- | Prologue | -

35 6 0
                                    

SELAMAT DATANG!
CUKUP BERSANTAI DAN IKUTI ALURNYA.
BUAT YANG NEMU TYPO, SILAHKAN KALIAN COMMENT.

SO, HAPPY READING💜!

.

.

.

🌵🌵🌵

     Pukul 09:30 PM. Di saat sebagian orang sudah terlelap oleh buaian bunga tidur diatas benda empuk nan nyaman, dua wanita dan pria dewasa itu malah sebaliknya.

     Teriakan-teriakan bernada tinggi yang menggema ke seluruh sudut ruangan dan tangisan seorang perempuan mendominasi ruang keluarga yang seharusnya dihiasi suasana hangat dan bahagia berkumpul bersama keluarga kecilnya. Namun, kini ruangan itu disulap menjadi kapal pecah dengan pecahan-pecahan gucci cantik yang semula terpanjang indah di sudut ruangan. Pecahan kecil dari gelas kaca yang semula bertengger di atas meja pun ikut menjadi korban pelampiasan kedua orang dewasa itu.

     Keadaan perempuan itu terlihat mengenaskan. Dengan rambut hitam indah yang tertata rapi, kini berubah menjadi kusut dan acak-acakan. Pipi yang memerah dan basah oleh deraian air mata. Noda hitam di bawah matanya akibat eyeliner dan maskara yang luntur oleh air mata juga semakin memperparah kondisinya saat ini yang sesenggukan dan terduduk di lantai pualam dingin.

     Sedangkan pria dewasa itu, dengan mata memerah menatap tajam sosok yang terduduk tak jauh di depannya. Dadanya naik turun dengan nafas yang tersenggal. Setelan kerjanya yang rapi, kini hanya memakai kemeja dengan lengan yang digulung dan jas kerja yang ditanggalkan asal di sandaran sofa. Dasinya yang masih melingkar di lehernya, sudah tidak berbentuk lagi karena dia tarik begitu saja.

     “DASAR WANITA JALANG!” Bentak pria itu dengan hidung kembang kempis.

     Wanita dewasa itu memejamkan matanya dan menikmati denyutan-denyutan nyeri di hatinya.

     “Aku bisa jelasin semuanya,” lirihnya bersama buliran hangat yang mengalir di pipinya.

     “SEMUANYA SUDAH JELAS! MULAI SEKARANG, KITA CERAI!” Finalnya, seketika wanita mendongak ke arahnya.

     “Oke, kita cerai,” lalu wanita itu bangkit dan berlari ke lantai dua, mengemasi pakaiannya dengan cepat ke dalam tas besar. Dia menyeretnya keluar kamar, lalu dia berjalan ke arah kamar putrinya.

     Seketika hatinya melengos begitu saja saat menatap dua putri kecilnya yang sudah terlelap dengan wajah damai. Terbersit rasa tidak tega melihat dua putri kecilnya. Dengan berat hati, dia menggendong bayi merah yang masih berumur 8 bulan. Bayi itu bergerak gelisah sebentar karena tidurnya terganggu, lalu mata hazel nya kembali tertutup. Dengan tangan gemetar, dia mengusap rambut pendek putri mungil yang satunya lagi, yang besok akan genap berusia 2 tahun. Seharusnya besok adalah hari bahagia untuknya, merayakan ulang tahun putri sulungnya yang akan menginjak usia 2 tahun. Kepalanya bergerak, lalu diciumnya pipi dan kening wajah putri kecilnya itu berkali-kali hingga dia bergerak gusar dan sedikit membuka matanya.

     “Mama...” Lirihnya lalu kembali terlelap.

     Batin wanita itu terasa teriris, air mata sudah siap membobol dan dia tidak kuasa lagi menahannya, lalu dengan sekuat tenaga dia berlari keluar. Menuruni tangga dan menatap pria dewasa yang tengah memijat pelipisnya.

     “Aku bakal pergi bawa Nayara. Kamu, jagain putri kita baik-baik. Suatu saat kamu bakal tau kebenarannya. Kalau aku, gak pernah lakuin hal sejijik itu.” Ucap wanita itu lalu segera berlari keluar rumah megahnya. Rumah yang dulu berisi kehangatan dan kebahagiaan, kini harus berakhir dengan luka dan air mata. Akibat semua ini, banyak pihak yang tersakiti. Entah wanita itu yang merasakan sakit karena tidak dipercayai, entah pria itu yang sakit hati dan merasa dikhianati, atau mungkin putri-putri mereka yang harus terpisahkan begitu saja karena perpisahan kedua orang tuanya, bahkan sebelum mereka mengerti apa-apa.

🌵🌵🌵

.

.

.

Terima kasih sudah mau membaca😊.
Vote and comment, ya!

To be continued!

Salam hangat,

Hani D.


___DESPEDIDA__

Despedida (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang