12. Tell Me

3.2K 378 7
                                    

___________________________

Johnny berjalan ke arah ruangan dimana haechan harus isturahat.

Setelah kejadian tersebut, donghyuck belum juga sadar sedangkan johnny memilih untuk membawa haechan ke dokternya sendiri sebab takut traumanya semakin besar.

Keduanya berada di rumah sakit yang sama hanya melangkahi beberapa kamar saja.

Johnny memasuki ruangan anaknya dan langsung mendapati pemandangan haechan yang sedang memukuli pelan keningnya. Sontak johnny khawatir dan langsung menghampiri anaknya itu untuk memberhentikan perbuatannya.

"Haechan! Ngapain?!" Tanya johnny setelah berhasil mendapatkan tangan haechan.

"Nggak pa, cuma pusing doang khawatir banget sih" Ujar haechan. Johnny tetap bersikap tenang menahan amarahnya.

"..yaa tetap saja papa khawatir! Jangan macam-macam ya" Ucap johnny setelahnya. Untung saja haechan cepat mengangguk.

"Tumben kamu nurut?" Ucap johnny lagi. Haechan memutar bola matanya malas, serba salah emang.

"Yaudah nih haechan pukul pukul lagi!" Haechan menaikkan tangan nya siap memukul kepala tapi dengan cepat johnny tahan.

"HAECHAN! Papa ikat tangannya mau?!" Haechan terkekeh mendengar papanya sekhawatir itu padany.

"Pa, haechan mau nanya" Johnny melebarkan matanya siap mendengar pertanyaan anaknya itu.

"Hmm? Tanya aja" Haechan tampak ragu namun akhirnya ia bertanya juga.

"Haechan kan bukan anak kandung papa. Terus kenapa papa bisa sesayang itu sama haechan? Padahal haechan ga ada hak sama sekali di hidup pa...-

"...-siapa bilang gak ada hak?" Haechan menaikkan alisnya mulai bingung "justru kalo ga ada haechan, hidup papa mungkin udah hancur banget. Suram, pahit kayak obat. Dulu papa pernah bilang kalo kebahagiaan papa cuma kamu haechan" Haechan terdiam.

"Terus papa masih mau anggap haechan anak setelah tau kelakuan haechan disekolah kayak apa?" Kali ini johnny yang bingung.

"Kamu lakuin apa?" Tanya johnny.

"Janji ya papa ga marah?" Johnny tersenyum.

"Cerita dulu, baru pastiin papa marah atau nggak"

"Tapi kayaknya bakal marah deh" Tebak haechan.

"Yaudah cerita aja, udah lama kan ga liat papa marah" Ucap johnny akhirnya.

"Eumm..." Haechan menundukkan kepalanya, jemarinya bermain menandakan ia sedang takut dan gugup.

"Hey kenapa sayang? Cerita aja? Hal buruk atau bukan, papa bakal bantu buat nyelesaiin masalahnya" Tangan johnny terulur mengelus surai haechan membuat haechan sedikit lebih tenang.

"Pa...haechan...haechan suka bully beberapa siswa di sekolah" Haechan lagi-lagi menunduk dan menutup matanya siap mendengar apapun yang keluar dari mulut papanya.

"Kok haechan lakuin itu sih? Papa ngajar kamu gitu? Atas dasar apa? Menyombongkan diri? Haechan. Papa tau kamu orang berada di tangan papa, kamu bisa dapat segalanya, tapi bayarannya harus kayak gini?"

Ya. Haechan menyesal. Sangat menyesal. Tapi saat melihat beberapa pembullyan di panti kemarin, haechan sadar bahwa kelemahan manusia itu ada sebabnya.

Haechan menunduk menahan air matanya, air mata penyesalan. Ia tidak ingin menangis di depan papanya, seakan mencari muka agar tidak di marahi. Ia siap di marahi atas kesalahannya sendiri.

"Papa besarin kamu dengan baik kan? Papa kasih semua yang kamu mau. Sejak kapan kamu lakuin itu ke teman-teman kamu?"

"Ma..maaf pa. Haechan sadar kalo itu memang gak pantas di lakuin. Haechan ga berhak kan jadi anak papa? Lagi pula sifat papa dan haechan beda jauh" Johnny terdiam sejenak.

Coming Home ㅡLee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang