2

120 24 8
                                    

Bagi Davin hari ini adalah hari yang menyebalkan, karena dia harus bertemu dengan orang-orang baru yang sama sekali belum dikenalnya. Ya, hari ini adalah hari pertama dia masuk SMA.

Pria bertubuh kurus itu keluar menuju meja makan untuk sarapan setelah dia memakai seragam putih abu-abu yang masih baru itu. Ibunya sudah berada di meja menunggu anak satu-satunya itu.

"Wah, anak Ibu keren ternyata, udah jadi anak SMA," Puji Ibu dengan ramah.

Davin hanya berdehem pelan sambil mengambil nasi dan lauk ke piring tanpa menatap Ibunya yang ada tepat di depannya itu.

"Kamu nanti mau ambil jurusan apa Vin?"

Dengan tetap fokus ke makanan yang ada didepannya Davin menjawab "Bahasa, bu!" Memang sejak SD dia suka pelajaran bahasa, dia selalu mendapat nilai paling bagus di pelajaran bahasa.

"Loh? Kenapa ngga jurusan IPA aja? Nanti kamu bakal gampang masuk kuliah,"

"Engga bu," Jawabnya singkat.

"Yaudah terserah kamu, yang penting inget pesen Ibu. Mau jadi apapun kamu, kamu harus jadi yang terbaik," Ibunya memberikan semangat.
Davin terus memasukan nasi yang ada di depannya tanpa menjawab apapun perkataan Ibunya.

Davin langsung pergi ke papan pengumuman setelah dia keluar dari angkot yang mengantarnya ke sekolah. Suasana sekolah masih sepi, hanya satu dua orang yang berlalu lalang. Dia mengamati papan pengumuman itu, mencari namanya untuk mengetahui dimana kelasnya. Tidak lama kemudian dia menemukan namanya, disana tertulis kalau dia masuk di kelas C. Dia berjalan menyusuri lorong untuk mencari kelasnya, sekolah ini cukup besar jadi Davin sedikit susah mencari kelas itu. Sebenarnya dia bisa saja tanya ke murid lain di sekolah itu, tapi pria dengan muka datar itu tidak melakukannya. Setelah cukup lama jalan mengelilingi sekolah akhirnya dia menemukan kelasnya itu. Dia melangkahkan kakinya melewati pintu kelas, semua kursi masih tergeletak di atas meja. Dia menurunkan kursi di atas meja paling depan lalu dia langsung mengeluarkan hpnya dan terduduk di sana cukup lama sampai akhirnya satu per satu bangku di kelas itu terisi penuh. Kebanyakan dari mereka sudah saling kenal, ada beberapa yang memang satu sekolah waktu SMP. Davin hanya diam terduduk sendiri di kursinya.

"Selamat pagi teman-teman," semua perhatian langsung tertuju ke pintu kelas dan semua murid langsung kembali ke tempat duduknya masing-masing. Seorang anggota OSIS memperkenalkan dirinya dan menjelaskan rangkaian acara MPLS yang akan dilakukan selama seminggu itu.

***

Dia berdiri panik mencari namanya di papan pengumuman, membaca nama dari atas sampai bawah dia belum menemukan namanya disana, karena terburu-buru dia tidak bisa fokus. Dia mengutuk dalam hati. Dia membaca ulang daftar nama-nama itu dan akhirnya setelah menemukannya dia berlari lagi untuk mencari kelas. Dia bertanya pada murid yang sedang berada di depan kelas dengan napas yang tersengal, setelah dia mendapat pengarahan dari kakak kelasnya dia langsung berlari melewati lorong dan naik tangga untuk sampai ke kelasnya. Dia berhenti setelah menemukan kelasnya. Wajahnya berkeringat, badannya terasa panas, memegang kedua lututnya di depan pintu kelas yang tertutup sambil berusaha mengatur napasnya.
Ketika dia membuka pintu untuk masuk ke kelas dia menjerit kaget sampai jatuh terjengkang karena melihat kakak osis yang tepat berada di depan mukanya sewaktu dia akan keluar kelas, kakak osis ikut menjerit karena kaget dan diikuti gelak tawa seluruh murid yang ada di kelas.

"Kamu telat ya? Telat kenapa? Jam berapa ini?"

"Ditolong dulu kek, ga lihat kesusahan gini keluar dari tempat sampah!"

Dia tersandung kakinya sendiri dan menabrak tempat sampah. Dia tidak bisa mengendalikan keseimbangannya sampai dia terjengkang masuk.

Kakak Osis itu akhirnya menolongnya sambil tertawa lepas.

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang