4

76 16 9
                                    

Pagi yang cerah, surya menyapa dengan cahayanya yang lembut, menyelimuti bumi memberi kehangatan setelah melewati dinginnya malam yang gulita.
Semua orang tersenyum ceria menyambut pagi.

Terdengar bisikan-bisikan kecil dari orang yang duduk di depan dan samping lelaki bertubuh tinggi itu, mereka terlihat sangat asyik, entah apa yang sedang mereka bicarakan, Davin sama sekali tidak mempedulikannya. Dia terlalu sibuk berususan dengan kalimat-kalimat yang dipegangnya.

Semua orang terlihat secerah mentari pagi, lain dengan Davin. Mukanya yang selalu kusut tak pernah senyum itu seperti asap knalpot angkot yang sedang ditungganginya. Raut wajah Davin adalah pencemaran lingkungan.

"Dita! Cepet! Jam berapa ini?!" Teriak Ibu dari dalam mobil, mukanya yang merah terlihat seperti kepiting yang baru direbus.

"Iya sebentar!" Jawab Dita panik sambil mengikat tali sepatu.

Dita lari keluar rumah langsung membuka pintu mobil "Cepetan, Bu! Dita telat!"

"Kamu yang lelet. Kebiasaan, dibangunin susahnya kaya bangunin mumi firaun," Omel Ibu yang tidak diperhatikan sama sekali oleh Dita.

"Mobil. Go! " Teriak Dita didalam mobil sambil menggenggamkan tangan seperti Superman.

Pak Supir menginjak pelan rem angkotnya, berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Satu-persatu anak di dalam angkot itu turun dan jalan beriringan memasuki sekolah.

Davin melirik jam tangannya, masih setengah jam lagi bel masuk berbunyi, laki-laki bertubuh tinggi itu langsung menaiki tangga untuk menuju kelasnya. Di dalam kelas terlihat sudah ada beberapa murid yang sedang asyik mengobrol.

Dia terduduk di kursinya, membuka buku yang dia baca semalam. Buku itu berisi tentang Peradaban Mesopotamia, karena rasa penasarannya yang sangat besar dia memutuskan untuk membawa bukunya ke sekolah.

Pada saat dia sedang asyik membaca, laki-laki dengan hidung mancung itu mencium bau busuk. Dia mencari dari mana asal bau itu. Melihat tingkah aneh Davin, segerombolan siswa tertawa di pojok belakang kelas, Davin langsung menyadari apa yang sedang terjadi, dia sedang dijahili. Benar saja, saat dia memeriksa di laci mejanya, disana dipenuhi sampah.

"Dasar sampah!" batin Davin. Laki-laki berponi itu menghela napas panjang lalu mengeluarkan semua sampah itu dan menyapunya keluar kelas.

Davin sejak dulu memang seperti itu, tidak mau berurusan dengan orang lain. Walaupun dia benar, dia lebih memilih diam.

Tiiin tiiiiiin

Dita terdiam melihat Ibunya yang dari tadi menekan klakson dengan frustasi. Sudah cukup siang, jalanan macet. Seperti biasanya, hari ini Dita pasti akan terlambat masuk ke kelas.

Dita tidak terlalu peduli dengan keterlambatannya, apalagi selama ini dia tidak pernah kena hukuman saat terlambat masuk kelas. Lain dengan Ibunya, dia terlihat sangat kesal karena dia mungkin akan terlambat masuk ke kantor.

"Jangan marah-marah terus, Bu. Nanti cepet tua loh,"

"Ibu emang udah tua, Dita!"

"Eh iya juga ya. Tapi mau gimana lagi, orang jalanan macet gini, mau ganti klakson yang bisa kedengeran dari mars juga ngga bakal bisa jalan ini mobil. Santai aja si. Kaya Dita nih, menikmati perjalanan yang menyenangkan dikelilingi pemandangan yang sangat indah," Jawab gadis berkacamata itu sambil mengangkat tangannya seperti penari balet.

"Ibu harus kerja, Sayang!" Jawab Ibu dengan mata melotot dan lubang hidung yang kembang-kempis.

"Jangan melotot gitu Bu, nanti copot matanya gimana? Nanti Ibu gabisa liat jalan terus nyetirnya nyasar, Dita ngga sampe ke sekolah,"

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang