7

56 11 7
                                    

Dita berusaha menyembunyikan tangisnya, dia tidak mau ada orang lain mengetahui kesedihannya. Dita ingin teman-temannya hanya tau tawanya, tanpa pernah sekalipun mendengar tangisnya. Tapi tidak ada manusia yang benar-benar selalu ceria, selalu ada sesuatu yang gelap dibalik senyum mereka

Sementara itu, disebelah Dita. Davin terdiam menatap bukunya, orang lain yang melihat mungkin akan mengira dia sedang fokus membaca isi buku. Tapi tidak, Davin sekarang sedang kebingungan. Apa yang harus dia lakukan? Dia baru saja membuat satu-satunya orang selain ibunya yang bersikap baik padanya menangis. Davin sama sekali tidak tahu harus berbuat apa.

Mereka berdua terdiam, Dita masih berusaha untuk menghentikan tangisnya. Sekarang adalah jam pelajaran terakhir, guru tidak bisa masuk ke kelas, dia hanya meninggalkan tugas untuk muridnya. Semua orang fokus mengerjakan tugas masing-masing.

Bel pulang berbunyi, semua murid di SMA Angkasa berhamburan keluar sekolah, tak terkecuali Davin dan Dita yang sejak tadi hanya terdiam tanpa suara. Dita yang biasanya usil kini dia berusaha untuk tidak mengganggunya, gadis berambut pendek itu berkata pada dirinya sendiri untuk sedikit menjaga jarak dengan Davin.

Davin yang sejak dulu memang tidak mempunyai teman tidak terpengaruh, bahkan dia kembali ke kehidupan awalnya, tanpa gangguan dari orang yang duduk di sebelahnya itu. Lagi, tanpa interaksi dengan orang lain.

Dita duduk di halte depan sekolah untuk menunggu Ibunya datang menjemput, gadis berambut pendek itu duduk bersama beberapa temannya yang juga sedang menunggu jemputan, sebagian menunggu angkot datang. Mereka berbincang, sesekali tertawa terbahak-bahak melihat tingkah gila Dita.

Davin berjalan melewati gerbang sekolahan, laki-laki berbadan besar itu berniat untuk menunggu angkot di halte setelah dia membeli sebotol minuman ri kantin, dia hanya mau pergi ke kantin saat kantin kosong atau sepi seperti jam-jam pulang sekolah seperti ini karena Davin sangat menghindari keramaian yang bisa membuat kepalanya pusing.

Dia menperhatikan ke arah halte, disana ada banyak orang termasuk Dita yang membuatnya berpikir untuk melangkahkan kakinya. Sedetik setelahnya laki-laki bermata tajam itu membalikan badannya dan berjalan masuk kembali ke dalam sekolah. Dia berpikir lebih baik menunggu sejenak di dalam kelas yang sudah kosong itu. Tapi ketika dia berjalan melewati kelas, dia melihat dari jendela kelas ada beberapa orang yang masih berada di dalam kelas sedang asyik mengobrol, Davin mengurungkan niatnya. Dia terus berjalan melewati koridor sampai akhirnya terbesit di kepalanya untuk masuk ke toilet.

Laki-laki berponi itu langsung membelokan tubuhnya masuk ke toilet. Sialnya, di dalam toilet itu terdapat beberapa murid yang sedang asyik merokok. Davin terkejut dan langsung masuk ke dalam wc, dia menghela napas di dalam wc sambil berpura-pura menyiram wc agar orang-orang di luar tidak curiga kepadanya.

"Anak baru ya?" Davin disambut kakak kelas ketika membuka pintu wc.

"Kalo ditanyain jawab, kamu bisu?!" Tanya salah seorang dari mereka dengan nada tinggi, Davin tetap terdiam.

Laki-laki bertubuh besar dengan pakaian berantakan itu merebut botol yang ada di tangan Davin dan membuang air yang ada didalamnya. Dia masuk ke wc memutar kran kemudian mengisi botol itu sampai penuh. Laki-laki berambut pendek itu memerintahkan teman-temannya untuk menjagal Davin. Dia memaksa Davin minum air kran. Davin menolak membuka mulutnya, tapi mulut Davin dibuka paksa yang membuat mulutnya itu terbuka.

Davin menampung air itu di dalam mulut tanpa menelannya, sampai pada akhirnya dia tidak bisa menahan dan langsung menyemburkan air itu tepat di muka si preman sekolah. Dia reflek mundur tapi tidak bisa menghindar dari semburan air Davin.

Bukk!

Satu tinjuan terarah langsung ke perut Davin yang membuat laki-laki berponi itu mengaduh kesakitan. Kedua tangan Davin yang masih dijegal itu membuatnya tidak bisa berbuat apapun.

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang