| Despedida - 02 |

31 4 0
                                    

SELAMAT DATANG!
SANTAI DAN NIKMATI ALURNYA, OKE? OKEEE!
KALO KALIAN NEMU TYPO, COMMENT AJA LANGSUNG!

SO, HAPPY READING!

.

.

.

🌵🌵🌵

     Jika saja dirinya bisa mengulang waktu, mungkin Nayara ingin kembali pada 3 jam yang lalu. Mungkin dirinya akan membiarkan sahabatnya—Flowerina dan Luchie, menunggunya menyalin rangkuman yang harus dikumpulkan hari ini. Semua ini adalah gara-gara perutnya yang bermasalah sehingga dia harus mendekam di ruangan UKS selama pelajaran terakhir berlangsung dan tidak mengerjakan tugas dari Pak Herman.

     Lihatlah, sekarang dia malah harus mengumpulkan bukunya ke ruang guru sendirian. Karena dia anak baik-baik, Pak Herman percaya Nayara tidak akan berbuat macam-macam, jadi Beliau membiarkan Nayara mengumpulkan tugasnya sendiri ke ruang guru. Sendiri. Tanpa ada seorangpun di sana. Sesuai waktu yang sudah menunjukkan pukul 05:00, suasana sekolah mulai terasa mencekam, apalagi dia tidak melihat segelintir orangpun selama dia berjalan keluar dari ruang guru.

     Sepanjang koridor, Nayara semakin mempercepat langkahnya. Berusaha sesegera mungkin menuju gerbang. Namun, belum sampai dirinya melihat gerbang kokoh itu, seseorang telah lebih dulu membekap mulutnya dan menariknya ke area toilet wanita yang yang sudah tidak terpakai di area belakang gedung sekolah.

     Brak!

     “Aw!” Nayara meringis ketika dirinya tersungkur di lantai kotor itu cukup keras.

     “Hahaha... mampus lo!” Ucap seseorang, dia Naura, yang disusul dengan tawa Viona, Stephie, dan Amanda.

     Nayara menatap Naura, cewek berbadan body goals yang dilihatnya kemarin saat di club.  Nayara bangkit dan berdiri berhadapan dengan Naura. “Maaf, Kak. Kenapa Kakak bawa aku ke sini? Ada apa ya, Kak?”

     Cih!

     Naura berdecih, tersenyum sinis dengan tatapan tajam. “Gak usah sok polos! Lo malah bikin kita makin muak tau gak?!” Sentak Naura dengan nada meninggi. Lalu, tanpa aba-aba tangannya langsung menyambar rambut tergerai Nayara dalam satu genggamannya, lantas menariknya keras hingga Nayara meringis.

     Naura menyeringai. “Orang kayak lo, gak pantes buat sekolah di sini!” Tukasnya dan langsung menghentakkan Nayara ke lantai dengan kencang.

     Namun, Nayara kembali berdiri dan berucap dengan ketus. “Aku sama sekali gak punya waktu buat ladenin kalian. Aku sibuk, biarin aku pergi.”

     “Sok banget lo!” Sentak Stephie sembari mendorong bahu Nayara hingga terjajar dua langkah mundur.

     “Najis!” Timpal cewek di samping Stephie—Amanda.

     Naura tersenyum miring. Lantas kembali mendorong bahu Nayara. Namun, kali ini lebih keras daripada sebelumnya hingga Nayara hanya mampu memejamkan matanya saat sensasi ngilu menjalar di pinggulnya.

     “Muka lo yang sok polos itu, dan tingkah lo yang sok alim, bikin kita mual!” Kini giliran Viona yang menyentaknya.

     “Eh, btw lo haus, gak?” Naura tersenyum manis.

Despedida (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang