mencari perhatian di depan orang banyak, dasar murahan!" Clare melempar minuman yang ia pegang ke arah Aleta.

Kamal bangkit dari duduknya, namun terhenti karena Aleta mengatakan suatu hal sambil berteriak.

Aleta benar-benar marah dan dia lupa, lupa bagaimana cara berbahasa Korea yang baik dan benar. "Anjir, maksud lo apa-apaan nih?"

Sedangkan teman-teman yang lainnya malah heran dan bingung melihat Aleta yang menggunakan bahasa asing.

"Gue tahu lo gak suka sama gue, tapi biasa aja dong! Kalau gak suka, sini ayo berantem!" Aleta memukul meja yang ada di depannya.

Clare hanya bisa diam karena ia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Aleta. Aleta berdiri dari kursinya, lalu menarik kerah baju Clare. Clare kemudian ikut berdiri.

Oh iya maaf aku lupa bercerita kalau Aleta dulunya anak silat di sekolah. Ibunya orang batak dan ayahnya blasteran.

Aleta kembali menggunakan bahasa koreanya, "Lihat? ini baru namanya mencari perhatian." Kemudian Aleta menghempaskan tubuh Clare kebawah. Aleta lalu pergi meninggalkan bilik itu.

Aleta ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang